GOOD BYE UNTUNG AND UNYIL!

When both of the transport cage doors are lifted, the two orangutans come out and reach for the nearest tree to climb. Untung and Unyil returned to their habitat and have overwhelmed the APE Guardian COP team.

Thursday, April 11, 2019 is still nine days to commemorate Earth Day. Two orangutans were released by East Kalimantan BKSDA, Dipterokarpa and Center for Orangutan Protection in Berau, East Kalimantan. A number of invited guests from the Berau Environmental Office, OWT, Kelay Koramil and Lesan Dayak Chief participated in witnessing the release this time. Luckily, the APE Guardian COP team immediately evacuated guests to leave the release site. “Untung suddenly came down from the tree and chased the team that was carrying an empty transport cage. We immediately ran away. “, Said Hery Susanto, while catching his breath. It turned out that the sound of the transport cage was enough to disturb Untung, which made Untung turned around and chased them.

While Unyil’s cage was opened by Mr. Aganto Seno from KSDA SKW I Berau. Unyil, who was worried to approach the team, was the opposite. Immediately he climbed the tree and move from one tree to another. The APE Guardian team that will monitor Unyil orangutans at their new home will keep their distance further because of Unyil’s habit to occasionally approach the team. Both are still monitored and are adapting to their new environment. 

Releases have different stories  when the cage door is opened. “We believe, every wildlife has an instinct to survive. Rehabilitation efforts will never be in vain. The dream of returning to habitat is not just wishful thinking. Thank you for the support of all parties that have enabled each individual orangutan to return to their habitat, from rescue, rehabilitation to release. A better life for orangutans, “said Reza Kurniawan, Center for Orangutan Protection optimistically. (EBO)

SELAMAT TINGGAL UNTUNG DAN UNYIL!

Saat kedua pintu kandang angkut diangkat, keduanya pun keluar dan meraih pohon terdekat untuk dipanjat. Untung dan Unyil kembali ke habitatnya dan membuat tim APE Guardian COP kewalahan.

Kamis, 11 April 2019 masih sembilan hari lagi peringatan Hari Bumi. Dua orangutan dilepasliarkan kembali oleh BKSDA Kaltim, Dipterokarpa dan Centre for Orangutan Protection di Berau, Kalimantan Timur. Beberapa tamu undangan dari Dinas Lingkungan Hidup Berau, OWT, Koramil Kelay dan Kepala Adat Lesan Dayak ikut menjadi saksi pelepasliaran kali ini. Beruntung sekali, tim APE Guardian COP segera mengevakuasi para tamu untuk meninggalkan tempat pelepasliaran. “Untung tiba-tiba saja turun dari pohon dan mengejar tim yang membawa kandang angkut kosong. Kami langsung lari tunggang langgang.”, ujar Hery Susanto sambil mengatur nafasnya kembali. Ternyata suara kandang angkut cukup menganggu Untung, hingga Untung berbalik arah dan mengejar tim.

Sementara kandang orangutan Unyil dibuka oleh Pak Aganto Seno dari KSDA SKW I Berau. Unyil yang sempat dikawatirkan mendekati tim, malah sebaliknya. Segera naik ke atas pohon dan berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain. Tim APE Guardian yang akan memantau orangutan Unyil di rumahnya yang baru ini sengaja menjaga jarak lebih jauh, karena kebiasaan Unyil yang sesekali mendekati tim dulunya. Keduanya masih terpantau dan beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Pelepasliaran punya cerita yang berbeda saat pintu kandang dibuka. “Kami percaya, setiap satwa liar memiliki insting untuk bertahan hidup. Usaha rehabilitasi tidak akan pernah sia-sia. Mimpi untuk kembali ke habitat bukan sekedar angan-angan. Terimakasih atas dukungan semua pihak yang telah memungkinkan setiap individu orangutan kembali ke habitatnya, mulai dari penyelamatan, rehabilitasi hingga pelepasliaran. Kehidupan yang lebih baik untuk orangutan.”, ujar Reza Kurniawan, Centre for Orangutan Protection dengan optimis.

ADA COP DI KELAS PENGGALANGAN DANA MAVERICK

Bagaimana caranya agar penggalangan dana bisa berhasil? Maverick, sebuah perusahaan komunikasi dengan tujuan meningkatkan kapasitas LSM dalam komunikasi menginisiasi kelas ini. Ada Agus Nadi yang merupakan Vice President CSR Bank Permata dan Wicaksono yang merupakan pakar Komunikasi publik serta Hardi Baktiantoro yang merupakan pendiri Centre for Orangutan Protection yang berbagi pengalamannya selama di COP. Kelas diikuti oleh 50 LSM.

