YES… MARY BISA MASUK SEKOLAH HUTAN

Tiga hari setelah pemeriksaan kesehatan, akhirnya hasil laboratorium kesehatan orangutan Mary keluar. Mary sehat! Mary bisa bergabung di sekolah hutan. Demikian pengumuman drh. Flora Felisitas, dokter hewan pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo yang berada di Kalimantan Timur.

“Deg deg an… dan siap-siap mengejar Mary.”, Jhonny memperingatkan rekan-rekannya. Sudah dua kali para pengasuh dibuat kebingungan mengejar-ngejar Mary soalnya. Tapi kali ini, saat pertama kalinya Mary berinteraksi dengan orangutan kecil lainnya… apa yang akan terjadi ya?

Jadwal sekolah hutan pun mulai disusun. Dua minggu pertama saja dulu, nanti kita evaluasi lagi dan selanjutnya jadwal bulanan akan keluar. Kamu penasaran juga kah melihat Mary pertama kali masuk sekolah hutan?

MARY UNDERWENT MEDICAL EXAMINATION

On February 19, 2019, the medical team conducted a health check on newly rescued orangutans from Longgie, Berau, East Kalimantan. This small orangutan only weighs 6 kg. She is only 1-2 years old, seen from the number of her teeth which is 20.

Mary, is a wild orangutan. Her movement, which always wanted to climb the clinic enclosure and how she treated leaves and twigs given by the caregiver, made the medical team more alert. In fact, Mary immediately piled leaves and twigs like making nests.

The rescue process for Mary was not easy. The team approached the caretaker several times to avoid unwanted rejection. “Thank God, after being given an explanation, the keeper was willing to give Mary. According to the keeper Mary had been kept since last November 2018. It’s still quite new.”, said vet Flora optimistically.

The results of blood tests will be known in the near future. Hopefully, the results will be good and Mary can immediately join other small orangutans in the forest school class. We need your support to take care of Mary, donate through

MARY MENJALANI PEMERIKSAAN KESEHATAN
19 Pebruari 2019, tim medis melakukan pemeriksaan kesehatan pada orangutan yang baru diselamatkan dari Longgie, Berau, Kalimantan Timur. Orangutan kecil ini hanya memiliki berat badan 6 kg. Usianya pun baru 1-2 tahun yang diperlihatkan dari jumlah giginya yaitu 20 gigi.

Mary, adalah orangutan yang cukup liar. Gerakannya yang selalu ingin memanjat kandang klinik dan perlakuannya pada daun dan ranting yang diberikan pengasuhnya membuat tim medis lebih waspada. Bahkan, Mary langsung menumpuk daun dan ranting seperti membuat sarang.

Penyelamatan Mary sendiri bukanlah hal yang mudah. Tim beberapa kali mendekati pemelihara agar tidak terjadi penolakan yang tidak diinginkan. “Syukurlah, setelah diberi penjelasan akhirnya pemelihara bersedia menyerahkan Mary. Mary sendiri dipelihara sejak November 2018 yang lalu menurut pengakuannya. Masih cukup baru.”, ujar drh. Flora dengan optimis.

Hasil pemeriksaan darah akan diketahui sekitar dalam waktu dekat ini. Semoga saja, hasilnya baik dan Mary bisa segera bergabung dengan orangutan kecil lainnya di kelas sekolah hutan. Kami membutuhkan dukungan kamu untuk merawat Mary, donasi yuk lewat https://www.kitabisa.com/orangindo4orangutan

MARY ESCAPED!

Mary is an orangutan who just recently entered the Borneo COP orangutan rehabilitation center on February 12, 2019. Her small body doesn’t mean she can’t do anything. With her small body, Mary became so agile.

Agility that combined with courage. Where there is an opportunity to be free, she will take it. Getting out of the cage and being in a wide place to reach trees and hang seems like her dream. Maybe that’s what she always planned to do if the cage door was opened.

