Orangufriends

KOMUNITAS SENI DANGAU DUKUNG KAMPANYE TEROR SENAPAN ANGIN

Akhirnya Centre for Orangutan Protection secara resmi bekerja di Pulau Sumatra. Tim APE Guardian yang menjadi malaikat bagi satwa liar Sumatra melakukan silahturahmi ke salah satu perkumpulan seni yang berada di Padang, yaitu Komunitas Dangau. Berdiri sejak 2015, diinisiasi oleh Budi, salah satu pemuda yang sempat menunaikan pendidikan di ISI Yogyakarta. “Dangau berarti bagunan (gubuk) di tengah sawah. Sama seperti studio kami yang berada di area persawahan”.

Saat tim berkunjung, Komunitas Dangau sedang melakukan pameran kecil di kebun yang tak jauh dari studio mereka. Beberapa karya yang mereka tampilkan mengangkat tema tentang teror senapan angin. Salah satu kampanye COP sejak enam tahun yang lalu. Bahwa peluru senapan angin yang kecil itu menjadi ancaman kehidupan orangutan dan satwa liar lainnya. Tak sebatas itu, ternyata peluru sena[pan angin pun memakan korban manusia, tak hanya satu atau dua kasus. Namun puluhan kasus penyalah gunaan senapan angin.

“Rencananya, beberapa karya akan masuk ke dalam buku Sumatran Mission sebagai kolaborasi perdana Komunitas Dangau dengan COP. Menambah relasi, memperpanjang silahturahmi, juga memperkaya pendukung COP di Sumatra”, kata Nanda Rizki, kapten APE Guardian. Harapannya, akan tumbuh kolaborasi lain dan aksi saling dukung antar komunitas untuk Indonesia Baik. (SON)

ADA ORANGUTAN DI KOPI LADANG PADANG

Selasa, 14 September, hari yang panjang setelah melibas banyak kegiatan seharian. Tidak bisa dipungkiri peranan Orangufriends Padang menghidupkan kegiatan konservasi di Sumatra Barat sangat besar dan luar biasa. Mereka membantu sampai detil di setiap acara, mengantarkan sampai depan pintu saat kami bertamu. Menyambungkan satu komunitas ke komunitas lain. Merajut pemikiran dari banyak kepala menjadi selebaran kain dengan tajuk misi yang sama.

“Kemarin kami sempat dengar kalau tim Sumatran Mission akan singgah di Padang, kebetulan kami punya banyak ruang. Nah, pasti akan jadi obrolan yang menarik”, terang Bang Joni, pemilik Kopi Ladang saat menyambut kami di kedainya.

Diskusi dan open merchandise dibuka terbatas, tidak terlalu banyak peserta yang hadir, sekira 25 orang saja. Ini seperti obrolan santai dengan bahasan “apa yang bisa dilakukan untuk orangutan dan habitatnya” namun dikemas dengan serius.

Tim juga berjumpa dengan Tengku dari SINTAS, salah satu NGO satwa liar yang berkantor di Bogor. Mereka bercerita soal bagaimana menggunakan kamera trap untuk mengamati satwa liar dan pengalaman yang diceritakan. Diskusi lintas komunitas menjadi penyambung lidah dan media efektif kampanye anti teror senapan angin dan perlindungan satwa liar. (SON)

SUMATRAN ORANGUTAN ROADSHOW MENGKAMPAYEKAN ANTI SENAPAN ANGIN

Sumatran Mission 2021 mengangkat isu Anti Senapan Angin. Aksi ini didasari temuan-temuan kasus penggunaan ilegal senapan angin untuk menembak satwa liar. Dari Catatan COP, setidaknya lebih dari 20 kasus yang korbannya adalah orangutan. Tidak sedikit yang mengalami lumpuh, buta bahkan mati.

Selain kampanye isu anti senapan angin leat siaran radio, dalam sepekan ini perjalanan tim juga langsung turun ke jalan. Aksi dilakukan secara theatrikal dengan menggunakan kostum orangutan dan membawa poster bertuliskan anti senapan angin. Di Lampung, tim yang menyebut dirinya APE Guardian atau malaikat kera ini beraksi di Bundaran Siger yang menjadi ikon pintu masuk pulau Sumatra. Kemudian di Palembang, aksi dilakukan di atas jembatan Ampera yang berada di pusat perekonomian kota. Jembatan Ampera juga menjadi jalur perairan tersibuk di kota yang terkenal dengan mpek-mpeknya dengan kuah cukonya yang khas. Naik lebih ke atas lagi, tim APE Guardian beraksi di Tugu Keris. Tak seorang pun orang Jambi yang tak mengenal tugu ini, tempat. wajib bagi yang melintas kota Jambi untuk mengabadikannya.

