
THE WORK OF INSPIRING WOMEN ENRICHING THE WORLD OF CONSERVATION
Annually on 8th March, the world celebrates the International Women Day since 1910. This celebration is meant to raise awareness on inequity and inequality that women experience around the world. More than a century has passed yet we’re still celebrating it today. This could only mean that we’re still far from creating an equal and fair world for women and we should continue the struggle.
In the world of conservation, women face different kinds of inequity and inequality in different countries. In Indonesia, we might often hear a bias assumption that the world of conservation is a men world. It’s believed as a masculine field because it requires physical strength, courage, and intelligence, qualities often attributed to men. Women’s contribution and role are often overlooked and degraded. Say the least, women pay great contribution to work of conservation to this day. Let’s have a talk with mbak Yuyun, a mother and one of tough women who co-founded COP and still work in COP as a communication manager today.
How’s your journey with COP from day 1?
Truly it was chaotic. My children were so young I had to leave them with my parents. When I found the work pace and pattern suitable for me, I took care of my children while working for COP. Luckily, the world of media started to shift from printed and conventional to digital at that time.
What are the challenges you face as a women workin in conservation?
For me, it’s time management. It’s indeed impossible to manage time. I have to be physically and mentally tough because I have the role of being a mom and I have to do my best in the role. Meanwhile as a woman worker in conservation, especially Orangutan conservation, I have to perform well in the role and be responsible for every work assigned to me. I have to give lots of support to my fellow in the field so our hard-work doesn’t just end in the field, we have to tell the stories to people.
What do you think about the statement that the world of conservation is for men?
Well, it’s true that out work here requires great physical strength. But don’t get it wrong! Women can be tough if they exercise well. We also have to learn fieldwork management well so our physical limitation don’t trouble us. If this world of conservation was only rum by men, surely it will miss lots of details and various interesting point of view. Women and men have their own weaknesses and strength, but it’s fulfilling each other. So take your role!
How’s the gender equity in COP?
To be honest, I never think whether I walk or work with a men or women. I value their competence regardless the gender. I see everyone as a unique individual, not degrading them by sex. Men and women both have their own roles.
What do you like to say to your fellow women worker in conservation?
Don’t let your self down whenever people look down on you as a woman, just show them what you can do. When they told you that women are weak, overly sensitive, and don’t belong in field work, just twist and use that judgement as a weapon and be resilient. Hold on and do your best. Time will show the truth.
Mbak Yuyun is one among other tough and inspiring women worker in the world of conservation. There are a lot of extraordinary women in our COP family with outstanding contribution and dedication in protecting Orangutan and beyond. Let’s meet them sometime! Support women and #EmbraceEquity in the world of conservation! (NAD)
SALING MENGISI DI DUNIA KONSERVASI, PEREMPUAN JUGA TURUT MENGINSPIRASI
Hari Perempuan Internasional setiap 8 Maret sejak tahun 1910 diperingati untuk meningkatkan kesadaran akan ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang diterima oleh kelompok perempuan di seluruh dunia. Satu abad lebih telah berlalu, sayangnya kita masih memperingatinya. Hal ini menunjukkan kalau perjalanan kita dalam menciptakan lingkungan yang setara bagi perempuan dan laki-laki masih panjang dan belum berakhir.
Perempuan menghadapi tantangan kesetaraan yang berbeda-beda di seluruh dunia. Mungkin kita masih sering mendengar anggapan bias bahwa kerja konservasi adalah dunia laki-laki di Indonesia. Dunia konservasi dilihat sebagai dunia kerja maskulin yang membutuhkan keberanian, kecerdasan dan kekuatan fisik yang besar, hal-hal yang sering diatributkan pada laki-laki. Peran perempuan masih sering dikecilkan dan dipandang rendah kontribusinya. Padahal, kerja-kerja konservasi hingga hari ini tidak terlepas dari peran perempuan loh. Mari kita berbincang dengan mabak Yuyun, seorang ibu dan salah satu perempuan tangguh yang turut mendirikan COP dan masih berperan hingga saat ini.
Bagaimana perjalanan mbak Yuyun bersama COP sejak awal berdiri?Jungkir balik pastinya. Apalgi saat itu anak-anak masih kecil sekali. Sempat saya titipkan kepada orang tua saya. Ketika pola bekerja sudah ketemu, saya mengasuh anak-anak sembari mengerjakan pekerjaan di COP. Beruntung sekali saat itu peralihan dunia serba cetak ke dunia online.
Apa tantangan yang dihadapi sebagai seorang perempuan pekerja konservasi? Menurut saya, membagi waktu menjadi tantangan dan memang hampir mustahil membaginya. Yang pasti kondisi kesehatan fisik maupun mental harus kuat karena sebagai ibu, saya harus menjalankan peran itu dengan semaksimal mungkin. Lalu sebagai orang yang engabdi di dunia konservasi khususnya orangutan, saya juga harus menjalankan peran dan tanggung jawab yang sudah diberikan. Teman-teman di lapangan harus mendapat dukungan penuh agar kerja keras yang di lapangan tidak hanya sampai di situ saja, tapi terkomunikasikan (ke dunia luar).
Bagaimana tanggapan terhadap anggapan bahwa dunia konservasi adalah dunia laki-laki? Betul, di sini dibutuhkan kekuatan fisik. Tapi jangan salah, perempuan sebenarnya adalah sosok yang lebih tangguh jika dia melatih kemampuannya dengan baik.Manajemen perjalanan di lapangan harus dipelajari juga agar kekurangan fisik perempuan tidak menjadi halangan. Jika dunia konservasi berisikan laki-laki saja, tentunya hal kecil dan detil akan banyak terlewati. Laki-laki dan perempuan tentunya punya kekurangan dan kelebihan, ini akan mengisi dunia konservasi. Ambil peranmu!
Bagaimana mbak Yuyun memandang kesetaraan gender dalam kerja di COP? Sejujurnya, saya tidak pernah melihat sedang jalan atau bekerja dengan berjenis kelamin apa. Tapi lebih ke kemampuan orang tersebut. Saya melihat seseorang sebagai pribadi yang unik bukan sekedar jenis kelaminnya. Perempuan maupun laki-laki punya peran masing-masing.
Apa pesan yang ingin disampaikan terhadap sesama perempuan pekerja konservasi? Jangan kecil hati ketika kamu dilihat sebagai perempuan, tunjukkan saja kemampuanmu. Manfaatkan pandangan miring yang menyertai perempuan pekerja konservasi seperti lemah, tidak siap ke lapangan atau sensitif. Bertahanlah dan lakukan yang terbaik. Waktu akan membuktikan.
Mbak Yuyun hanyalah seorang di antara perempuan yang tangguh dan menginspirasi di dunia konservasi. Masih banyak anggota keluarga Centre for Orangutan Protection (COP) yang luar biasa peran dan dedikasinya untuk melindungi orangutan dan satwa lainnya. Kapan-kapan kita berkenalan dan berbincang dengan mereka ya! Ayo bersama-sama kita #RangkulKesetaraan di dunia konservasi! (NAD)