This morning was no exception. The health team prepared for the Orangutan Posyandu program, where small orangutans were measured and weighed and evaluated for their health. Of course Mary couldn’t be grouped with the others. She still needed to wait for the results from the laboratory about her health. Mary was in the last queue.

While waiting for a call, Mary was invited to the enclosure created by Angel’s orangutan volunteer team from Australia in 2016. Mary used this opportunity to run away and climb trees. The caregivers were made panic, running here and there. Milk and fruit to persuade her to come down were not heeded. Mary didn’t want to come down. Finally … Mary was picked up by force. One of the animal keepers was had to climb the tree and carry her down. (EBO)

MARY KABUR
Orangutan Mary adalah orangutan yang baru masuk ke pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo pada 12 Pebruari 2019 yang lalu. Tubuhnya yang kecil bukan berarti dia tidak bisa apa-apa loh. Dengan tubuhnya yang kecil, Mary menjadi begitu lincah.

Kelincahannya juga disertai dengan nyalinya yang cukup besar. Dimana ada kesempatan untuk bebas, dia pasti memanfaatkannya. Keluar dari kandang dan berada di tempat yang luas untuk meraih pohon dan bergelantungan sepertinya mimpinya. Mungkin itu yang selalu direncanakannya jika pintu kandang dibuka.

Tak terkecuali pagi ini. Tim kesehatan bersiap untuk program Posyandu Orangutan, dimana orangutan-orangutan kecil diukur dan ditimbang lalu dievaluasi kesehatannya. Tentu saja Mary belum bisa digabungkan dengan yang lainnya. Dia masih menunggu hasil dari laboratorium tentang kesehatannya. Mary berada pada antrian terakhir.

Sambil menunggu panggilan, Mary diajak ke enclosure yang dibuat tim relawan orangutan Angel dari Australia tahun 2016 yang lalu. Kesempatan ini pun dimanfaatkan Mary untuk kabur dan memanjat pohon. Para pengasuh dibuat heboh, berlari kesana kemari. Susu dan buah untuk membujuknya turun pun tak diindahkannya. Mary tidak mau turun. Akhirnya… Mary dijemput paksa, salah satu animal keeper pun terpaksa manjat pohon dan menggendongnya turun.

LET’S HELP JOJO NOT TO CRY AGAIN

Here he is, the noisy Jojo. Jojo always cried hysterically when he could not attend the forest school class. Last Saturday morning when the cage door opened, Jojo wanted to get out and go to the forest school. Pity, that day was not Jojo’s turn to join forest school.

Jojo cried hard, rolling in the cage. He was angry because he was not invited to forest school. Because the tears didn’t stop, Wety persuaded Jojo to be quiet. And when the animal keeper reopened the cage, Jojo stopped crying at once. Immediately he came out and grabbed the keeper’s body. Finally we brought Jojo to the forest school.

Arriving at the location of the forest school, Jojo soon climbed through the tree roots. Every now and then he looked at the keeper from above. He looked very happy to be able to play at the forest school area. “Unfortunately, the forest school schedule must still be implemented because of the limited number of animal keepers at Borneo COP,” said Wety Rupiana, coordinator of the only orangutan rehabilitation center established by Indonesian youths.

Let’s help Borneo COP to add to the animal keeper, by donating through https://www.kitabisa.com/orangindo4orangutan (EBO)

YUK, BANTU JOJO TIDAK MENANGIS LAGI
Ini dia, si berisik Jojo. Jojo selalu menangis histeris ketika tidak bisa ikut kelas sekolah hutan. Sabtu pagi kemarin ketika pintu kandang terbuka, Jojo ingin langsung keluar dan berangkat ke sekolah hutan. Kasian, hari itu bukan giliran Jojo masuk sekolah hutan.

Jojo menangis sejadi-jadinya, guling-guling di kandang. Dia marah karena tidak diajak ke sekolah hutan. Karena tangisnya tidak berhenti, Wety mengajak Jojo untuk diam. Dan ketika animal keeper membuka kembali kandang, Jojo langsung menghentikan tangisannya. Segera dia keluar dan meraih badan keeper. Akhirnya Jojo pun kami bawa ke sekolah hutan.