Menulis laporan yang komunikatif dan adanya alat pemasaran akan membuka peluang donor lain untuk masuk meskipun tidak langsung berkaitan. Perkembangan dunia komunikasi begitu cepatnya, dengan dasar yang kuat seperti bagaimana sebuah pesan bisa berhasil sampai ke khalayak dengan memperhatikan saluran yang digunakan tentu saja umpan balik yang diterima juga bisa terukur dengan baik.

Yang terutama lagi, pengalaman para praktisi tentu saja tak ada yang seindah teori. 

UNYIL AND UNTUNG ARE TAKEN OUT FROM THE ORANGUTAN ISLAND

This morning, the APE Defender team has prepared to take out Untung and Unyil from the orangutan island. Orangutan Island is an island inhabited by orangutan that are ready to be released. Orangutans living on this island, must be able to live with very minimum help from humans. Human intervention is only limited to providing additional food in the morning and evening. The rest, they have to find their own food on the island.

Untung, with his imperfect fingers is able to do the same activities with other orangutans. Physical disability does not prevent him from being released back into his habitat. Since December 2015, Untung has been living on the orangutan island with other male orangutans. Some have been released to the wild, and now it is his turn.

Unyil’s background was raised by residents in a toilet in his house and treated like humans both in terms of diet and behaviour. Finally he got his chance to return to his habitat. His abilities are not as good as other male orangutans on the island of orangutan, Berau, East Kalimantan. But he managed to convince the team, to become a release candidate.

The anesthesia has stuck in Untung’s body. Before it is actually working and makes him fell asleep, Untung climbed a tree, and stayed at a height of 10 meters. Now what? “We are forced to pick him up. Jhonny and Jefri, both climbed the tree quickly, Yes, we must be quick, then carry unconscious Untung. “, Vet Flora reminded the possibility of Untung to regain consciousness. “Untung!!! this is the last time ok. I will not pick up and carry you again!”, Jhonny said a little furiously.

The physical and health checks were again carried out by the medical team. Task division between vet Flora, vet Satria and vet Kiki made this process run fast. After the two orangutans entered the transport cage, the team proceeded by boat. The boat from the Sound For Orangutan charity music also delivered Untung and Unyil to his house. (EBO)

APE DEFENDER MENARIK UNTUNG DAN UNYIL DARI PULAU

Pagi ini, tim APE Defender sudah mempersiapkan diri untuk menarik kembali orangutan Untung dan Unyil dari pulau orangutan. Pulau orangutan adalah pulau yang dihuni para orangutan kandidat pelepasliaran. Orangutan yang tinggal di pulau ini, harus bisa hidup bertahan dengan bantuan manusia seminimal mungkin. Campur tangan manusia hanya sebatas memberi tambahan makanan di pagi dan sore hari. Selebihnya, mereka harus mencari makanan sendiri di pulau.

Untung dengan jari yang tidak sempurna (difabel) mampu melakukan aktivitas yang sama dengan orangutan yang lain. Cacat fisik tak menghalanginya untuk dilepasliarkan kembali ke habitatnya. Sejak Desember 2015, Untung hidup di pulau orangutan bersama orangutan jantan lainnya. Beberapa sudah dilepasliarkan kembali, dan sekarang adalah gilirannya.

Latar belakang Unyil, orangutan yang dipelihara warga di sebuah toilet rumahnya dan mendapat perlakuan seperti manusia baik secara makanan dan tingkah laku akhirnya mendapatkan kesempatannya untuk kembali ke habitatnya. Kemampuannya tak sebaik orangutan jantan lainnya di pulau orangutan, Berau, Kalimantan Timur. Tapi dia berhasil menyakinkan tim, untuk menjadi kandidat pelepasliaran. 

Bius sudah menancap di tubuh Untung. Sebelum benar-benar bekerja membuatnya tertidur, Untung memanjat pohon, dan bertahan di ketinggian 10 meter. Bagaimana ini? “Kita terpaksa menjemputnya ke atas. Jhonny dan Jefri, mereka berdua memanjat pohon dengan cepat, Ya harus cepat, lalu menggendong Untung yang tak sadarkan diri.”, drh. Flora mengingatkan kemungkinan Untung untuk sadar kembali. “Untung!!! ini terakhir kalinya ya. Aku tidak akan menjemput dan menggendong kamu lagi!” ujar Jhonny sedikit geram.

Pemeriksaan fisik dan kesehatan kembali dilakukan tim medis. Pembagian tugas drh. Flora, drh. Satria dan drh. Kiki membuat proses ini berjalan dengan cepat. Setelah kedua orangutan masuk kandang angkut, tim melanjutkan perjalanan dengan perahu. Perahu hasil musik amal Sound For Orangutan pun mengantarkan Untung dan Unyil ke rumahnya.