COP SCHOOL TAHUN DEPAN? NYESAL!

Namaku Hedi Dwilaily, asal dari Jakarta. Aku ikutan COP School Batch 7 tahun lalu. Sudah lama sebenernya pengen ikutan COP School dari tahun-tahun sebelumnya tapi cuman minta formulir trus gak jadi daftar. Tapi pas pembukaan COP School tahun lalu, gak mikir panjang lagi trus daftar deh. Kesempatan itu tidak datang berulang-ulang.

Aku dulu mikirnya ini kegiatan buat anak-anak muda di Yogyakarta aja, ternyata pesertanya dari mana aja, bahkan dari Sumatera dan Kalimantan. Dan sejak ikutan COP School aku jadi lebih banyak punya peluang buat bantu satwa. Terakhir aku membantu tim COP di penanganan bencana erupsi Gunung Agung di Bali. Peluang ikut dalam kegiatan-kegiatan COP lebih banyak karena setahuku diprioritaskan adalah siswa-siswa COP School.

Yang paling berkesan buat aku itu ditahun 2017 kemarin, selain bisa ikutan COP School Batch 7 adalah aku bisa menjadi relawan di Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo di Berau, Kaltim. Aku mendaftar untuk 30 hari saja awalnya, namun suasana “juara” didalam hutan dan kekeluargaan disana membuat aku menambah hari hingga hampir dua bulan disana. Memutuskan untuk balik ke Jakarta sangat susah saat itu.

Setelah ikutan COP School kegiatan aku lebih dinamis, tepatnya sih lebih random. Ketemu teman-teman baru yang sama-sama menyukai satwa liar, ke Kalimantan merasakan bagaimana sebuah rehabilitasi orangutan, setiap pagi dan sore membuatkan susu untuk bayi-bayi orangutan. Dan tidak melulu tentang satwa liar loh. Di Bali kami memberi makan kucing dan anjing yang ditinggal menggungsi karena letusan Gunung Agung.

Buat kalian yang sudah punya niat, segera saja mendaftar di COP School Batch 8 ini. Cukup aku saja yang menyesal tidak mendaftar dari tahun-tahun sebelumnya.

JAMBORE ORANGUFRIENDS 2017 DI OMAH PARI

Ini adalah sebuah tradisi. Para relawan COP yang tergabung dalam Orangufriends akan bertemu, berkumpul, berdiskusi di Jambore Orangufriends. Sebuah reuni para relawan yang pernah saling mengenal bahkan berkenalan dengan relawan yang baru kenal. Pertemuan ini juga mengumpulkan kembali lintas angkatan COP School. Untuk COP School angkatan terakhir seperti COP School Batch 7, pada saat Jambore akan dilakukan wisuda ala COP.

Jambore Orangufriends 2017 akan diisi para orangufriends yang berkegiatan di daerahnya masing-masing. Kegiatan kolektif dengan orangufriends lainnya atau kegiatan individu seperti bergabung menjadi relawan di COP Borneo maupun disaster relief gunung Agung. Bercerita… berbagi… dan merencanakan kembali.

Ini adalah acara untuk saling menguatkan sebagai agen perubahan satwa liar Indonesia yang masih sangat langka. Sabtu, 9 Desember 2017, pukul 10.00 WIB bertempat di Omah Pari, Jl. Gito-Gati, Sleman, Yogyakarta atau berjarak sekitar 300 meter di utara camp APE Warrior Yogyakarta. Acara akan berakhir keesokan harinya pada hari Minggu, 10 Desember 2017 pukul 15.00 WIB.

