DARI ABU MERAPI KE GARIS DEPAN BENCANA

Bencana selalu datang dengan urutan yang sama, sirene – evakuasi – angka korban – lalu senyap. Tapi di balik daftar penyita manusia, ada barisan nyawa lain yang nyaris tak pernah masuk laporan satwa. Letusan, banjir, gempa, kebakaran, hingga angin ekstrem terus berulang, memperlihatkan pola lama yang tak kunjung dibenahi. Ketika manusia menyelamatkan diri, hewan ditinggalkan. Sapi, kambing, ayam, anjing, kucing, mereka menjadi korban bisu dari sistem tanggap darurat yang belum menganggap nyawa non-manusia sebagai prioritas.

Kesadaran itu mencapai titik balik pada letusan besar Gunung Merapi 2010. Ribuan ternak mati bukan hanya karena awan panas dan abu, tetapi juga karena kelaparan dan ketiadaan penanganan setelah pemiliknya mengungsi. Negara sibuk menghitung kerugian infrastruktur, sementara kandang-kandang kosong dipenuhi bangkai dan hewan yang sekarat. Di celah itulah, Centre for Orangutan Protection (COP) yang dikenal lewat konservasi orangutan memutuskan turun tangan ke desa-desa terdampak, mengevakuasi ternak, mendistribusikan pakan hijau, serta merawat anjing dan kucing yang ditinggal menjaga rumah dan kandang.

Dari pengalaman lapangan itulah APE Warrior lahir, sebuah tim tanggap darurat satwa yang hadir ketika perhatian publik dan kebijakan sering berhenti pada manusia. APE Warrior bukan sekadar relawan, melainkan sistem respons berbasis data satwa, logistik pakan, penanganan medis, hingga sterilisasi bangkai untuk mencegah wabah. Dan satu hal yang kerap disalahpahami, kami tidak berjalan sendiri. Setiap langkah dilakukan secara resmi, berkoordinasi dan berada di bawah arahan Dinas Peternakan setempat agar kerja penyelamatan berjalan aman, terukur, dan bertanggung jawab.

Lima belas tahun setelah Merapi 2010, APE Warrior masih berdiri di garis depan. Bukan karena bencana berhenti datang, melainkan karena ia terus berulang. Ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan pengingat yang tak nyaman, selama sistem tanggap darurat masih memandang satwa sebagai urusan sampingan. APE Warrior akan tetap turun bersama negara, di lapangan. Dan selama bumi terus memberi peringatan, pertanyaannya tetap sama, “Apakah kita masih mau berpura-pura lupa bahwa keselamatan seharusnya tidak hanya milik manusia?”. (DIT)

Comments

comments

You may also like