AMBON SCREAMS AT A QUIET NIGHT

There is not much Ambon does in the cage. Space has always limit anyone’s movements. No exceptions for Ambon, an adult male orangutan with a big body. The cage becomes even smaller when used.

Ambon friendly ayes often make us misunderstood. Yes, lately Ambon become more aggressive to animal keepers. Ambon will be angry when being approached or being seen. In the middle of a quiet night, the team who is in charge in COP Borneo often heard Ambon shouts.

The big and heavy Ambon sounds more hideous at night. The team rushed to check on Ambon condition. “Indeed, Ambon often makes noises during the night, usually because there are animals entering the block 1 cage like pigs,” said Wety Rupiana, the coordinator of COP Borneo rehabilitation centre, East Kalimantan. (SAR)

TERIAKAN AMBON DI SUNYINYA MALAM
Tidak banyak yang dilakukan orangutan Ambon di dalam kandang. Ruang memang selalu membatasi gerak siapapun. Tak terkecuali Ambon, orangutan jantan dewasa dengan tubuh besarnya. Kandang pun menjadi lebih sempit saat digunakannya.

Tatapan Ambon yang ramah sering membuat kita salah sangka. Ya… akhir-akhir ini Ambon menjadi lebih agresif pada animal keeper, Ambon akan marah kalau didekati atau dilihat berlama-lama. Di tengah malam yang sepi, tim yang bertugas di COP Borneo pun sering mendengar teriakan Ambon.

Suara Ambon yang besar dan berat terdengar lebih seram saat malam hari. Tim bergegas memeriksa kondisi Ambon. “Memang Ambon sering mengeluarkan suara-suara saat malam hari, biasanya karena ada binatang yang masuk ke kandang blok 1 mencari makan seperti babi.”, ujar Wety Rupiana, kordinator pusat rehabilitasi COP Borneo, Kalimantan Timur.

HAPPY TO BECOME A RANGER IN APE GUARDIAN

APE Guardian is a name of the team with a heavy responsibility: to secure our orangutan release area. Physical and mental strength is obviously the main requirement to be able to join this team. There are some training to support the APE Guardian task, one of them is shooting practice. Who is shot? With what? What for?

APE Guardian needs to ensure the post-rehab orangutans can survive in the forest until they are truly wild. This process certainly has lots of obstacles. The orangutans have a possibility to experience unwanted things such as illness, malnutrition or injury. If it happened, the rescue must be done.

Vet Flora began with the introduction of all the rescue equipment. First, how to prepare anesthesia/dart bullets when the rescue process is going. All team members had the opportunity to practice how to prepare bullets that already contained drugs until they were ready to be shot.

Then, the shooting practice was given with targets that resembled the size of orangutans. Everyone has the chance to have 3 shots. The 2 best shooters who have the highest score will enter the final and will get the chance to shoot 5 times. A small tournament has taken place because it concerns shooters’ pride. Understandably, they were all animal hunters. But now, they are the guardian of the forest and all the animals living in.

The final between Yacang and Steven is inevitable. Both of these rangers really compete to get APE Guardian’s main shooter position. And finally, Steven managed to get more score. This activity really made the ranger fresh after a month full of patrolling the forest. (IND)

SERUNYA JADI RANGER DI APE GUARDIAN
APE Guardian, nama tim yang bertugas mengamankan kawasan pelepasliaran orangutan ini punya tanggung jawab yang berat. Fisik dan mental yang kuat tentu saja jadi syarat utama untuk bisa bergabung di tim ini. Selanjutnya ada pelatihan bersama untuk mendukung tugas APE Guardian ini, salah satunya latihan menembak. Menembak siapa? Dengan apa? Untuk apa?

Tim APE Guardian adalah tim yang bertugas memastikan orangutan pelepasliaran dapat bertahan hidup sampai benar-benar liar. Proses ini tentu bukan tanpa halangan, selama itu mungkin saja orangutan tersebut mengalami hal-hal yang tidak diinginkan seperti sakit, malnutrisi atau terluka. Kalau sudah begitu, usaha penyelamatan mau tidak mau harus dilakukan.

drh. Felisitas Flora mengawalinya dengan pengenalan perlengkapan penyelamatan. Pertama, bagaimana menyiapkan peluru bius/dart ketika proses rescue berjalan. Seluruh anggota tim mendapat kesempatan mempraktekkan bagaimana menyiapkan peluru yang sudah berisi obat bius sampai dengan siap untuk ditembakkan. Kemudian praktek menembak diberikan dengan sasaran yang menyerupai ukuran orangutan dengan nilai-nilai berdasarkan tempat sasaran. Setiap orang memiliki kesempatan 3 kali tembakan. 2 penembak terbaik yang memiliki nilai tertinggi akan masuk final dan akan mendapatkan kesempatan menembak sebanyak 5 kali. Sesaat telah terjadi turnamen kecil, karena ini menyangkut harga diri penembak. Maklum saja, mereka semua dulunya adalah pemburu hewan. Tapi kini, jadi penjaga hutan dan isinya.

