SETELAH COP SCHOOL… APA YA?

Halo anak muda? Sebenarnya tidak hanya anak muda, siapa pun yang berjiwa muda dan tentu saja tidak bisa diam, ingin terus berbagi dan berkarya untuk dunia konservasi Indonesia. COP School dengan rangkaian seleksinya yang diramu dengan tugas-tugas lapangan maupun laporan di atas kertas mempersiapkan pesertanya untuk menerima materi dari para ahlinya yang telah berkecimpung di dunianya lebih dari lima tahun. Setelah materi tatap muka selama seminggu penuh di Yogyakarta, para peserta dipersilahkan untuk kembali ke daerahnya masing-masing untuk menerapkan apa yang telah didapat selama COP School. Di akhir tahun, tepatnya di Jambore Orangufriends, silahkan berbagi apa yang telah diterapkan usai dari Yogya.

Lalu… tim khusus akan memilih kamu, para alumni COP School untuk mengikuti Leadership Training Camp di Yogyakarta. Tahun ini, Leco Park Kulon Progo Jogjakarta menjadi tempat pelatihannya. Tidak selama COP School, pelatihan ini hanya memakan waktu dua hari. Ada lima belas orangufriends (relawan) yang terpilih. Mereka berasal dari Jakarta, Bandung, Lampung, Yogyakarta, Surabaya dan Bogor. 

Mau tahu lebih banyak tentang Centre for Orangutan Protection, organisasi orangutan satu-satunya yang didirikan putra-putri Indonesia ini? Ikutan COP School Batch 10 ya… sampai ketemu di Yogya!

SEPTI DAN ALOUISE BERMAIN DI SEKOLAH HUTAN LAGI

Sekitar lima bulan yang lalu, di sekolah hutan kedatangan siswa baru yang merepotkan banyak keeper yaitu Alouise. Dua hari sekolah hutan, dua hari pula keeper harus bersabar menunggu dia turun dari pohon. Bahkan di hari keduanya sekolah hutan, Alouise menginap di pohon tinggi yang tidak dapat dipanjat oleh animal keeper. Hingga akhirnya keeper harus menunggunya di bawah pohon. Alouise masih terlalu kecil kalau harus menginap di hutan sendirian. Setelah kejadian itu, Alouise diperkenalkan pada Septi, Alouise pun berada dalam satu kandang dengan Septi untuk menenangkan Alouise yang terlihat sangat ketakutan.

Rabu, dua hari yang lalu, Alouise sekolah hutan lagi, namun kali ini bersama Septi yang menjadi ibu angkatnya. Tujuan dari sekolah hutan kali ini adalah ketika hasilnya bagus, mereka akan dipindahkan ke pulau pra-rilis bergabung dengan orangutan Michelle.

Namun, selama dua hari di sekolah hutan, Septi masih belum mau memanjat pohon. Berbeda dengan Alouise di hari pertamanya ke sekolah hutan dan berkesempatan terpisah dari Septi, dia langsung memanjat pohon tinggi dan tidak mau turun sementara Septi selalu berusaha untuk mencari jalan kembali ke kandang. Di hari kedua, Septi masih hanya bermain di tanah. Lalu Alouise tidak memanjat, dia hanya bermain di dekat Septi. Beberapa kali orangutan Annie mencoba mengajak Alouise bermain, tapi Alouise malah menggigit dan mencari perlindungan ke Septi. 

Ikuti terus perkembangan Alouise bersama Septi ya, dan jangan lupa donasi melalui https://kitabisa.com/orangindo4orangutan (WET)

SATWA DI KUM KUM BELUM TERDAMPAK KEBAKARAN LAHAN KALTENG

Kebakaran lahan untuk wilayah Kalimantan Tengah di musim kemarau kembali terjadi. Sudah sebulan terakhir ini, Manggala Agni Palangkaraya bekerja keras memadamkan api. Ini bukan pekerjaan mudah, lahan gambut menyimpan bara di dalamnya. 

Centre for Orangutan Protection dengan tim APE Crusader bergerak cepat ke provinsi Kalimantan Tengah. Tentu saja, keselamatan satwa yang terdampak kebakaran lahan menjadi fokusnya kali ini. “Kondisi asap yang dikawatirkan sampai ke lokasi Taman Wisata Kum Kum, Kalimantan Tengah ternyata tidak begitu berdampak pada satwa. Kum Kum terlihat sepi. Kandang satwa cukup bersih, kecuali kandang elang. Namun sayang miskin enrichment yang dapat membantu satwa berperilaku seperti satwa liarnya.

Dua binturong dan satu elang bondol tercatat sebagai satwa yang dilindungi UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dan tiga beruk, satu buaya muara dan satu monyet ekor panjang. Kondisinya masih jauh dari lima kebebasan kesejahteraan satwa. Bantu satwa liar di Taman Satwa Kum Kum yuk. (HER)