CRUSADER COP DENGAN MISI EDUKASI ORANGUTAN DI SMAN 1 KONGBENG

Sore yang tenang di Miau Baru dan para siswa yang baru saja selesai berolahraga dengan keringat masih menempel di wajah membuat suasana sedikit lesu. Meski lelah, siswa-siswi SMAN 10 Kongbeng, Kalimantan Timur berkumpul di aula sekolah. “Gawat, waktunya tidur siang ini”.

Suara anggota tim Crusader COP, Agung pun terdengar keras, “Siapa yang pernah melihat orangutan?”. Tak disangka, ternyata beberapa anak mengangkat tangannya, ternyata yang mengantuk tidak semuanya. Agung pun segera menghampiri siswa yang mengacungkan tangannya.
“Saya melihatnya, di kawasan wisata hutan Selei Sagum”,
“Saya melihatnya kak, di sekitar jalan poros menuju Sangatta”.
Agung pun menimpali, “ Wow, hebat! Kalian beruntung bisa melihat mereka di habitat aslinya, Kalimantan dimana kita lahir dan besar. Tapi, kenapa ada orangutan di jalan raya?”.
Salah satu siswa memberanikan diri menjawab walaupun dengan tatapan lesu namun tetap bersuara lantang, “karena hutannya udah pada habis ditebang orang”.

Kemudian Agung pun melanjutkan, “Wah, kasihan banget ya… Orangutan sudah kehilangan rumahnya sampai-sampai bisa kita lihat di jalan raya. Tapi tahukah kalian, memelihara orangutan itu juga tidak boleh? Mereka adalah satwa liar yang dilindungi. Habitat mereka semakin sempit karena manusia. Makanya, kita harus menjaga hutan dan alam sekitar kita”.

Siswa-siswa mulai terlihat lebih tertarik. Ada yang bertanya, “Kenapa gak boleh dipelihara, Kak? Kan lucu?”

Agung pun menggelengkan pelan, “Orangutan bukan hewan peliharaan. Mereka butuh ruang yang luas untuk bergerak, mencari makan, dan bersosialisasi. Kalau dipelihara, mereka akan stres dan sakit. Selain itu, memelihara satwa liar juga melanggar hukum”.

Rina, salah satu siswa, teringat cerita dari pamannya yang bekerja di kebun sawit. “Paman saya bilang, kadang orangutan masuk ke kebun dan merusak tanaman. Apa yang harus dilakukan, Pak?”

“Itu pertanyaan bagus”, komentar Pak Budi. “Sebenarnya, orangutan masuk ke kebun karena habitat asli mereka terganggu. Solusinya adalah kita harus menjaga hutan agar mereka punya tempat tinggal yang cukup. Kalau mereka masuk ke kebun, sebaiknya kalian bisa laporkan ke nomor yang ada di slide ini atau ke pihak berwenang agar bisa ditindaklanjuti dengan aman”.

Sesi edukasi berlanjut dengan cerita-cerita menarik tentang perilaku orangutan, kecerdasan mereka, dan betapa pentingnya peran mereka dalam ekosistem hutan. Meski awalnya kurang aktif, perlahan siswa mulai terlibat dalam diskusi. Ada yang bertanya tentang cara menjaga hutan, ada pula yang ingin tahu lebih banyak tentang upaya konservasi yang dilakukan oleh COP (Centre for Orangutan Protection).

Saat sesi berakhir, Agung pun menutup dengan pesan kuat, “Ingat teman-teman, orangutan adalah sahabat kita di hutan. Mereka membantu menjaga keseimbangan alam. Jadi, mari kita jaga habitat mereka dengan tidak merusak hutan dan tidak memelihara satwa liar. Salam edukasi, salam konservasi!”. Di balik senja yang perlahan memudar, harapan pun muncul. Siswa-siswi SMAN 01 Kongbeng kini bukan hanya penonton, tetapi merupakan penjaga masa depan hutan dan satwa liar di sekitar mereka. (AGU)

Comments

comments

You may also like