FOUR YEARS WAITING FOR COP SCHOOL BATCH 8

COP School is a place to learn about conservation held by Centre for Orangutan Protection in Yogyakarta. 2014 was the first time I knew about this orangutan conservation school and that was the time I know that COP exists, in the middle of 2nd semester in college life, the most hectic period of college and organization activities. My college activities were so time consuming and had discouraged me to join COP School Batch 4. It went on until COP Batch 8, and finally i could took part in its series of activity. One said, “it’s better late than never”. Yup, that’s how I knew COP and joined COP School batch 8.

During 7 days in Jogja, i met new friends from various regions. Also, the program was so fun. I like learning new things, including meeting new people. Learning about basic conservation studies can be done by anyone who are willing to learn, not only by those who’ve been involved in the conservation world. Even though I had participated in nature lovers club activities, it doesn’t mean that I understand about conservation that well. That’s why, I decided to join COP school 8.

For those who interested in conservation world, especially orangutan conservation, COP School is the best place that I have ever experienced. It seems like it’s just yesterday I took part in COP school activities, turns out it’s been almost one semester I’m involved in COP activities. (SAR)

SETENGAH WINDU MENANTI COP SCHOOL BATCH 8
COP School merupakan sekolah mengenai konservasi yang diadakan oleh Centre for Orangutan Protection di Yogyakarta. Pada tahun 2014 adalah pertama kalinya aku mengetahui sekolah konservasi Orangutan ini dan saat itulah kali pertama aku mengetahui adanya COP. Di tengah-tengah masa perkuliahan di semester 2, masa padat-padatnya kegiatan perkuliahan maupun organisasi. Kesibukan di perkuliahan begitu menyita waktuku, dan memaksaku mengurungkan niatku untuk ikut COP School Batch 4. Begitulah seterusnya aku menunda-nunda ikut hingga COP School Batch 8 dan fokus mengikuti serangkaian kegiatannya. Kalau kata pepatah, better late than never, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Yap, seperti itulah awal perjalananku mengenal COP dan mengikuti COP School Batch 8.

Kurang lebih tujuh hari di Yogya, selama itu pula aku bertemu dengan banyak teman baru dari berbagai daerah. Selain teman yang beragam, pengisi acaranya pun begitu menyenangkan. Aku merupakan salah satu orang yang senang mempelajari hal baru, termasuk bertemu dengan banyak orang baru. Mempelajari tentang materi dasar konservasi dapat dilakukan oleh siapa saja, bukan hanya mereka yang telah berkecimpung di dunia konservasi, namun mereka yang tidak berkecimpung di dunia konservasi namun ingin belajar dunia konservasi pun dapat bergabung. Meskipun aku pernah mengikuti kegitan kepecintaalaman, bukan berarti aku sudah paham betul mengenai dunia konservasi. Dari situlah aku bertekad untuk mengikuti COP School.

Untuk kalian yang di luar sana, yang tertarik dengan dunia konservasi khususnya Orangutan. COP Schol adalah wadah terbaik yang pernah aku coba. Rasanya baru kemarin aku ikut seleksi dan kegiatan COP School, nyatanya sudah hampir satu semester berlalu dengan berkegiatan di COP. (Yuanita_COPSchool8)

BEHIND THE CAGE OF THE ZOO

Indonesia has a lot of zoo located in various places. In the city center or in suburb area. The capacity also varies, some are small and some are hectares wide. The animals collection also varies, some are only collected one type of animals, some are collected animals from all around the world. Are zoos in Indonesia already decent enough for its animal welfare?
Various problems become issues regarding the lifes behind the zoo cage. From the space of cage, till the number of animals live in the cage. Sometimes, one orangutan can occupies 2×2 m cage. Or one 5×5 m bird cage occupied dozens of birds. Are those feasible for animals life in the cage?

Besides cage issues, there are numbers of animals that live in one zoo area that are not well treated. The reason is the lack of human resource to take care all of them. One zoo keeper can take care up to three or more animal cages. this is why some animals don’t get noticed properly. From the cleanliness of the cage, unhealthy food, to the health of the animals itself. At the end, animals in zoo die because of lack of attention from the zoo management.

In addition to above problems, the lack of awareness of zoo visitor is one of the factors why zoo animals are suffering. We often unconciously feed the animals, even though there is already written not to feed animals in front of the cage. Because of pity, we give them a piece of bread to the orangutan who is reaching out his hand.  Do you know that bread is not orangutan’s food?

Not without reason does the zoo wrote the prohibition to feed the animals. The animals already have their own food, the right food to be eaten. So that their health can be maintained. (SAR)

DI BALIK KANDANG KEBUN BINATANG
Indonesia memiliki banyak kebun binatang. Tersebar di berbagai tempat. Ada yang di pusat kota, atau di daerah-daerah kecil. Luasnya pun beragam, ada yang berkapasitas kecil dan luas berhektar-hektar. Koleksi satwanya pun bermacam-macam, ada yang hanya mengpleksi satu jenis atau koleksi dari berbagai negara. Apakah kebun binatang di Indonesia sudah layak untuk kehidupan satwanya?

