
COLLECTOR OF SUMATRAN TIGER PELTS DETAINED
Yet another success resulting from the hard work and patience of law enforcement teams. On the 25th of Februari 2016, Centre for Orangutan Protection along with colleagues and the Special Crime Investigation unit of the South Sumatran Police reported the sale of body parts belonging to protected wild animals, specifically whole tiger pelts 130cm in length, as well as the tigers bones, still in embalming fluid. The female tiger was estimated to be of juvenile age. Three holes were found in the skin which were suspected to be gunshot wounds made by the hunter.
In this first COP operation in Sumatra for the 2016 year, the suspect, 44 years old, has been found to be a large-scale collector of tiger body parts. The wildlife trade is evolving. Online Media plays a huge role in its development. The demand for wild animals as well as the increasingly sparse habitat is diminishing the existence of these wild animals. The sentencing for offenders of wildlife crime must be harsh, so that the criminals are wary and afraid to commit these crimes. Said Daniek Hendarto, Anti-Wildlife Crime Manager for Centre for Orangutan Protection.
Based on Paragraph 21, Clause 2 of Regulation 5, 1990: All persons are prohibited from (b) storing, possessing, transporting or trading dead protected animal species and (d) trading, storing or possessing skins, carcasses, or other body parts of protected animal species, or items made from or containing parts of such animals, or exporting these items from anywhere in Indonesia to another location within or outside of Indonesia. Sentence of imprisonment maximum 5 (five) years and a maximum fine of 100,000,000.00 Rupiah (One hundred million rupiah).
PENGEPUL KULIT HARIMAU SUMATERA TERTANGKAP TANGAN
Satu lagi keberhasilan atas kerja keras dan kesabaran tim untuk penegakkan hukum. Centre for Orangutan Protection bersama rekan lainnya dan Reskimsus Polda Sumatera Selatan, 25 Februari 2016, mengungkap kasus penjualan bagian satwa liar yang dilindungi yaitu kulit harimau utuh sepanjang 130 cm, lengkap dengan tulangnya yang masih dalam cairan pengawet. Harimau betina ini diperkirakan berumur remaja. Terdapat tiga lubang di tubuhnya yang diperkirakan bekas luka tembakan si pemburu.
Dalam operasi bersama untuk pertama kalinya COP di Sumatera tahun 2016 ini, Tersangka Shn (44 tahun) merupakan pengepul bagian tubuh satwa liar Harimau yang cukup besar. “Perdagangan satwa liar menjamur. Media online sangat berperan besar dalam perkembangannya. Permintaan dan semakin sempitnya habitat menyudutkan keberadaan satwa liar ini. Hukuman pelaku kejahatan terhadap satwa liar harus berat, agar takut dan jera untuk melakukan kejahatan itu.”, ujar Daniek Hendarto, Manajer Anti Wildlife Crime Centre for Orangutan Protection.
Berdasarkan Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 Setiap orang dilarang untuk (b) menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati dan (d) memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia. Saksi pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
“Jatuhkan vonis yang seberat-beratnya! Penegakan hukum harus jadi prioritas.”, tambah Daniek Hendarto. (YUN)