Keterbatasan personil dan waktu yang singkat tak menyurutkan semangat apalagi dengan dukungan Orangufriends (relawan orangutan) di kota-kota yang dilintasi Sumatran Mission 2021 ini, tim bertekad akan terus beraksi hingga kota terakhir. “Masyarakat luas harus menentang penggunaan senapan angin. Apalagi penggunaannya untuk menembak satwa. Kelangsungan hidup satwa tersebut terancam. Hari ini satwa, besok bisa saja adik atau kakak kita”, ujar Satria Wardhana, kordinator Anti Wildlife Crime COP.

Penggunaan senapan angin masuk dalam Peraturan Kapolri No 08/2012. Pada pasal 12 ayat 1, Senapan Angin termasuk senjata api dalam penggunaannya hanya boleh dilakukan untuk olahraga menembak, dilarang menggunakan di luar lokasi latihan dan tidak diperbolehkan untuk berburu. Jika ada pelanggaran bisa dilaporkan ke aparat ke wilayah terdekat. Bisa ke Polsek atau Polres setempat. (SAT)

KAMPANYE ANTI SENAPAN ANGIN DI RRI PRO 1 PALEMBANG

Palembang (6/9), Sumatra Mission 2021 bersama Pro 1 FM Palembang melakukan siaran radio yang bertempat di Gedung RRI di Jalan Radio, 20 Ilir Palembang Kota, Sumatra Selatan. Dalam segmen lintas Palembang pagi, tema yang diusung bertajuk “Orangutan Sumatra Terancam di Ambang Kepunahan”.

Dalam siaran yang berjalan kurang lebih 1 jam ini, tim APE Guardian (nama tim yang bekerja di pulau Sumatra) mengutarakan bagaimana hal yang penting untuk kita sebagai generasi masa kini untuk ikut serta dalam kepedulian terhadap satwa, khususnya orangutan. Dimana satwa ini merupakan satwa endemik asli bangsa Indonesia yang semestinya dilindungi dan tidak dieksploitasi keberadaannya.

Para pendengar siaran ini sangat antusias bahkan minimal ada dua pertanyaan melalui telepon di setiap sesinya. Tak sedikit yang melebihi durasi waktu bertanya karena semangat dan masih banyaknya hal yang ingin diketahuinya. “Untuk diskusi langsung bisa ke Panche hub Coffee and Art Space dari pukul 16.00 hingga 20.00 WIB. Kepo in kita ya”, tambah Nanda, kapten APE Guardian COP.

Tim yang baru saja bergerak dari Jakarta pada 2 September lalu pun membagi beberapa pengalamannya serta cerita seberapa ironinya satwa-satwa di Indonesia yang semestinya dijaga agar tidak punah namun malah diperjualbelikan, diburu bahkan menjadi korban dari penggunaan ilegal senapan angin.

Di penghujung segmen siaran, tim COP Sumatra ini menjelaskan tentang tujuan Sumatra Mission 2021. “Maraknya penggunaan senapan angin yang ilegal untuk menembak satwa, walaupun berdasarkan Peraturan Kapolri No. 08 Tahun 2012 yang berisi penggunaan senapan angin hanya boleh untuk olahraga menembak di tempat dengan target kertas sasaran. Bukan untuk menembak satwa”, tutup Nanda Rizky. (SAT)

JAINUL TERPAKSA MENIKMATI SUSU FORMULA

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Sayangnya, orangutan bernama Jainul ini harus kehilangan induknya sejak setahun yang lalu. Jainul dipelihara warga Kutai Timur, Kaltim. Kini Jainul berada di Bornean Orangutan Rescue Alliance, Berau, Kalimantan Timur. Pusat Rehabilitasi Orangutan ini sudah berjalan selama enam tahun lebih. Saat ini ada 24 orangutan yang berada di BORA.

