DITO, SUPIR ANGKUT RUMPUT DARI RUSIA

Selama tanggap bencana Siaga Merapi 2020, tim APE Warrior dari Centre for Orangutan Protection turut menolong satwa terdampak bencana. Bersama dengan para relawannya, tim APE Warrior membantu distribusi pakan ternak hijau setiap hari dan tambahan konsetrat serta mineral untuk ternak sapi.

Relawan satwa yang membantu APE Warrior berasal dari beragam latar belakang usia dan pekerjaan. Beberapa di antara para relawan merupakan mahasiswa aktif dari berbagai jurusan. Salah seorang relawan, Achmad Anandito Haryo Prastoro (22) atau akrab dipanggil Dito sedang berkuliah jurursan arsitektur di Rusia dan saat ini pulang kampung ke Yogya. Ia mengaku bergabung sebagai relawan satwa untuk mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang bermanfaat.

Dito sudah bergabung sebagai relawan satwa selama hampir sebulan. Selama bergabung, ia membantu mengangkut rumput untuk ternak, terutama posisi supir. DIto juga membangun shelter untuk pengungsian anjing, kucing dan berbagai kegiatan lain yang menjadi pekerjaan APE Warrior. Menurut Dito, hewan sering kali diabaikan dalam kondisi bencana. “Manusia kan sudah jelas banyak dibantu lembaga yang lebih ahli dalam bidangnya. Nah yang peduli dengan hewan atau ternak itu jarang”, ungkapnya.

“Secara tidak langsung, kan kegiatan ini juga bermanfaat buat masyarakat atau peternak. Kalau harus ngangkut sendiri pasti berat buat warga karena banyak yang tidak punya kendaraan dan jaraknya jauh. Jadi lumayanlah kegiatan ini bisa meringankan beban peternak sapi”, Dito menambahkan. Selain bermanfaat bagi masyarakat menurut Dito dengan bergabung dalam kegiatan ini, ia juga mendapat manfaat tersendiri. “Dari gabung di sini aku jadi dapat relasi baru, teman-teman baru, pengalaman baru, tambah happy dan tambah sehat juga pastinya”, paparnya. (Inez_Orangufriends)

ANJING-ANJING TERLANTAR DITINGGAL WARGA MENGUNGSI

Hari ini Kamis, 10 Desember 2020, pukul 07.45 WIB dua mobil Centre for Orangutan Protection berangkat meninggalkan camp APE Warrior untuk menjemput pakan ternak yang sudah dikumpulkan oleh para peternak. Ada sekitar lima titik penjemputan di Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo. Perjalanan ditempuh sekitar 26 km, terus ke utara menuju kaki Gunung Merapi. Seperti biasa, tim APE Warrior membantu menaikkan pakan hijauan ke atas mobil pikap dan diantarkan ke lokasi pengungsian ternak. Selepas mengantar rumput ke lokasi pengungsian ternak, tim kembali mendatangi ke lima titik penjemputan hingga semua pakan hijauan selesai diangkut.

Setelah selesai mengangkut pakan ternak, tim APE Warrior berhenti di Posko Relawan Tim Kesehatan Hewan milik Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman. Tim beristirahat sejenak dan berbicang dengan ibu Eci, ketua posko, mengenai perkembangan terkini dari hewan ternak di lokasi pengungsian. Dengan membawa makanan anjing, tim kemudian melanjutkan perjalanan memutari Dusun Petung dan Turgo untuk melakukan feeding (pemberian makan) kepada anjing-anjing yang berkeliaran.

Selama feeding hari ini, terdapat tiga lokasi di mana Tim APE Warrior menemukan anjing liar yang perlu diberi makan. Bahkan, Tim APE Warrior menjumpai lima ekor anak anjing di salah satu titik. Selama Gunung Merapi dalam status Siaga dan warga diharuskan mengungsi akan banyak hewan-hewan yang terlantar. Untuk sementara, Tim APE Warrior berusaha untuk menjaga kesehatan dan keamanan hewan-hewan terlantar ini dengan melakukan kunjungan harian ke desa-desa yang sudah ditinggalkan warganya untuk memberi makan hewan-hewan tersebut. Nantinya, tempat singgah hewan sementara (temporary pet shelter) yang sedang dibangun oleh TIM APE Warrior akan menjadi tempat pemeliharaan hewan peliharaan yang terlantar karena ditinggal warga yang mengungsi. (Inez_Orangufriends)

SINGLAR DAN BANJARSARI, TEMPAT PENGUNGSIAN SAPI DI DESA GELAGAHARJO

Selama masa tanggap darurat bencana Gunung Merapi, terdapat dua titik pengungsian besar untuk ternak di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Selaman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua lokasi pengungsian ternak (shelter ternak) tersebut yaitu shelter ternak Singlar dan shelter ternak Banjarsari.

Shelter ternak Singlar didominasi oleh sapi perah. Hal ini dikarenakan shelter Singlar memiliki kebersihan yang baik. Kebersihan penting diperhatikan karena dalam kegiatan pemeliharaan sapi baik sapi, kandang maupun badan pemerah harus dalam keadaan bersih. Shelter singlar memiliki sumber air yang melimpah dari alam, sanitasi yang bagus dan pengelolaan kotoran sapi yang baik. Di shelter ini, kotoran sapi diambil oleh teman-teman koperasi untuk dijadikan pupuk kompos.

Pada awalnya, shelter Singlar dibagun atas evaluasi erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Sapi-sapi yang ditinggal pemiliknya tidak pernah diperah hingga mengalami radang ambing. Ambing (kantong susu) sapi perah yang tidak diperah dalam kurun beberapa hari bisa mengalami radang sehingga tidak bisa memproduksi susu. Lebih lanjut lagi, sapi yang mengalami radang bisa sakit, kemudian mati. Oleh karena itu, selama bencana para peternak sapi perah perlu rutin memerah sapinya agar tidak sakit. Shelter Singlar dibuat untuk menampung sapi perah selama masa tanggap darurat bencana.

Berbeda dari shelter ternak Singlar, shelter ternak Banjarsari didominasi oleh sapi potong. Shelter Banjarsari tidak hanya terdiri pengungsian ternak, tetapi juga pengungsian manusia. Karena difokuskan untuk manusia, maka kandang ternak di Shelter Banjarsari hanya beratap seng, bertiang bambu dan beralaskan tanah lapangan. KOndisi ini tidak mendukung untuk melakukan pemerahan sapi perah, sehingga lebih digunakan untuk memelihara sapi potong.

Meskipun kondisi kedua shelter tadi berbeda, keduanya memiliki peran masing-masing dalam pengungsian ternak pada masa tanggap darurat Gunung Merapi. Tim APE Warrior beranggapan bahwa baik sapi perah maupun sapi potong merupakan bagian penting dari kehidupan warga di Glagaharjo, sehingga sama-sama harus menjadi perhatian. Memasuki minggu keempat tanggap bencana Siaga Merapi 2020, tim APE Warrior membantu pakan hijau dan tambahan konsentrat dan mineral untuk ternak. (Inez_relawan satwa)