Cukup dengan kontribusi Rp 100.000,00 dengan fasilitas menginap, makan, camilan, permainan dan tanda kelulusan khusus siswa COP School Batch 7, akan membuat energi mu kembali penuh. Suasana santai di lingkungan persawahan Omah Pari yang dikelola alumni COP School tentu akan sangat berbeda dengan Jambore sebelumnya. Jadi kalau kamu mau ikut lagi, silahkan! Mari berbagi tawa, senang dan haru di Jambore Orangufriends 2017. Daftar ke Ramadhani dengan mengirim sms/wa 081349271904 dengan cara ketik JO17_Nama lengkap_Nama kota sebelum tanggal 5 Desember 2017. Sampai ketemu di Yogyakarta… (DAN)

SCHOOL VISIT D’ROYAL MOROCCO

Tuesday, July 18th 2017, Orangufriends Jabodetabek team got a chance to fill one of the activities of orientation and student introduction at the school of D’Royal Morocco Integrative Islamic School. This event is planned by Wanda, a member of Orangufriends who is also a teacher at school with full address at Jalan Haji Salim III No.7, North Gandaria, Kebayoran Baru, South Jakarta.

The event which started at 11.00 WIB is attended by about 30 student from grade 7 through 12. This is COP first visit, so we begins with an introduction to the COP vision and mission, activities and programs.

After a few minutes of introduction, three other Orangufriends ; Dhea, Lia, and Kemal continued with the explanation about animal welfare and orangutan conservation in Indonesia. Although some students have kept pets, animal welfare is also a new thing for them. Especially about orangutan conservation. Here Orangufriends team also explained about the condition and role of orangutans in nature, also what the student can do to support orangutan conservation and other endangered wildlife in Indonesia.

When material with pictures and videos about the condition of orangutans was given, some students looked surprised. Those who usually only see wildlife in zoos do not know that there are many problems suffered by wild animals, especially orangutans in nature.

Students’ curiosity was also seen when they asked during material presentation and question and answer session. The students seemed enthusiastic to ask questions to get to know and know more about the existing problems related to the welfare of animals and orangutans. This also makes the obstacle of electricity blackout for a few minutes is not a problem because the students still want to listen to the explanation calmly. Likewise, when the quiz was given by Orangufriends’s , the students looked eager and could give the right answer.

The Orangufriends team visit was fortunate enough that the students had previously been given the assignment by their homeroom teachers to conduct follow-up activities from the material they had received. After this some students have plans to conduct some independent activities in schools with themes related to the welfare of wildlife and the surrounding natural environment.We hope that this activities are working until there is a lot of student could understand and realized how important to kept the wildlife and the environment. Start from small activities near them.

Hopefully this activity plan can really run so that more and more students who understand and realize the importance of preserving nature and all its contents. Starting from simple activities in their surroundings.

Thank you friends of junior high school and senior high school D’Royal Moroco Integrative Islamic School. Congratulations continue the struggle to defend the future of the Indonesian Nature & Wildlife. See you again later. (Dhea_Orangufriends)

Selasa, 18 Juli 2017, tim Orangufriends Jabodetabek mendapat kesempatan untuk mengisi salah satu kegiatan masa orientasi dan pengenalan siswa di sekolah D’Royal Morocco Integrative Islamic School. Kegiatan ini direncanakan oleh Wanda, salah satu anggota Orangufriends yang juga merupakan guru di sekolah yang berada di Jalan Haji Salim III No.7, Gandaria Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tersebut.

Kegiatan yang dimulai pukul 11.00 WIB ini diikuti oleh sekitar 30 siswa yang terdiri dari siswa kelas 7 atau 1 SMP hingga kelas 12 atau 3 SMA. Kunjungan dari tim COP merupakan yang pertama kalinya di sekolah ini, maka kegiatan pun diawali dengan perkenalan mengenai visi misi serta kegiatan dan program-program COP.

Setelah perkenalan selama beberapa menit, 3 orang tim Orangufriends yang terdiri dari Amadhea, Lia dan Kemal melanjutkan dengan materi utama yaitu penjelasan mengenai kesejahteraan satwa dan konservasi orangutan di Indonesia. Meski sebagian siswa pernah memelihara binatang peliharaan namun hal mengenai kesejahteraan satwa juga merupakan hal yang baru bagi mereka. Terlebih mengenai konservasi orangutan. Di sini tim Orangufriends juga menjelaskan mengenai kondisi dan peranan orangutan di alam, juga tak lupa hal-hal yang bisa dilakukan siswa untuk mendukung konservasi orangutan dan satwa liar lainnya yang terancam punah di Indonesia.