Sesampai di lokasi sekolah hutan, Jojo langsung naik melalui akar pohon. Sesekali melihat keeper dari atas. Dia terlihat sangat bahagia bisa bermain di lokasi sekolah hutan. “Sayang, jadwal sekolah hutan tetap harus diberlakukan karena terbatasan jumlah animal keeper di COP Borneo.”, ujar Wety Rupiana, kordinator satu-satunya pusat rehabilitasi orangutan yang didirikan putra-putri Indonesia.

Yuk bantu COP Borneo untuk menambah animal keepernya, dengan donasi melalui https://www.kitabisa.com/orangindo4orangutan

POPI TAKES A NAP

Are you missing Popi? Popi is an orangutan who joined the COP Borneo orangutan rehabilitation center since she was born. Can you imagine how small and weak she was at that time? And thanks to your support, COP Borneo employs a special baby sitter to take care of her. Thankfully, Popi was able to go through her days well. Even her weight is now 8 kg.

Little Popi is increasingly active in the forest school class. Popi is often seen playing alone at the root of trees. However, when Bonti and Happi were busy making a nest, Popi slowly approached them. When Popi was stunned to pay attention to Bonti and Happi who were busy making nests, then Wety was busy recording what Popi was doing. Wety, the baby sitter who is now the coordinator of the COP Borneo rehabilitation center just like a mother to Popi. A mother who is still worried when her foster children are out of reach, in the trees. What are you afraid of? “Fear of Popi might fall if she chose wrong root or branch to move,” said Wety Rupiana.

Well, after Bonti and Happi’s nest were done, Popi approached them closer. Popi takes a break in their nest. “Take a nap.” (EBO)

POPI NUMPANG TIDUR SIANG
Rindu dengan Popi? Popi adalah orangutan yang masuk pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo saat tali pusarnya baru saja lepas. Bisa kamu bayangkan, betapa kecil dan lemahnya dia saat itu? Dan berkat dukungan kamu, COP Borneo mempekerjakan satu orang baby sitter khusus untuk merawatnya. Syukurlah, Popi bisa melalui hari-harinya dengan baik, bahkan berat badannya sekarang 8 kg.

Si kecil Popi semakin aktif di kelas sekolah hutan. Popi terlihat sering bermain sendiri di akar pohon. Tapi saat Bonti dan Happi sibuk membuat sarang, Popi pun perlahan mendekati mereka. Jika Popi terpaku memperhatikan Bonti dan Happi yang sibuk membuat sarang, maka Wety pun sibuk mencatat apa yang dilakukan Popi. Wety, baby sitter yang kini menjadi kordinator pusat rehabilitasi COP Borneo seperti ibu Popi yang masih kawatir saat anak asuhnya di luar jangkauan, di atas pohon. Takut apa ya? “Takut Popi jatuh karena salah memilih akar ataupun dahan untuk berpindah.”, ujar Wety Rupiana.

Nah, usai sarang yang dibuat Bonti dan Happi jadi. Popi pun semakin mendekati mereka. Popi ikut istirahat di sarang buatan mereka. “Numpang tidur siang.” (WET)

AMBON ENJOYED YOUR GIFT

The durian season has arrived. Durian fruit is one of the trees that grows in the Kalimantan rainforest. Donation from https://kitabisa.com/orangindo4orangutan to buy durian which apparently is the fruit that orangutans are waiting for at the COP Borneo orangutan rehabilitation centre. This time, the team managed to document Ambon eating durian.

With his teeth, Ambon bit the durian fruit, opened its outside part then immediately devoured the durian meat hidden inside. This time, there are three durian meat in one chamber, slowly he suck them until completely clean. “Ambon really enjoys eating durian,” said Wety Rupiana, COP Borneo coordinator.

