ALOUISE KEMBALI KEPANGKUAN IBUNYA (1)

Alouise, orangutan yang melalui perjalanan darat selama empat jam dari kampung Nehas Liah Bing, kecamatan Muara Wahau, kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur ke Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo ini merupakan bayi orangutan berjenis kelamin jantan. 9 Maret 2019 yang lalu, Alouise mulai menjalani masa karantina dan pemeriksaan medis. Tubuh mungilnya mengingatkan kami pada Popi, bayi orangutan betina yang ada di COP Borneo dengan pusar yang masih memerah, sepertinya tali pusarnya baru saja lepas (pupak_bahasa Jawa). Perasaan kawatir menghantui kami, merawat bayi orangutan bukanlah hal yang mudah, ditambah tubuh Alouise yang terlihat ringkih sekali.

Hari berganti, Minggu berlalu dan Bulan semakin menyakinkan kami, Alouise bukan bayi orangutan biasa. Usahanya menumpuk-numpuk ranting dan dedaunan yang kami berikan persis seperti orangutan mulai membangun sarangnya. Mungkin, ingatannya pada ibunya masih melekat kuat. Sikap liarnya muncul sesaat saja, saat masa karantinanya berlalu dan Alouise berkesempatan ke sekolah hutan. Alouise, memanjat pohonnya, tanpa menoleh ke bawah, dan berhenti di ketinggian 20 meter. Panggilan tak dihiraukannya, terus di atas bahkan hingga matahari mulai condong ke barat. Iming-iming susu tak cukup menurunkannya dari pohon.

Tak seorang pun yang tak pernah digigitnya. Gigitan adalah salah satu cara orangutan kecil mempertahankan diri. Tak satu orangutan pun bisa berdekatan dengan nya. Hingga pada satu kesempatan, Septi, orangutan betina remaja menjadi tempat Alouise berlindung. Alouise benar-benar merasa nyaman bersama Septi. Begitu pula sebaliknya, Septi terlihat sangat melindungi Alouise. 

WISATA BERBURU? ITU HANYA BISNIS!

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan pemerintah berencana mengembangkan Pulau Komodo menjadi wisata safari bertaraf international seperti di Afrika, salah satunya wisata berburu. Pernyataan ini tentu saja meresahkan pegiat konservesi mengingat kasus perburuan liar di Pulau Komodo termasuk tinggi.

Pulau Komodo adalah habitat bagi setidaknya 22 spesies reptil, 72 spesies burung, 7 spesies mamalia darat, 1000 spesies ikan, 260 spesies terumbu karang, 70 spesies spons laut, 14 spesies mamalia laut da beragam hewan lainnya. Pulau Komodo teletak di kawasan Wallacea, Daerah yang memiliki tingkat keanekaragaman spesies yang sangar tinggi. Banyak spesies di kawasan Wallacea merupakan sawa endemik, artinya tidak bisa ditemui di tempat lain. Komodo, kerbau, rusa timor dan kakatua jambul kuning sering menjadi sasaran perburuan liar di Pulau Komodo. Jika wisata berburu dilakukan, tentu semakin mendorong hilangnya populasi hewan di pulau ini. 

Wisata berburu adalah bisnis yang sengaja ditutupi dengan kedok konservasi. Tidak masuk akal menyelamatkan populasi suatu spesies dengan cara membunuhnya. Seharusnya pemerintah memikirkan cara agar spesies-spesies ini tidak diburu. Perburuan liar saja sudah sulit untuk dicegah, apalagi jika ditambah perburuan legal. Hewan-hewan endemik pulau Komodo bisa punah jika pengelolanya sembrono. (IND)

 

BERMAIN ATAU BERKELAHI

Ketika jam bosan sudah tiba, semua siswa sekolah hutan di Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo akan turun ke tanah untuk bermain. Seperti hari ini, awalnya hanya Berani dan Annie yang bermain di tanah lalu tidak lama kemudian Popi dan Mary menyusul. Mereka saling kejar dan saling menggigit satu sama lain. Sama seperti anak kecil ketika bermain dengan teman-temannya. Bayi orangutan pun tidak bisa dilarang ketika sedang bermain dengan bayi orangutan lain.

Namun, kalau hanya bermain-main saja seharusnya tidak ada bekas luka di wajah dan badan Jojo. Tidak hanya Jojo, hampir semua siswa sekolah hutan badannya terdapat bekas luka gigitan. Luka tersebut tidak membuat mereka jera sedikit pun.

Para perawat satwa melihat ini biasa saja, karena siswa sekolah hutan sering bermain-main seperti ini dan ketika dipisah mereka akan cari cara agar dapat bermain dengan yang lainnya lagi. Ya, layaknya seperti anak kecil yang bermain dengan  temannya, ketika dipukul temannya, dia akan menangis lalu tidak lama kemudian mereka akan bermain lagi. Begitu juga dengan anak-anak orangutan yang berada di COP Borneo. Tingkah mereka membuat kami bertanya-tanya, sebenernya mereka bermain atau berkelahi?