MENGENAL MABAS DAN SEMANGAT KONSERVASI DI TINADA

Sabtu pagi yang sejuk menyelimuti Tinada, Pakpak Bharat, Sumatera Utara. Di sebuah ruang kelas sederhana SDN 030428 Tinada, anak-anak kelas 4, 5, dan 6 duduk denga penuh antusias menunggu kehadiran kami yang selama sepekan ini roadshow edukasi di sekitar lokasi pembangunan sekolah hutan untuk Orangutan Sumatra.

“Anak-anak tahu gak kita mau belajar apa hari ini?”, sapa Bukhori dari tim APE Sentinel COP yang biasanya berada di Medan dan fokus pada penggalangan dukungan publik dan pengembangan edukasi serta penyadartahuan tentang konservasi Orangutan. “Orangutan”, teriak seorang siswa sambil menunjuk boneka orangutan yang dipegang Bukhori. “Betul. Kenalkan, ini Mabas. Mabas adalah orangutan yang hidup di hutan kita. Ada yang tahu apa arti mabas dalam bahasa kita?”, tanya Bukhori. “Orangutan, kak”, jawab seorang anak dengan cepat. Boneka orangutan it langsung mencuri perhatian, bahkan anak-anak kelas 3 yang tidak termasuk dalam kegiatan hari itu mulai mengintip dari jendela. Melihat itu, Nabil tertawa dan mengajak, “Ayo, yang di jendela juga masuk saja. Tapi duduknya rapi ya”.

Orangutan dan perannya di hutan, seperti anak-anak yang punya peran di keluarga, sekolah, dan lingkungannya. Ketika Bukhori bertanya apakah ada yang pernah melihat orangutan secara langsung, seorang anak mengangkat tangan. “Kak, saya pernah melihat orangutan di ladang ayah saya. Tapi dia cuma duduk, gak ganggu”, jelasnya. “Orangutan memang biasanya hanya mencari makan. Mereka gak mau mengganggu manusia. Yuk kita bermain “pemburu dan Penebang”, ajak Bukhori. Melalui permainan ini, siswa diajak merasakan bagaimana rusaknya hutan akibat perburuan dan penebangan liar. Menariknya, seorang siswa kelas 5 dengan percaya diri mampu menjelaskan filosofi permainan tersebut dengan lugas. Tiba waktunya tim berpamitan, meninggalkan Tinada yang penuh semangat demi kehidupan satwa liar yang lebih baik. (DIM)

Comments

comments

You may also like