Ketika materi yang dilengkapi dengan gambar-gambar dan video mengenai kondisi orangutan diberikan, sebagian siswa terlihat terkejut. Mereka yang biasanya hanya melihat satwa liar di kebun binatang pun tidak mengetahui bahwa ternyata terdapat banyak permasalahan yang diderita oleh satwa-satwa liar khususnya orangutan di alam.

Rasa penasaran para siswa juga terlihat ketika mereka bertanya selama pemaparan materi dan sesi tanya jawab. Para siswa terlihat antusias mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengenal dan mengetahui lebih lanjut mengenai permasalahan yang ada terkait kesejahteraan satwa dan orangutan. Hal ini pun membuat kendala mati lampu selama beberapa menit tidak menjadi masalah karena para siswa tetap mau mendengarkan penjelasan dengan tenang. Begitu juga saat kuis diberikan oleh kakak-kakak Orangufriends, para siswa terlihat bersemangat dan bisa memberikan jawaban yang tepat.

Kunjungan tim Orangufriends kali ini cukup beruntung karena ternyata para siswa sebelumnya telah diberikan tugas oleh para wali kelas mereka untuk mengadakan kegiatan lanjutan dari materi yang sudah mereka terima. Setelah ini beberapa siswa memiliki rencana untuk mengadakan beberapa kegiatan mandiri di sekolah dengan membawa tema terkait dengan kesejahteraan satwa dan lingkungan alam sekitar.

Semoga rencana kegiatan ini benar-benar bisa berjalan sehingga semakin banyak siswa yang paham dan sadar pentingnya menjaga kelestarian alam beserta segala isinya. Dimulai dari kegiatan-kegiatan sederhana di lingkungan sekitar mereka.

Terima kasih teman-teman siswa SMP dan SMA D’Royal Moroco Integrative Islamic School. Selamat melanjutkan perjuangan membela masa depan alam raya Indonesia. Sampai jumpa lagi di lain waktu.(LIA_Orangufriends)

PERAN TIM EDUKASI PADA KONSERVASI

COP Borneo memastikan bahwa setiap ruh dan nadi konservasi selalu berkelanjutan (diteruskan ke generasi berikutnya). Sebagai usaha hal tersebut, kami berusaha menumbuhkan pengetahuan yang tepat tentang usaha melestarikan satwa liar dan habitatnya. Tak terkecuali anak-anak desa Merasa yang tinggal tak jauh dari tempat rehabilitasi orangutan COP Borneo di Berau, Kalimantan Timur.

Minggu, 9 Juli 2017, dengan konsep yang sederhana, kami mengenalkan berbagai macam satwa liar yang hampir punah yang berada di Kalimantan. Seperti Bekantan, Beruang Madu, Pesut Mahakam, burung Rangkong, Orangutan dan lainnya. Lewat media gambar berwarna dan permainan interaktif, kami berusaha memberi warna yang rileks dalam menyampaikan materi. Apalagi dengan sebuah nyanyian dan gerakan yang membuat peserta menjadi lebih tertarik dan mudah memahami. Tidak terlalu lama, hanya 1 jam, anak-anak dengan usia 5-12 tahun pun tak malu-malu lagi untuk berekspresi. Terlalu besar memang pesertanya, sekitar 80 anak. Panasnya siang itu dan derasnya keringat kami tak menyurutkan semangat untuk berbagi.

Pada akhirnya kami percaya, bahwa pendidikan juga berperan penting dalam perjuangan menyelamatkan orangutan dan satwa liar dari kepunahan. Benih kebaikan yang tumbuh dari anak-anak akan berkembang layaknya tumbuhan yang subur. Maka berharap akan buahnya yang juga manis dan sanggup melakukan perubahan bagi lingkungannya pun akan semakin menyala. Namun, merubah pola pikir membutuhkan kesabaran dan usaha yang terus menerus… dimulai dari yang kecil dan sekarang. Salam edukasi! (AlfaGasani_Orangufriends)

COP BORNEO VOLUNTEER FROM COP SCHOOL BATCH#7

COP School is your gateway to work in the conservation world. Since June 26th 2017, COP BORNEO Orangutan Rehabilitation Centre in Berau, East Borneo welcomes two volunteer which are student from COP SChOol Batch#7. Want to know what are they doing?