Ada 17 orangutan yang setiap harinya, dua kali sehari minum susu. Kedelapan belas orangutan tersebut adalah anak-anak orangutan yang tak cukup beruntung. Induk orangutan bukan lah induk yang akan dengan sukarela menyerahkan bayinya pada manusia. Induk orangutan adalah induk yang akan dengan gigih mempertahankan anaknya. Orangutan kecil yang tiba di pusat rehabilitasi, dapat dipastikan kehilangan induknya, dan kemungkinan besar induknya mati.

Apakah hal ini akan terus berlangsung? Orangutan bukan hama. Jika kamu melihat orangutan di alam, biarkan saja. Jangan diberi makan apalagi diburu. Kenapa jangan diberi makan? Orangutan punya lebih dari 600 jenis tumbuhan yang merupakan pakan di habitatnya. Dari beragam makanannya ini, dia menjadi agen penyebaran sebagian biji-bijian tersebut yang bisa memperkaya hutan tersebut. Jangan diburu, orangutan tidak akan menganggu, dia hanya berusaha bertahan hidup.

Untuk kamu yang ingin membantu orangutan di pusat rehabilitasi, bisa menyalurkan donasi lewat kitabisa.com Kami akan dengan senang menerimanya. Untuk dua gelas susu setiap harinya, itu sangat berarti.

EAST BORNEO ORANGUTAN CARING SCHOLARSHIP (EBOCS)

EBOCS adalah Beasiswa Program Orangutan Caring Scholarships (OCS) untuk mahasiswa Kalimantan Timur yang didukung Orang Utan Republik Foundation (OURF) dan dikelola oleh Centre for Orangutan Protection (COP). Tahun 2021 merupakan tahun pertama COP mengelola beasiswa program OCS dan mendapatkan kuota 2 mahasiswa untuk menerima beasiswa EBOCS. Kuota penerima EBOCS dapat bertambah di tahun berikutnya apabila program ini berjalan dengan lancar dan baik (seperti program OCS lainnya yang sudah mendapatkan kuota 6 penerima beasiswa setiap tahunnya). Penerima EBOCS adalah mahasiswa Fakultas Kehutanan Unversitas Mulawarman yang tentunya berada di Kalimantan Timur tepatnya di Samarinda.

Fakultas kehutanan UNMUL menyambut baik program EBOCS ini. Bersama beberapa stafnya, COP menyeleksi calon penerima EBOCS 2021. Tahapan seleksi meliputi pengumpulan berkas, seleksi tahap 1 dan tahap 2. Tahapan pengumpulan berkas dilakukan dari tanggal 27 Maret hingga 10 April 2021. Seleksi berkas dilakukan oleh pihak Fakultas. Berkas yang lolos dalam seleksi tahap 1 ini merupakan berkas-berkas  yang memenuhi persyaratan yang sudah disampaikan antara lain KTP (warga/asli Kalimantan Timur), IPK (minimal 3 skala 4), mahasiswa semester 2 Fakultas Kehutanan UNMUL serta kelengkapan essai. 

Dari 5 nama calon penerima beasiswa yang lolos pemberkasan, mereka mengikuti tahapan seleksi selanjutnya yang dilakukan pada tanggal 11 Mei 2021. Pengumuman lolos seleksi secara online pada 19 Mei 2021 oleh Fakultas Kehutanan UNMUL. Muhammad Ismail dan Selpia Lidia Hasugian adalah penerima EBOCS 2021 dengan IPK yang bagus dan mempunyai semangat serta komitmen yang tinggi dalam dunia konservasi khususnya orangutan dan habitatnya.

Simbolisasi penerimaan dan penandatanganan kesepakatan bersama penerima EBOCS di Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman pada 17 Juni 2021 secara daring dan luring dihadiri Prof. Dr. Rudianto Amirta, S.Hut, M.P sebagai Dekan Fahutan Unmul beserta staf dan karyawan, Gary Saphiro, Ph.D dari OURF dan Oktaviana Sawitri dari COP serta penerima beasiswa beserta keluarganya. Semoga EBOCS dapat membantu para mahasiswa dalam menyeldunia pendidikan perguruan tinggi di Kalimantan Timur. (OKT)

SEPENGGAL KISAH KEPULANGAN RAMBO DAN RIMBI (3)

Hanya drh. Putri Larasati yang bisa satu pesawat dengan kedua orangutan untuk penerbangan Semarang ke Cengkareng. Dua orang BKSDA Jateng bersama tiga orang Centre for Orangutan Protection terpaksa terbang dengan maskapai yang berbeda karena pada tanggal tersebut tiket penerbangan telah habis. Untungnya, waktu kedua penerbangan tersebut tidak terpaut jauh, bahkan karena sempat tertunda, kedua maskapai mendarat dalam waktu yang bersamaan.

