
GETTING TO KNOW ORANGUTAN, DESPITE THE LIMITATIONS
Started when one of the Orangufriends Yogyakarta received an information that a school requested school visit for wildlife knowledge sharing. The support group of COP or Orangufriends collect all information related to the particular school: address, number of students, and participant target. One of the biggest challenge they found was the fact that this school was not a regular school like the ones they usually visited, this school, SD (elementary school) & MTs (junior high) Yekatunis was a school for children with special needs (disabled children). In order to prepare the materials better and more suited for the children, the visit schedule needed to be pushed back to 6 October 2016.
Coordination with the teacher is a must, so the students would be able to understand the materials and the speaker would be able to deliver materials in way that acceptable for the student. Briefing with Orangufriends conducted at 3 October 2016, 4 days before the school visit. During the briefing, Orangufriends discussed the speakers grouping for student groups. The students would be divided into 5 groups, which each consist of 14 students, 13 students, 10 students, 9 students and 10 students. This grouping was based on the special needs of the students. Those students had various disabilities: visually impaired, physically impaired, mentally challenged, handicapped, and slowlearner.
The discussion then continued to decide the materials and the best way to deliver it, best suited for the disabled student’s imagination. It was decided that for elementary school students, the material would be delivered via storytelling, and for MTs the material would be delivered via oral presentation and hand puppet. Besides that, Orangufriends also brought the orangutan costume which aimed to give the students a picture of what a real orangutan would look like.
During the discussion, there are several challenges found; the big number of students so it would be impossible to deliver the materials in one room, so Orangufriends decided to deliver the materials in separate classes based on the group. Another challenge was the limited number of hand puppet, so it was decided to distribute the puppets fairly to all groups. The next challenge was how to ensure all classes able to see the orangutan costume, so it was decided that the man in costume will visit each class for 10 minutes.
14 Orangufriends started the school visit at 8 AM. The enthusiasm of students was shown when Orangufriends entered the class, where the students hoped that there would be real orangutan. Challenges started to emerge when speakers delivered the materials, and found it quite difficult to simplify words and create common understanding with students. Inside the class, there were a lot unexpected questions asked by students: “How does orangutan give birth?” or “Does orangutan feel comfortable to live in zoo?”
The elementary school students showed various reaction when the orangutan costume entered class: some screamed hysterically, afraid of the orangutan fur; shocked and went speechless; peed their pants; threw up; even excited and hugged the costume very tightly,
At the end of the visit, the students were gathered into the school’s auditorium along with teachers and the Orangufriends. An elementary schools student named Putri was brave enough to sing in front of her friends, and another elementary school student named Panca spoke in front of his friends about his experience of the school visit. Despite the all screaming, Orangufriends was delighted to share the knowledge about wildlife to the students. This was the first experience and a very special one. The school was chosen not without a reason, but to show that knowledge knows no limitations.
Thank you for students and teachers of SD & MTs Yekatunis that hosted our visit. Thank you for Orangufriends Yogyakarta with their spirit for knowledge sharing to Yekatunis students. (Kharin-Orangufriends Yogya).
MENGENAL ORANGUTAN TANPA BATAS KEMAMPUAN
Berawal dari informasi salah satu Orangufriends Yogyakarta bahwa ada satu sekolah yang mengharapkan adanya sharing ilmu tentang satwa liar. Kelompok pendukung COP atau Orangufriends mengumpulkan berbagai informasi tentang sekolah tersebut seperti alamat sekolah, jumlah siswa-siswi dan target peserta. Satu hal yang pertama menjadi tantangan besar dan cukup membuat semua orangufriends menelan ludah yaitu ini bukan sekolah biasa yang sering orangufriends kunjungi. Sekolah Dasar dan MTs Yekatunis dengan predikat Sekolah Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus (Disabilitas).
Hal ini juga membuat jadwal school visit menjadi mundur menjadi tanggal 06 oktober 2016 karena materi dan pemateri yang harus dipersiapkan sebaik-baiknya.