“It’s good to see orangutan up close. Understanding more what they do in their daily life that is no different from us human. But…. We’re not just sitting around.” Said Aga. Then? Yes, Aga and Hedi in their daily routine there must cleanup orangutan manure at the quarantine and socialization cages. They also to be responsible on orangutan additional diet . Their creativity is also challenged by making orangutan enrichment, to make orangutan a busy. Especially orangutan at the quarantine cage. As for the orangutan at the socialization cage, enrichment are given to them when they are forced to stay in their cage because the downpour.

Already? That is all? Of course is not over yet. They should also assist in the activity at the post-monitor orangutan Pre-release island. Patrol and wash the boat after use. Anything else?

Yes, Aga and Hedi have to go to the village to give education. Wait for their next stories. (Dhea_Orangufriends)

RELAWAN COP BORNEO DARI COP SCHOOL BATCH 7
COP School adalah pintu gerbang kamu untuk berkarya di dunia konservasi. Sejak 26 Juni 2017 yang lalu, pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo yang berada di Berau, Kalimantan Timur kedatangan 2 relawan yang merupakan siswa COP School Batch 7. Mau tau, mereka ngapain aja?

“Enak sih, bisa lihat orangutan dari dekat. Lebih paham keseharian mereka yang tak beda dengan manusia. Tapi… kita bukan duduk-duduk aja loh.”, ujar Aga. Lalu? Ya, Aga dan Hedi dalam kesehariannya harus membersihkan kotoran orangutan yang berada di kandang karantina dan sosialisasi. Mereka juga bertanggung jawab untuk pakan tambahan orangutan. Kreatifitas mereka juga ditantang dengan membuat enrichment orangutan, agar orangutan menjadi sibuk. Terutama orangutan yang berada di kandang karantina. Sementara untuk orangutan yang berada di kandang sosialisasi, enrichment diberikan saat mereka terpaksa berdiam di kandang karena hujan deras.

Sudah? Itu saja? Tentu saja belum berakhir. Mereka juga harus membantu kegiatan di pos pantau pulau pra-rilis orangutan. Ikut patroli dan mencuci perahu usai digunakan. Ada lagikah?

Ya, Aga dan Hedi juga harus ke desa untuk edukasi. Tunggu cerita selanjutnya ya. (WET)

SAATNYA BERBICARA DI DEPAN KELAS

COP School Batch 7 tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Setiap materi di kelas, harus diaplikasikan di kenyataan. Salah satunya materi edukasi. Kelompok 1 COP School Batch 7 kebagian murid kelas VI SD Negeri Kepek Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta. Untuk kelas VI, materi di kelas menggunakan laptop dan proyektor, dengan materi lebih serius. Serius tapi santai.

Tanya jawab adalah bagian dari edukasi COP. Berani bertanya, menyampaikan pendapat bagi siswa SD tentunya jadi indikator keberhasilan. Sebagai pemateri, kita harus siap dengan pertanyaan yang mudah sampai yang paling sulit. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti sesuai usia jangan dianggap sepele.

Saatnya berbicara di depan kelas. “Ternyata tak mudah ya jadi guru. Apalagi murid kelas VI. Tapi menyenangkan….”, ujar Nova. Menarikkah materi di dalam kelas? Atau lebih menyenangkankah aktivitas di luar kelas. Semua itu tergantung kemampuan kita menguasai kelas. Jangan lupa berikan senyum.

Edukasi adalah hal penting dalam dunia konservasi. Dua puluh tahun ke depan, merekalah generasi penerus dunia konservasi Indonesia. Semangat kita menyelamatkan satwa liar adalah masa depan mereka untuk satwa liar. (Kelompok1_COPSCHOOL7)

BONEKA ADALAH ALAT BANTU KELOMPOK 2 COP SCHOOL BATCH 7

Selama satu jam, mental kami diaduk-aduk. Siswa kelas 2 SD Negeri Kepek, Progo, Yogyakarta menerima materi satwa liar. Apa sih ancaman utama satwa liar dan apa pentingnya satwa liar di habitat aslinya, khususnya orangutan. Inilah kami, kelompok 2 COP School Batch 7.