Waktu makan siang, hampir semua tempat makan di terminal 3 bandara Soekarno-Hatta penuh bahkan habis. Tim akhirnya menuju Periplus BookCafe and Playground. Kebetulan chef Juna (junior Rorimpadey) sedang makan juga. Sedikit ulasan dari nya, makanan yang disajikan enak termasuk cara penyajiannya yang menarik. Tapi terbilang mahal untuk kami yang biasa bekerja di lapangan.

Waktu transit telah usai. Penerbangan dari bandara Cengkareng ke Kualanamu akan ditempuh hampir tiga jam. Kali ini, semua tim satu pesawat dengan kedua orangutan. Bedanya hanya letaknya saju, orangutan berada di kargo. Dokter hewan kembali mengingatkan pramugari agar suhu ruangan untuk kargo disesuaikan dengan suhu ruangan pada umumnya. Tentu saja agar membuat kedua orangutan nyaman selama perjalanan.

Tepat saat azan magrib berkumandang, tim telah keluar dari Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan. Perjalanan Rambo dan Rimbi belum selesai. Setelah dilepas Bapak Sugeng (Kepala Resort Bandara Kualanamu), tim translokasi dikawal BBKSDA Sumatera Utara untuk melakukan perjalanan darat menuju Besitang, kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Tepat pukul 00.00 WIB, Minggu, 11 April 2021, Rambo dan Rimbi berpindah dari kandang angkut ke kandang klinik Sumatran Rescue Alliance. Keduanya dalam keadaan sehat. Selanjutnya, kedua orangutan akan menjalani masa karantina di SRA. Keduanya akan menjalani tes medis lengkap untuk mengetahui sejarah kesehatan medisnya. Kedua orangutan akan menjalani rehabilitasi yang waktunya tergantung kemampuan keduanya. Rambo dan Rimbi akan mengenal pakan alaminya, berlatih membuat sarang dan bertahan hidup atau mengenali predatornya.

“O iya, Rambo dan Rimbi berganti nama menjadi Asto dan Asih ya. Nama yang diberikan Menteri KLHK, ibu Siti Nurbaya. Semoga Asto dan Asih bisa lekas kembali ke habitatnya, bebas bertualang di antara pepohonan di hutan Sumatera”, ujar Daniek Hendarto, direktur Centre for Orangutan Protection. (RIS)

SEPENGGAL KISAH KEPULANGAN RAMBO DAN RIMBI (2)

Jumat 9 April 2021, tim translokasi dua bayi Orangutan Sumatera batal berangkat. Kemarin malam tim gagal mengumpulkan dokumen legal untuk mengangkut dan memindahkan satwa yang telah ditetapkan Balai Karantina setempat.

Rapid Antigen untuk kedua orangutan malam itu juga dilakukan setelah berhasil menyajikan dokumen dengan lengkap. “Ini syarat tambahan untuk mencegah penyebaran wabah Corona”, ujar drh. Larasati Putri sembari mengambil darah orangutan Rimbi.

Sabtu, 10 April, usai subuh, Rimbi dan Rambo berpindah kandang ke kandang angkut. Kedua orangutan akan masuk Kargo Garuda Indonesia terlebih dahulu. Setelah melalui pemeriksaan, tim segera bergeser ke Bandara Udara Internasional Ahmad Yani, masih satu kawasan. Tas medis dokter hewan Sumatran Rescue Alliance (SRA) sempat tertahan dan harus dibongkar karena ada beberapa perlengkapan yang tidak diperbolehkan naik ke pesawat.

Kendala tak hanya sampai di situ. Penerbangan Garuda yang seharusnya terbang lebih dahulu terlihat tertahan di landasan karena pengecekan dari pihak maskapai. Tim yang menggunakan penerbangan lain pun hampir membatalkan penerbangan agar ada yang mengurus orangutan nantinya jika gagal terbang hari itu. Tim APE Warrior beserta relawan yang ikut mengurus orangutan selama di Semarang pun menunda kepulangan mereka ke Yogyakarta. “Syukurlah, akhirnya kami mendapat kepastian Garuda siap terbang”, ujar Daniek Hendarto, direktur Centre for Orangutan Protection.

