ORANGUTAN BUKAN MAINAN, ORANGUTAN DI HUTAN AJA

Kurang lebih 97% DNA orangutan memang sama dengan manusia, namun bukan berarti mereka memiliki kebiasaan yang sama dengan manusia. Beredar beberapa hari belakangan, sebuah video singkat yang entah darimana asal-usulnya tiba-tiba banyak dibagikan di media sosial oleh beberapa akun. Dalam video ini nampak beberapa orang sedang berada di dalam sebuah mobil sambil merekam orangutan yang terlihat sedang minum dari minuman kaleng sambil memegang buah pisang. Lalu terdengar tawa orang-orang yang menonton setiap kali melihat orangutan tersebut minum dari kaleng minuman.

Orangutan hingga sekarang masih sering dijadikan sebagai obyek, padahal statusnya kritis terancam punah menurut IUCN. Orangutan juga termasuk dalam satwa dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.106 tahun 2018. Lalu, menurut UU No. 5 tahun 1990, setiap orang dilarang untuk menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi baik dalam keadaan hidup ataupun mati.

Selain itu, pengecualian dari larangan tersebut, hanya dapat dilakukan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan dan atau upaya penyelamatan jenis satwa yang bersangkutan. “Sayangnya dalam video yang dimaksud, orangutan hanya menjadi sebuah obyek hiburan bagi orang-orang tersebut. Padahal orangutan di alam atau habitatnya sangat jauh lebih besar daripada sekedar menjadi hiburan.”, kata Liany Dianita Suwito, manajer program konservasi eks-situ Centre for Orangutan Protection. Orangutan adalah salah satu spesies payung yang memiliki peranan sangat penting dalam menyebar biji-bijian dan menjaga regenerasi hutan. Dan banyak spesies lainnya yang hidup bergantung pada peranan orangutan di alam.

Kecerdasan orangutan membuat mereka mudah untuk belajar dan bahkan meniru perilaku manusia (Russon&Galdikas, 2014). Dan ketika orangutan dipelihara oleh manusia maka tentu perilaku alaminya pun terpengaruh. Di sinilahsebab mengapa orangutan tidak seharusnya menjadi hewan peliharaan. Ketika kecerdasan hewan ini disalahgunakan dan dieksploitasi maka tenta tak hanya berakibat buruk bagi orangutan tersebut secara fisik dan mental, tetapi juga menurunkan kemungkinannya untuk dilepasliarkan kembali ke alam. (LIA)

Comments

comments

You may also like