Perkenalan adalah bagian penting memulai suatu kegiatan. Untuk menarik perhatian siswa yang berusia 7-9 tahun ini, kami menggunakan alat bantu. Boneka-boneka satwa yang lucu berhasil mencuri perhatian mereka. Ada boneka belalang, bunglon, elang, kelelawar, ular kobra, kodok, katak, tupai dan tentu saja orangutan. Jangan salah… para siswa sudah tahu loh tentang satwa-satwa yang diceritakan. Tapi…

Lagi-lagi, boneka menyelamatkan kelompok 2. Mike dan Dinul menggunakan boneka tangan untuk memerankan tokoh Toro dan Tara yang merupakan anak orangutan. Kemudian Felita memerankan tokoh Pongo, orangutan yang merupakan ibu dari Toro dan Tara. Faruq berperan sebagai dokumentator selama kegiatan berlangsung. Sungguh tragis cerita yang disampaikan, saat Tara dan Toro bersama ibunya, Pongo harus kehilangan rumahnya karena penebangan pohon oleh manusia.

Acara diakhiri dengan menyanyikan lagu tentang satwa liar dan ajakan untuk menjaga alam. Permainan interaktif mengenai pemburu dan hutan untuk semakin meningkatkan kesadaran para siswa mengenai pentingnya keberadaan orangutan dan satwa liar lainnya di alam. “Kamu harus punya cerita se-liar anak-anak SD itu. Siapkan mental dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang sungguh menakjubkan.”, ujar Faruq. (Kelompok2_COPSCHOOL7)

KELOMPOK 6 COP SCHOOL SAAT SCHOOL VISIT

Bersama Tedjo, Jevri, Hedi, Marinda, Hanna dan Vanny, kami mengunjungi SD Negeri Kepek yang berada di Jl. Kepek, Pengasih, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tugas kami memberi edukasi kepada siswa-siswi kelas IV yang berjumlah 30 anak.

Edukasi di luar ruangan? Baiklah dimulai dengan berbaris dan bermain…! Lompat… lompat… lompat… ayo konsentrasi. Permainan habitat pun dimulai. Kertas ini ibarat hutan yang merupakan tempat tinggal dan hidupnya orangutan. Kertas yang semula cukup untuk seluruh siswa kelas IV ini semakin lama, semakin sempit karena disobek. Begitu pula hutan yang merupakan habitat orangutan, semakin lama… semakin kecil dan hanya cukup untuk satu orang anak. “Baiklah anak-anak… kita harus menjaga hutan… agar orangutan dapat hidup… agar satwa liar lainnya dapat hidup.”.

Jevri pun bercerita tentang profesinya sebagai animal keeper atau penjaga satwa di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Bayi-bayi orangutan yang terpaksa masuk ke COP Borneo adalah orangutan yang kehilangan induknya. Mereka terpaksa menjadi yatim dan dirawat di COP Borneo. Orangutan pun harus bersekolah, namanya sekolah hutan. Saatnya mereka berlatih memanjat, berayun, memilih daun yang bisa dimakan, menemukan sarang semut bahkan membuat sarang kecil untuk tidur siangnya. Jika waktunya nanti, orangutan-orangutan itu akan dilepasliarkan kembali ke hutan, agar bisa menjalankan fungsinya sebagai penghijau hutan. Ya, orangutan pemakan buah dan biji-bijian hutan. Dengan daya jelajahnya yang luas, dia menyebarkan biji-bijian ini saat makan dan saat buang air besar. Dia juga membantu benih hutan terkena matahari dengan menjelajahi hutan dari satu kanopi ke kanopi yang lain.

