TAK KUAT KASIH PAKAN, WARGA SERAHKAN BAYI ORANGUTAN

Kamis pagi, seorang warga desa Long Lees menghampiri saya di jalan. Pak Kun dengan ekspresi ragu bercampur takut memberitahu saya bahwa dirinya sedang memelihara bayi orangutan jantan. Pak Kun mengatakan bayi orangutan ini ditemukan oleh anjing milik warga tanpa ibunya di tengah kebun sawit milik warga. Warga mendengar, menghampiri, dan menemukan bayi tersebut. Pak Kun yang waktu itu juga berada di sana diminta warga untuk memeliharanya. Alasan Pak Kun dan keluarga menyerahkan karena biaya pakan yang dikeluarkan begitu besar setiap bulannya. Selama 6 bulan memelihara, Pak Kun sudah mengeluarkan banyak uang untuk membeli susu dan buah-buahan. Hal ini membuat Pak Kun berencana memberikan orangutan tersebut kepada keluarganya di Samarinda, namun anak perempuannya yang kebetulan sering melakukan kegiatan natal bersama saya ini menyarankan orangutan diserahkan kepada COP saja.

Sesampai di rumahnya, saya menyaksikan bayi orangutan di dalam kandang kecil yang terlihat murung dengan mata sayunya. Tidak seperti orangutan lain yang seharusnya aktif di pagi hari. Melihat kondisi ini, saya menggendong bayi dan mengecek kondisinya. Tubuh kecilnya dipenuhi luka-luka akibat tantrum dalam kandang tanpa pernah diobati selama pemeliharaan ilegal itu. Genggamannya yang lemah dan tidak kuat menyakinkan saya bahwa bayi orangutan ini lagi sedang sakit. Keluarga Pak Kun dan warga malah menganggap bayi orangutan tersebut lagi mengantuk karena kenyang setelah meminum susu kaleng dan susu krimer yang diberikan.

Dari evaluasi keseluruhan kondisi orangutan kecil ini menderita diare karena pakan yang tidak sesuai membuat bayi orangutan tersebut sakit hingga harus diberikan susu yang sesuai ditambah cairan oralit agar tidak dehidrasi. Pemberian daun sebagai alas tidur dan selimut sebagai penghangat yang bisa membuatnya nyaman. Pintarnya lagi, ketika selimut diberikan, orangutan ini langsung menyelimuti seluruh tubuhnya. Selanjutnya ketika sore hari, dedaunan yang diberikan langsung ditumpuk menyerupai sarang di dalam kandang.

Keesokan paginya, BKSDA Kaltim SKW 1 bersama tim APE Crusader COP memproses penyerahan satwa liar dilindungi ini. Penyerahan berjalan dengan baik tanpa ada gangguan. Bayi orangutan telah tertangani dokter hewan dan dibawa ke pusat rehabilitasi BORA di Berau yang berjarak 10 jam mengemudi. “Dia akan menjalani perawatan dan pemeriksaan intensif. Masa karantina akan memakan waktu 3 bulan. Doakan semoga bayi orangutan ini bertahan dan mendapatkan kesempatan keduanya untuk hidup lebih baik lagi”, ujar Fhajrul Karim, tim APE Guardian. (JUN)

Comments

comments

You may also like