PISANG MOLI NENEK NUN UNTUK ORANGUTAN

Orang-orang di kampung Merasak, Berau, Kalimantan Timur, memanggilnya Pouy Nun. Pouy dalam bahasa Dayak Kenyah bisa diartikan kakek ataupun nenek. Setiap hari saat cuaca cerah, nenek Nun menghabiskan waktunya di kebun walau sekedar membersihkan rumput ataupun mengambil sayur untuk dimasak.

Orang bilang tanah kita, tanah surga… sepertinya benar. Hampir semua warga kampung Merasa memiliki kebun dan di kebun mereka banyak tumbuh pohon buah-buahan, tidak terkecuali di kebun nene Nun. Pisang, pepaya, rambutan, durian, langsat dan buah-buahan lainnya. Tapi anehnya, pohon buah di kebun nenenk Nun tidak semuanya ditanam, misalnya pepaya. “Pepaya yang tumbuh di depan pondok nenek ini, bukan nenek yang tanam. Burung terbang bawa makanan lewat di atas kebun nenek, tidak sengaja menjatuhkannya, kalau tumbuh dan berbuah berarti rejeki nenek.”, cerita nenek Nun gembira.

Bermacam jenis pisang tumbuh di kebun nenek Nun, salah satunya pisang Moli. Buahnya yang manis, dengan panen yang cepat membuat pisang Moli jadi idola. Dulu pisang Moli hanya dijadikan hidangan untuk keluarga di rumah. Sekarang karena banyak tumbuh di kebun, nenek Nun memilih berbagi pisang Moli dengan para orangutan di COP Borneo. “Setiap 2 minggu sekali nenek Nun akan memberitahu kami kalau ada pisang yang sudah siap panen di kebunnya dan tidak tanggung-tanggung, sekali panen biasanya sampai 10 tandan, cukup untuk persediaan orangutan selama satu minggu lebih.”, ujar Wety Rupiana.

Nenek Nun sengaja menanam banyak pisang Moli di kebunnya untuk disajikan ke orangutan. Sebuah perbuatan sangat mulia, semoga kesehatan selalu menyertainya, Amin. (WET)

AUTOPSY RESULT OF ORANGUTAN KALAHIEN: SHOT AND BEHEADED

On Thursday evening, January 18th, 2018, held an autopsy or necropsy of an orangutan that found dead four day ago in the Barito river, Buntok Distik, Central Kalimantan. An Autopsy was conducted by the Central Kalimanta Regional Police by deploying its forensic team and assisted by the BOSF medical team, Center for Orangutan Protection (COP). The Autopsy was conducted at the site, the location of the orangutan was buried.

From an autopsy that ran for about two hours, the autopsy team revealed:

1. Confirmed it was an adult male orangutan.
2. At the neck, found 3 more injuries caused by sharp objects and makes the neck broke or cut.
3. Found 17 air rifle bullet: 1 bullet in left thigh, 14 bullets in the front of the body and 2 bullets at the back of the body.
4. There are 7 broken ribs on the left side.
5. Estimated death when found on Monday it’s have been 3 days prior.
6. The hull broke because of air rifle bullets.
7. The Heart is exposed to air rifle bullets
8. Lungs hit by the bullets
9. The chest on the left there is a bruise due to blunt object that cause the broken ribs.
10. The losses of hair caused by the flow of water.
11. No Microchip or clarified as wild orangutans.
12. Digestion is Normal, there are bark and leaves that have not been digested perfectly.

“Today’s autopsy result have proven that orangutan death due to humans, as evidence by the discovery of many air rifle bullets. Our strong suspicion of the death is because it was shot using an air rifle that went through the heart, lungs and stomach. Then the head was cut. Broken ribs and the cut of the head due the trim should make the Police and especially KLHK to be more excited about revealing this case. The authority of KLHK in this case is at stake, “said Ramadhani, COP’s Habitat Protection Manager.
The bodies of the orangutan after the autopsy were taken and buried in BOSF Nyaru Menteng for security reasons.