Suasana semakin riuh, saat kostum orangutan bergabung dengan mereka. Keceriaan terpancar dari wajah siswa-siswi, tapi tak sedikit yang terlihat berlari ketakutan ketika dihampiri orangutan. Dan menjadi sedih ketika orangutan berpamitan untuk pulang. (Kelompok6_COPSCHOOL)

HUMAN ANIMAL CONFLICT AT COP SCHOOL BATCH 7

Mungkin, dia adalah satu-satunya perempuan yang pernah seperahu dengan harimau. Tubuhnya tak lebih besar dari si harimau juga. Perahu yang digunakan bukanlah yang besar pula. Walau saat itu, harimau berada dalam pengaruh obat bius. Dia adalah drh. Erni Suyanti Musabine.

“Jika mendapat banyak tantangan dan hambatan bahkan hal yang melemahkan semangat untuk mengerjakan hal-hal yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita di institusi sendiri, maka tidak perlu berputus asa dan menjadikan itu alasan untuk menyerah dan berdiam diri. Selalu banyak cara dan kesempatan untuk berbuat sesuatu yang berguna di tempat lain untuk upaya konservasi satwa liar. Hidup ini hanya sekali, maka jadikan setiap waktunya bermakna.”, ujar drh. Erni saat mengisi waktu luangnya menjadi narasumber ‘Human-Tiger Conflict’ di COP School Batch 7.

COP School adalah ruang belajar yang diinisiasi Centre for Orangutan Protection. Tahun ini adalah tahun ketujuhnya, dengan rata-rata pertahun diikuti 30 sampai 50 siswa. Latar belakang peserta yang bervariasi, mulai dari mahasiswa kedokteran hewan, ekonomi, sosial politik, MIPA, pertanian, teknik, kehutanan, pekerja swasta dengan berbagai profesi hingga pegawai negeri menjadikan ruang kelas lebih semarak. Dengan mengesampingkan perbedaan agama maupun jenis kelamin, seluruh siswa berbaur untuk satu tujuan, dunia konservasi Indonesia. “Hampir setiap tahun, diikuti Warga Negara Asing dari Inggris, Polandia, Korea Selatan, Perancis, dan Australia. Benar-benar multikultural.” kata Ramadhani, Kepala Sekolah COP School Batch 7.

“Tahun ini ada dokter anastesi yang ikut. COP School memang luar biasa, membuat orang penasaran dari berbagai latar belakang.”, ujar drh. Erni.

Berada di dunia konservasi bukanlah hal yang mudah. Apalagi untuk seorang perempuan Indonesia. Tubuh mungilnya mungkin tak sebesar tekadnya. Semangatnya untuk menyelamatkan satwa liarlah yang mengantarkannya seperti saat ini sejak 2002 berkarir.

PRAKTEK LAPANGAN EDUKASI DI SEKOLAH DASAR

Ini adalah hari ketiga COP School Batch 7 berlangsung. Pagi yang cerah sangat mendukung para siswa untuk berkegiatan di luar. “Kebetulan sekali.”, ujar panitia COP School bersemangat. Ya saatnya praktek. Setelah malam harinya seusai long march, para siswa mendapatkan materi edukasi.

Bagaimana caranya mengajar dengan cara yang berbeda? Ya, lewat COP School tahun ini, para siswa akhirnya berkesempatan untuk langsung ke SDN Kepek, Progo, Yogyakarta. Setelah teori di dapat, saatnya praktek. Siswa COP School Batch 7 dibagi enam kelompok. Tiap kelompok akan kebagian satu kelas yang berisi sekitar 33 siswa SD. Baiklah, ini adalah tantangan.

Materi sudah dipersiapkan malam harinya. Pembagian tugas sudah dilakukan. Siapa yang akan memberikan materi, lalu siapa yang mengasih permainan. Seperti apa sih anak SD menanggapi materi yang akan diberikan. Apakah mereka bisa mengerti? Pertanyaan malam itu menghantui tidur dalam lelah.

“Ikuti terus ya, setiap kelompok akan memberikan laporannya sendiri. Untuk kamu yang yang ingin ikut COP School Batch 8 tahun depan, bisa ngebayangikan. COP School adalah tempat kita berekspresi. Tahun depan, kamu harus ikut ya!”. (YUN)