HAMMOCK OWI DKK DIPERBAIKI

Apakah kamu bisa membayangkan betapa berantakannya kamar anak balita tanpa pengawasan? Bedak bertaburan, minyak telon yang berceceran dan pakaian yang sudah tidak berada di tempatnya lagi? Seperti itulah kandang yang berada di blok kandang sosialisasi. Kandang yang berisi orangutan Owi, Happi, Bonti dan Annie. 

Keempat orangutan ini adalah orangutan dengan usia 3 hingga 5 tahun. Hammock yang merupakan tempat tidur gantung mereka, tak terhitung lagi harus diperbaiki berapa kali. Putus bahkan robek walaupun hammock terbuat dari selang pemadam kebakaran yang sangat kuat. “Ternyata orangutan-orangutan kecil sudah menunjukkan kekuatannya. 

“Kalau hanya diikat, pasti putus lagi. Coba pakai baut, biar kuat.”, kata Johni, kordinator perawat satwa di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Minggu pagi, 11 Agustus beberapa perawat satwa sibuk memperbaiki hammock kandang grup Owi. Sementara Owi dan kawan-kawannya dibawa ke arena bermain dengan dokter hewan. Perbaikan ini tidak memakan waktu lama, karena keahlian perawat satwa COP Borneo yang bisa diandalkan, apalagi hanya memperbaiki hammock.

Baiklah Owi dan gengnya, kita lihat, hammock akan bertahan berapa lama. (FLO)

BERANI, TIDAK BERANI TURUN

Ini dia orangutan yang bernama Berani. Dia merupakan siswa sekolah hutan COP Borneo. Catatan sekolah hutannya tidak cukup bagus karena Berani tercatat selalu bermain di tanah. Jarang sekali dia terlihat memanjat di tali akar maupun di atas pohon. 

“Berani lebih sering di tanah, bermain dengan orangutan lainnya (saling menggigit). Karena itu orangutan Berani dikawatirkan dapat mempengaruhi orangutan lain untuk tidak memanjat pohon. Sedangkan orangutan adalah satwa arboreal yang sebagian besar aktivitasnya berada di atas pohon.”, ujar drh. Flora Felisitas.

Namun hari Sabtu yang lalu menjadi satu cerita tersendiri. Hari itu, orangutan Berani memanjat ke ujung pohon. Berani memanjat hingga ketinggian 15 meter. Dan… dia tidak mau turun meskipun orangutan lainnya sudah kembali ke kandang. Bahkan pancingan susu maupun makanan kesukaannya pun diabaikannya.

Usut punya usut, ternyata orangutan Berani tida mau turun karena dia tidak berani dengan salah satu keeper. Akhirnya, perawat satwa yang membujuknya turun pun diganti. Tak lama kemudian, Berani turun dan kembali ke tanah. 

“Baiklah Berani, kami berhasil menemukan cara untukmu, khusus untukmu, saat sekolah hutan, perawat itu akan menemanimu.”. (FLO)

PERAMBAHAN HUTAN LABANAN DIKAWATIRKAN MEMICU KEBAKARAN HUTAN

Suara gergaji mesin terdengar kembali di dekat pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo, Berau, Kalimantan Timur. Tak lama kemudian suara robohnya pohon mengenai pepohonan yang lain hingga dentuman saat pohon mengenai tanah. 

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) adalah kawasan hutan yang ditetapkan untuk keperluan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta kepentingan religi dan budaya setempat. Ini sesuai dengan amanat UU No. 41 tahun 1999 dengan tanpa mengubah kawasan yang dimaksud. 

Namun, kepemilikan warga lokal sejak zaman nenek moyang akan menyebabkan perselisihan dan sengketa penggunaan lahan. Seperti sekarang ini, ketika pohon-pohon di sekitaran lokasi kandang dan sekolah hutan COP Borneo telah ditebangi. Menurut keterangan, lokasi penebangan tersebut akan dijadikan ladang bagi warga. Usai ditebang, biasanya sisa-sisa tebangan pohon dibakar. Musim kemarau semakin memperburuk keadaan. Pohon-pohon yang telah ditebang menjadi sangat kering dan dapat dengan mudah terbakar. 

Kalau sudah begitu, saluran pernafasan orangutan bahkan manusia penghuni COP Borneo akan terganggu. Orangutan-orangutan kecil akan lebih terasa karena kondisinya yang masih sangat sensitif pada perubahan. Kasus ini bukanlah kasus yang mudah. (SAD)