Information and Interview contact:
Ramadhani, COP Habitat Protection Manager
Phone : 081349271904
Email: ramadhani@orangutan.id

HASIL OTOPSI ORANGUTAN KALAHIEN: DITEMBAK DAN DIPENGGAL
Kamis petang tanggal 18 Januari 2018 telah dilakukan otopsi atau nekropsi terhadap mayat orangutan yang ditemukan tanpa kepala di sungai Barito, Kab. Buntok, Kalimantan Tengah setelah empat hari lalu ditemukan. Otopsi dilakukan oleh Polda Kalimantan Tengah dengan menurunkan tim forensiknya dan dibantu oleh tim medis BOSF, Centre for Orangutan Protection (COP). Otopsi dilakukan di tempat, dimana lokasi orangutan dikubur.

Dari otopsi yang berjalan sekitar dua jam, tim otopsi mengungkapkan :
1. Dipastikan adalah satwa jenis orangutan berjenis kelamin jantan dewasa.
2. Pada bagian leher ditemukan lebih 3 luka yang disebabkan oleh benda tajam sehingga leher putus atau tebasan
3. Ditemukan 17 peluru senapan angin : 1 peluru senapan angin di paha kiri, 14 peluru senapan angin di badan bagian depan dan 2 peluru senapan angin dibagian belakang badan atau punggung.
4. Terdapat 7 tulang rusuk sebelah kiri yang patah.
5. Perkiraan kematian ketika ditemukan pada hari Senin sudah 3 hari.
6. Lambung pecah karena peluru senapan angin.
7. Jantung terkena peluru senapan angin.
8. Paru-paru terkena peluru senapan angin.
9. Bagian dada sebelah kiri terdapat luka lebam akibat benda tumpul yang menyebabkan tulang rusuk patah.
10. Hilangnya rambut atau bulu disebabkan oleh arus air.
11. Tidak ditemukan adanya microchip atau dipastikan orangutan liar.
12. Pencernaan normal, terdapat kulit kayu dan daun-daunan yang belum tercerna sempurna.
“Hasil otopsi hari ini telah membuktikan bahwa kematian orangutan karena manusia, itu dibuktikan dengan ditemukannya banyak peluru senapan angin. Dugaan kuat kami kematian orangutan ini karena ditembak menggunakan senapan angin menembus jantung, paru-paru dan lambung. Kemudian kepala ditebas. Patah tulang iga dan putusnya kepala karena tebasan harusnya membuat Kepolisian dan terutama KLHK untuk bisa lebih bersemangat mengungkap kasus ini. Kewibawaan KLHK dalam kasus ini dipertaruhkan.”, kata Ramadhani, Manager Perlindungan Habitat COP.

Mayat orangutan setelah otopsi dibawa dan dikubur di BOSF Nyaru Menteng untuk alasan keamanan.

Informasi dan Wawancara hubungi:
Ramadhani, Manager Perlindungan Habitat COP
HP : 081349271904
Email: ramadhani@orangutan.id

HERCULES, SANG PELINDUNG ORANGUTAN LECI

Ini dia orangutan yang cinta damai… namanya Leci. Dia memang orangutan yang paling kecil di pulau pra-rilis. Tapi dia bisa berdekatan dengan siapa saja, mulai dari Nigel, Hercules, Untung dan lainnya. Memang, Leci paling sering terlihat bersama Hercules. Hercules sendiri terlihat seperti menjaga Leci. Leci terlihat tidur bersama Hercules beberapa kali.

Perkelahian antar orangutan jantan memang tidak bisa dihindari. Perbutan makanan pastinya yang memicu perkelahian. Saat yang mendebarkan seperti itu, Leci dengan santainya mendekati mereka dan bersikap manja dengan menjatuhkan badannya dan berguling-guling di situ. Mereka yang berkelahi, biasanya satu persatu akan pergi. Apakah ini kode etik tidak berkelahi di depan anak kecil? Hahaha… yang pasti, kami yang mengawasi dari seberang pulau menjadi lega. Perkelahian lebih hebat tertunda.

Leci juga sudah bisa mengekspresikan dirinya. Beberapa kali terlihat melakukan vokalisasi marah. Sayangnya, Leci tidak takut pada manusia. Dia sering nongkrong di dermaga pakan orangutan, menunggu makanan dilemparkan. Kemampuan Leci membuat sarang akan terus berkembang, saat ini dia membuat sarangnya di ketinggian 15 meter. Leci… semoga usia dan tubuh mu tidak menghalangi mu kembali ke habitatmu ya. Bantu COP Borneo menjalankan pusat rehabilitasi orangutan dengan donasi ke Terimakasih.