Koordinasi dengan guru sekolah menjadi suatu keharusan agar siswa-siswi dapat menerima materi dengan baik dan pemateri dapat menyampaikan dengan benar. Briefing dengan teman-teman orangufriends pun dilakukan pada Senin 03 oktober 2016, ympat hari sebelum school visit dilaksanakan. Beberapa hal yang orangufriends diskusikan yaitu pembagian kelompok pemateri untuk siswa. Kelompok dibagi dengan variasi jumlah 14 orang, 13 orang, 10 orang, 9 orang, dan 10 orang. Pembagian kelompok pun tidak bisa sembarangan karena ada beberapa siswa yang menderita lebih dari satu jenis disabilitas sehingga penanganannya berbeda dengan siswa lainnya. Siswa- siswa tersebut menderita disabilitas seperti tuna netra yaitu sulit dalam penglihatan, tuna daksa yaitu memiliki cacat di bagian tubuh tertentu, tuna grahita yaitu kelemahan dalam berfikir dan bernalar, handicap yaitu memiliki kombinasi kelainan dan slowlearner yaitu sulit dalam belajar.
Setelah itu, diskusi berlanjut mengenai materi yang akan dibawakan beserta cara penyampaiannya agar sesuai dengan imaginasi penderita disabilitas. Bagi siswa-siswi SD materi berbentuk dongeng tentang kehilangan hutan dan boneka tangan sedangkan untuk MTs materi lisan tentang konservasi satwa liar dan boneka tangan. Selain materi di atas orangutfriends juga membawa kostum orangutan asli yang diharapkan saat siswa melakukan kontak fisik dapat membayangkan ukuran orangutan serta bulu orangutan sebenarnya.
Selama diskusi ada beberapa hal yang menjadi kendala dan berubah-ubah seperti jumlah siswa yang cukup banyak sehingga tidak bisa pemberian materi dalam satu ruang aula seperti rencana sebelumnya maka dari orangufriends membagi menjadi 5 kelas berbeda sesuai kelompok. Tantangan pertama terselesaikan, kemudian muncul tantangan kedua untuk membagi jumlah boneka tangan yang terbatas jumlahnya agar tiap siswa-siswi di kelas dapat mengimaginasikan satwa sesuai dengan ukuran aslinya maka hanya berapa jenis boneka satwa yang digunakan seperti tupai, kodok, elang dan orangutan kecil.
Tantangan kedua selesai, kemudian ada tantangan ketiga dimana kostum orangutan hanya ada 1 sehingga dalam 10 menit sekali orang yang menggunakan kostum harus masuk ke kelas secara bergantian.
Empat belas orangufriends memulai school visit tepat pukul 08.00 pagi. Antusiasme siswa sudah mulai terlihat saat masuk kelas dimana siswa mengharapkan kehadiran orangutan. Kekhawatiran yang sebagian besar muncul saat menyampaikan materi yaitu pemateri kesulitan untuk menyederhanakan kata dan menyamakan imaginasi bersama siswa. Saat di dalam kelas banyak muncul pertanyaan dari siswa-siswi MTs yang tidak terduga seperti, “Bagaimana cara orangutan melahirkan?” atau “Sebenarnya kebun binatang itu nyaman untuk orangutan atau tidak?”.
Siswa-siswi SD memberikan respon yang berbeda-beda saat orangufriends yang menggunakan kostum masuk ruang kelas seperti ada yang histeris ketakutan dengan bulu orangutan, syok dan tidak bisa bicara, mengompol, dan muntah serta kesenangan yang tidak tertahankan sehingga orangutan dipeluk dengan erat.
Di akhir acara siswa-siswi SD dan MTs dikumpulkan di ruang aula sekolah bersama dengan guru dan orangufriends lainnya. Siswi SD bernama putri memberanikan diri bernyanyi di depan teman-temannya dan siswa Panca memberikan kesan saat orangutan datang ke kelas. Terlepas dari suara teriakan yang terdengar di sekolah orangufriends sangat senang dapat memberikan ilmu tentang satwa liar kepada siswa-siswi. Ini merupakan pengalaman pertama dan sangat spesial. Bukan tanpa alasan pemilihan sekolah dilakukan tetapi karena ilmu tidak memandang batas kemampuan seseorang untuk terus belajar.
Terima kasih untuk siswa-siswi SD dan MTs Yekatunis beserta guru-guru yang sudah menerima kehadiran kami dengan baik. Terima kasih untuk teman-teman orangufriends Yogyakarta yang dengan semangatnya dapat berbagi ilmu dengan siswa-siswi sekolah Yekatunis. (Kharin-Orangufriends Yogya)