DATING APES BATCH 9, DARI PEMUDA DESA UNTUK BUMI JOGJA

Camp APE Warrior kembali dipenuhi obrolan hangat dan diskusi lingkungan pada Jumat, 26 September 2025. Kelas bulanan COP yaitu Dating APES kembali digelar dan kali ini sudah memasuki edisi ke-9. Tamu istimewa, Rifka Agnes dari KPHI (Koalisi Pemuda Hijau Indonesia) Jogja, hadir untuk berbagi cerita tentang konservasi serta bagaimana anak muda bisa mengambil peran nyata dalam menjaga lingkungan sekitar.

Sore itu terasa akrab sejak awal. Teman-teman dari berbagai komunitas, mulai dari Orangufriends, Vetpagama, Teman Berjalan, 4K, Relung Indonesia, KSSL UGM, alumni COP School dan Orangufriends Yogyakarta berkumpul. Tidak ada jarak antara pemateri dan peserta. Seperti biasa, diskusi mengalir begitu saja, seolah semua duduk di satu lingkaran besar yang terbuka untuk siapa pun. Rifka membawa sudut pandang yang segar, ia menjelaskan tentang jenis-jenis pohon yang mereka fokuskan untuk penanaman dalam program restorasi, khususnya pohon-pohon penyerap air seperti pohon kepuh. “Namanya saja mungkin baru pertama kali didengar sebagian beserta peserta”. Penjelasan ini membuka wawasan bahwa memilih jenis pohon untuk rehabilitasi hutan bukan sekadar menanam, tapi harus memahami fungsi ekologis nya.

Berbagai pertanyaan menarik pun muncul. “Kalau di desa kami, anak muda ingin memulai aksi konservasi dari nol, tantangan paling besar biasanya apa ya, Kak?”, tanya seorang peserta. Rifka tersenyum, “Tantangan terbesar biasanya justru membangun kepercayaan. Tapi kalau kita konsisten, masyarakat akan melihat kesungguhan kita”. Pertanyaan lain menyusul, “Setelah pohon ditanam, bagaimana cara memastikan program ini benar-benar terpantau, apalagi kalau lahannya dikelola pihak lain?”. Rifka menjawab penuh semangat, “Kuncinya kolaborasi. Kita perlu menjalin komunikasi dengan pengelola setempat, membuat sistem monitoring bersama, bahkan sekecil laporan rutin sekalipun bisa menjadi kontrol yang efektif”.

Diskusi berjalan dengan penuh energi hingga waktu acara berakhir. Namun sangking semangatnya, banyak peserta tetap bertahan di lokasi meski acara sudah resmi ditutup. Obrolan kecil berlanjut di Joglo Camp APE Warrior, membuktikan bahwa ruang-ruang seperti ini bukan hanya ditunggu, tapi juga selalu dirindukan. (DIM)

Comments

comments

You may also like