Final antara Yacang dan Steven tak bisa dihindari lagi. Kedua ranger ini benar-benar bersaing ketat untuk mendapatkan posisi penembak utama APE Guardian. Dan akhirnya Steven berhasil memperoleh nilai lebih banyak. Kegiatan kali ini benar-benar membuat para ranger segar setelah sebulan penuh patroli kawasan hutan. (REZ)

BONTI AND ANNIE ARE THE MOST DIFFICULT TO HANDLE IN ORANGUTAN POSYANDU

There are 6 small orangutans in the school forest. They are Owi, Bonti, Happi, Popi, Annie and Jojo. Their behaviour development are always being monitored through daily journal, including their physical development. Every month in the 2nd week, COP Borneo orangutan rehabilitation centre holds an “Orangutan Posyandu”. The small orangutans will be weighed and measured in height. Dental and overall health examination will also be carried out.

“It’s different from human children, who has mother and caretaker to answer precisely about their name, date of birth or their medical history. While orangutans, age determination can be made by examining and calculating their number of teeth,”, said drh. Felisitas Flora.

Among the 6 orangutans who attend the forest school, Bonti and Annie are the 4-5 years old orangutans. “The mischievous age”, Wety Rupiana, coordinator of the COP Borneo rehabilitation centre, interrupted. If other small orangutans are easily to be measured and examined, these two are not. Both of them are the most difficult to be taken to the Orangutan Posyandu. Neither did they want to extent their arms and legs to be measured. They also didn’t want to open their mouths at all. and they were always trying to escape.

There’s no other way to deal with the two orangutans, Bonti and Annie, to be examined. The most effective ways to make them open their mouth, that is tickling their armpits and neck, was no longer working for them. “Maybe they’re embarrassed because they are old…”, said Flora with laugh. (SAR)

BONTI DAN ANNIE PALING SULIT DI POSYANDU ORANGUTAN
Ada enam orangutan kecil yang mengikuti kelas sekolah hutan. Mereka adalah Owi, Bonti, Happi, Popi, Annie dan Jojo. Perkembangan perilaku mereka selalu terpantau melalui catatan harian termasuk juga perkembangan fisiknya. Setiap bulan di minggu kedua, pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo menggelar “Posyandu Orangutan”. Para orangutan kecil akan ditimbang dan diukur tinggi badannya. Tak luput juga pemeriksaan gigi serta kesehatan secara menyeluruh.

“Tidak sama seperti anak manusia, ada ibunya atau pengasuhnya yang bisa menjawab dengan pasti, nama maupun tanggal lahirnya bahkan sekilas riwayat kesehatannya. Sementara orangutan, penentuan usia dapat dilihat dari pemeriksaan dan penghitungan jumlah gigi.”, ujar drh. Felisitas Flora.

Dari keenam orangutan yang mengikuti kelas sekolah hutan, Bonti dan Annie adalah orangutan berusia 4-5 tahun. “Usia nakal-nakalnya itu.”, sela Wety Rupiana, kordinator pusat rehabilitasi COP Borneo. Jika anak orangutan yang lain bisa dengan cepat dilakukan pengukuran dan pemeriksaan, berbeda dengan keduanya. Keduanya paling susah diajak ke Posyandu Orangutan. Keduanya pula tidak mau mengulurkan tangan dan kakinya untuk diukur. Untuk membuka mulut pun keduanya tidak mau sama sekali. Dan mereka berdua selalu berusaha kabur.

Tak ada cara lagi untuk mengatasi kedua orangutan, Bonti dan Annie agar mau diperiksa. Cara paling ampuh dengan mengelitik bagian ketiak dan leher pun sudah tak berlaku lagi buat mereka. “Mungkin mereka malu karena sudah tua…”, kata Flora sambil tertawa. (FLO)