Berbagai masalah menjadi persoalan mengenai kehidupan satwa dibalik jeruji kebun binatang. Mulai dari luas kandang, hingga jumlah satwa yang menempati satu kandang tersebut. Terkadang, satu individu orangutan hanya menempati kandang berukuran 2×2 meter saja. Atau satu kandang burung yang berukuran 5×5 meter ditempati belasan burung. Apakah itu layak untuk kehidupan satwa di dalam kandang?

Selain masalah kandang, banyaknya jumlah hewan dalam satu area kebun binatang tidak terurus dengan baik. Alasannya adalah kurangnya SDM untuk mengurus keseluruhan satwa tersebut. Satu orang perawat satwa kebun binatang dapat mengurus 3 atau lebih kandang satwa. Ini yang menyebabkan beberapa satwa tidak diperhatikan dengan baik. Misalnya kebersihan kandang, pakan yang tidak sehat, hingga kesehatan satwa itu sendiri. Pada akhirnya, satwa di kebun binatang mati karena kurangnya perhatian dari pihak manajemen sendiri.

Selain masalah diatas, kurangnya kesadaran kita sebagai pengunjung kebun binatang menjadi faktor tersiksanya satwa di kebun binatang. Kita secara tak sadar sering memberi makanan kepada satwa disana. Padahal di depan kandang sudah tertulis larangan memberi makan satwa. Alih-alih karena kasihan, kita pun memberi sepotong roti kepada orangutan yang sedang menjulurkan tangan. Tau kah kita, bahwa roti bukanlah makanan dari orangutan?.

Bukan tanpa alasan pihak kebun binatang menuliskan larangan memberi makan kepada satwa. Para satwa tersebut sudah memiliki makanan tersendiri, makanan yang tepat untuk dikonsumsi. Tujuannya, agar nutrisi mereka tetap terjaga. (RYN)

MONITORING TRAINING FOR ORANGUTAN RELEASE

Do you know that when one wild orangutan enters a rehabilitation centre it means it represents 2 to 8 other wild orangutans killed in their habitat? The entry of the orangutan to a rehabilitation centre signifies a long process that he will go through for years. The periodic health examination, growth and development observation, which is not only physically but also behaviourally, are requiring many people and experts involvement. Of course it costs a lot of money in a long period of time. And after that?

When the orangutan is considered as ready to be released, a series of examination will be carried out. The tests are related to zoonosis. Yes, either diseases to transmit or to be transmitted in the orangutan should be negative. Stage of pasca-orangutan release monitoring is also need to keep under careful observation. On August 23, 2016, APE Guardian team conducted an internal training of pasca-release monitoring for its own staffs who will be the rangers so that they can do their duties as well as possible in the release site.

Every orangutan activites after release should be observed. Including their behaviour toward humans and other orangutans. Also heights of the climb, feed recognation, and there’s also specific form to fill every 10 minutes. One thing that is as important is the physical condition of the team must be in a top condition. The contour of Kalimantan tropical rainforest is the next challenges. This stage will be carried out for 3 months. It can be assured that it requires a substantial cost. If you are interested in helping APE Guardian team to be a volunteer, please contact email: info@orangutanprotectio.com
or helping by donate please click https://kitabisa.com/orangindo4orangutan (SAR)

PELATIHAN MONITORING ORANGUTAN RILIS
Tahukah kamu, ketika satu orangutan liar yang sampai ke pusat rehabilitasi itu mewakili 2 sampai 8 orangutan liar lainnya yang mati terbunuh dihabitatnya? Masuknya orangutan tersebut ke pusat rehabilitasi orangutan menandakan proses panjang yang akan dijalaninya selama bertahun-tahun. Pemeriksaan berlapis pada kesehatannya dan pemantauan pada tumbuh kembangnya yang tidak hanya meliputi fisik namun perilakunya melibatkan banyak orang dan ahli. Tentu saja ini memakan biaya yang besar dalam jangka waktu yang panjang. Setelah itu?

Saat orangutan dinilai sudah bisa dilepasliarkan. Rangkaian pemeriksaan pun akan dijalaninya. Ini terkait dengan zoonosis. Ya, penyakit yang bisa ditularkan dan menularkan harus negatif. Tahapan untuk memonitor pasca pelepasliaran orangutan tersebut juga harus dipantau. Tim APE Guardian pada 23 Agustus 2018 melakukan pelatihan monitoring secara internal agar setiap orang yang akan ditunjuk sebagai ranger nantinya dapat melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya di lokasi pelepasliaran orangutan.

Segala aktivitas orangutan setelah dilepasliarkan harus dalam pantauan, respon terhadap manusia dan pada orangutan lain harus masuk dalam catatan. Termasuk ketinggian memanjat, mengenali jenis pakannya serta form khusus setiap 10 menit. Satu hal yang tak kalah pentingnya, fisik tim harus dalam kondisi yang prima. Kontur hutan hujan tropis Kalimantan adalah tantangan selanjutnya. Tahapan ini akandilaksanakan selama 3 bulan. Dapat dipastikan biaya tahapan ini pun tak kalah besarnya. Kamu tertarik membantu tim APE Guardian? Untuk menjadi relawan silahkan email info@orangutanprotection.com jika ingin menyumbang silahkan klik https://kitabisa.com/orangindo4orangutan (NOY)