Transit di Jakarta, tim Garuda telah siap menyambut dokter hewan yang bertugas mengecek orangutan Rimbi dan Rambo. “Luar biasa Garuda. Kemarin, COP juga menerbangkan dua orangutan ke Kalimantan. Hari ini, dua orangutan lagi ke Sumatera Utara. Crew Ground Garuda juga memastikan selama 5 jam transit, orangutan bahkan drh. Laras dan BKSDA Jateng tidak kekurangan suatu apa pun”, kata Daniek Hendarto lagi. (RIS)

APE WARRIOR BERSAMA MENTARI INTERCULTURAL SCHOOL BINTARO

Perlindungan hutan dan konservasi orangutan menjadi materi Virtual Community Study Day pada Rabu,14 April 2021 yang diikuti 83 peserta yang berasal dari kelas 11 Mentari Intercultural School Bintaro. Kegiatan kunjungan sekolah yang sering dilakukan Orangufriends (kelompok pendukung COP) sebagai bagian dari kegiatan edukasi hanya dapat terlaksana beberapa kali dan itu pun secara virtual. Pandemi COVID-19 banyak mengubah cara dan kebiasaan kita, salah satunya kunjungan ke sekolah. Sekolah sendiri juga kesulitan melaksanakan proses belajar-mengajar secara virtual karena keterbatasan peralatan maupun kemampuan internet.

Para siswa yang ikut dalam Virtual Community Study Day cukup antusias mengikuti materi yang ada. Keadaan orangutan saat ini dan hal apa saja yang dapat kita lakukan untuk melestarikan hutan serta menjaga keberlangsungan orangutan menjadi fokus pertanyaan. Para siswa menanyakan bagaimana peran siswa untuk menjaga lingkungan dan orangutan, bagaimana cara menangani kebakaran hutan dan ilegal logging dan bagaimana pelajar bisa mengambil peran untuk konservasi di Indonesia.

“Semoga para peserta yang mengikuti Virtual Community Study Day dapat memahami mengenai konservasi orangutan dan habitatnya dan dapat ikut aktif dalam mensosialisasikan informasi mengenai konservasi khususnya orangutan melalui sosial media”, ujar Meylanda P. Sari menutup kegiatan pagi ini. (MEY)

SEPENGGAL KISAH KEPULANGAN RAMBO DAN RIMBI (1)

Siang yang sumuk dan terik diselingi angin sepoi-sepoi dari balik kerangkeng besi pelan-pelan kedua kelopak matanya turun dan terlelap. Rimbi, begitu kami menamainya. Satu individu orangutan betina. Tak jauh dari tempatnya terlelap, Rambo juga tengah menopang kepala dengan lengan kirinya dan tampak merasai rasa kantuk yang juga menyerang.

Jumat, 9 April 2021, siang itu tim APE Warrior dari Centre for Orangutan Protection (COP) melakukan shift berjaga menemani Rimbi dan Rambo yang sehari sebelumnya berhasil dipindahkan dari kandang di Agrowisata Sidomuncul menuju Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah. Dua hari sebelumnya BKSDA Jateng menyita kepemilikan ilegal kedua orangutan tersebut berdasarkan laporan tim APE Warrior COP pada 27 Maret 2021 di salah satu vila di daerah Bandungan, kabupaten Semarang.

Usia kedua orangutan Sumatera ini berkisar 2-5 tahun. Usia yang masih sangat muda dan memiliki peluang besar untuk dilepasliarkan kembali ke habitatnya. Pertimbangan konservasi inilah yang mengantarkan BKSDA Jateng melakukan translokasi ke pusat rehabilitasi orangutan dan primata dilindungi lainnya yang bernama Sumatra Rescue Alliance (SRA) yang berada di Besitang, Langkat, Sumatera Utara. SRA yang baru beroperasi Januari 2021 ini dikelolah oleh BBKSDA Sumatera Utara bersama Orangutan Information Center dan Centre for Orangutan Protection (COP).

Setelah tertunda satu hari karena ada dokumen legal yang menjadi acuan dalam proses pengangkutan dan pemindahan satwa yang harus dipenuhi, akhirnya Sabtu 10 April, Rimbi dan Rambo berhasil terbang ke Medan. (RIS)