AWAS ADA JOJO

“Aaa Ayo lari!”, suara Indah berhasil membangun alarm panikku dan Gavrila yang hari itu membawa orangutan Jojo, Jainul, Bagus, dan Astuti ke sekolah hutan. Aku yang sedang fokus menghindari gigitan orangutan Jainul seketika refleks berlari menjauhi suara Indah tanpa melihat ke belakang. Jainul yang ada dalam gendonganku pun ikut panik dan bingung hingga ia berhenti menggigit dan terdiam. Di belakangku, Gav sempoyongan menggendong Astuti sambil berseru, Tungguuu! Jangan tinggalin aku”, begitulah kehebohan yang ditimbulkan Jojo hari itu saat sesi sekolah hutan. Membawa orangutan Jojo bersekolah hutan memang jadi teror tersendiri. Jojo sudah terkenal usil dan nakal, terutama pada keeper baru atau keeper perempuan. Belum ada dua bulan menjadi keeper, aku sudah kena jambak hingga rambutku lepas segenggam. Jas hujanku juga pernah ditariknya hingga compang-camping saat membersihkan kandang di hari hujan.

Akhirnya setelah berlari, aku, Gav, dan Indah berhasil menjauh dari Jojo. Ketika kutengok ke belakang, Jojo memandangi kami di tanah. Mungkin ia juga heran melihat tingkah manusia yang tiba-tiba berlarian, padahal ia hanya diam saja. Hari itu memang kami sedikit lebih waspada pada Jojo. Karena ia baru saja merebut dan mematahkan pensil dan pulpen yang kami gunakan untuk mencatat perilaku murid sekolah hutan. Butuh waktu yang lama, berbagai trik, serta kesabaran agar kami mendapatkan kembali alat tulis kami. “Lio! Jojonya nih”, aku berteriak memanggil Lio, keeper lama yang bertugas mencatat aktivitas Jojo di sekolah hutan. Jojo hanya takut dan menuruti keeper laki-laki yang berbadan besar. Karena itu setiap sekolah hutan, biasanya keeper tertentu yang dipilih untuk membawa Jojo. Akhirnya setelah Lio datang dan menggandeng Jojo, kami kembali ke kandang dan memasukkan mereka ke dalamnya.

Saat kembali ke lokasi camp untuk beristirahat, kami menceritakan kembali kehebohan Jojo di sekolah hutan tadi. Setelah itu kami saling mengingat-ingat kelakuan nakal Jojo yang pernah ia lakukan. “Ih aku dulu pernah kerudung aku ditarik ama si Jojo. Terus dimain-mainkan ampe robek mah sama dia. Diludahin juga pernah aku mah sama dia”, ujar Indah. Kami tertawa-tawa mendengar kesialannya. “Inget nggak Nad, waktu itu kan kita pernah juga dilemparin tai sama dia pas bersih kandang?”, tanya Gav. Aku mengangguk sembari mengingat masa-masa awal menjadi keeper dan dibuat terkejut dengan kelakuan orangutan Jojo. Ya begitulah kenakalan Jojo. Kalau ada Jojo, selalu ada kejadian mengenaskan yang berubah menjadi lucu ketika diceritakan. Kenakalannya seperti kenakalan anak manusia yang membutuhkan kesabaran dan pengertian dalam menghadapinya. Tetapi meski kami sering dinakali, kami tetap berharap agar Jojo semakin pintar bersekolah hutan dan semakin acuh pada manusia agar cepat lulus. Doakan Jojo ya! (NAD)

Comments

comments

You may also like