Ambon is an adult orangutan who spends his life behind bars. Being born and raised at the zoo makes him difficult to live independently in the forest. Last year, Ambon was released on the orangutan island. In less than a day, Ambon could climb his first tree. “This had made the team happy, and dreamed that Ambon would be released back into its habitat. But a month after that, Ambon looked depressed. Finally Ambon returned to the quarantine cage”, explained Reza Kurniawan, COP APE Guardian coordinator.

This year, COP Borneo is planning to release Ambon on the orangutan island again. The team will re-evaluate the results. Hopefully this time Ambon will be better and enjoy life more on the island of orangutans. (EBO)

AMBON MENIKMATI DURIAN PEMBERIANMU
Musim durian sudah tiba. Buah durian adalah salah satu pohon yang tumbuh di hutan hujan Kalimantan. Donasi dari https://kitabisa.com/orangindo4orangutan untuk membeli durian yang ternyata buah yang di tunggu-tunggu orangutan di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Kali ini, tim berhasil mendokumentasikan Ambon makan durian.

Dengan giginya, Ambon menggigit buah durian, lalu membuka ruang durian dan langsung melahap durian yang tersembunyi di dalamnya. Kali ini, satu ruang ada tiga butir, perlahan dia mengulumnya hingga benar-benar bersih. “Ambon benar-benar menikmati makan durian.”, ujar Wety Rupiana, kordinator COP Borneo.

Ambon adalah orangutan dewasa yang menghabiskan hidupnya di balik jeruji besi. Lahir dan besar di kebun binatang membuatnya kesulitan untuk hidup secara mandiri di hutan. Tahun lalu, Ambon sempat dilepaskan di pulau orangutan. Tak sampai menunggu hitungan hari, Ambon bisa memanjat pohon pertamanya. “Ini sempat membuat tim bahagia, dan bermimpi, Ambon akan dilepasliarkan kembali ke habitatnya. Namun sebulan setelah itu, Ambon terlihat depresi. Akhirnya Ambon kembali lagi ke kandang karantina.”, jelas Reza Kurniawan, kordinator APE Guardian COP.

Tahun ini, COP Borneo berencana melepaskan Ambon di pulau orangutan lagi. Tim akan kembali mengevaluasi hasilnya. Semoga Ambon tahun ini lebih baik lagi dan lebih menikmati hidupnya di pulau orangutan.

WHEN UNTUNG HIDING IN THE MIDDLE OF ORANGUTAN ISLAND

“Once again, Untung managed to make us upset!”, shouted Daniel, who was in charge of overseeing the orangutan’s pre-release island in East Kalimantan. After four days of not showing up at the feeding station, Untung acted up again. From morning until noon, Untung was nowhere to be seen by the monitoring team. The team even patrolled and circled the island repeatedly to find him.

Before being sent to the COP Borneo orangutan rehabilitation center, Untung was kept at the Mulawarman University Botanical Garden, Samarinda. A small and empty cage like a bird cage was where he used to live. At that time Little Untung always hugged himself to keep warm. He always hid her imperfect finger. “2011 was the first time we introduced Untung to climb a tree. Now, Untung looks forward to returning to his real home.”, said Daniek Hendarto, action manager of Center for Orangutan Protection.

It was already 16.30 and we had not found him, even though it was time for dinner. Feeling upset and anxious, the team finally decided to enter the island in search of Untung. Apparently, Untung was found enjoying his time playing alone on the island. All our fear losing immediately disappeared and turned into an instant resentment seeing Untung with mud all over his face and body. It appears that when he went missing Untung played on the muddy land inside the island and he looked very happy to be able to roll his body on the muddy ground.

Untung… you always do things that make us afraid of losing you! Let’s make dreams come true for another Untungs to live outside their cages through https://kitabisa.com/orangindo4orangutan. (EBO)

UNTUNG MENGHILANG DI DALAM PULAU PRA RILIS ORANGUTAN
“Sekali lagi, Untung berhasil membuat kami kesal!”, teriak Daniel yang bertugas mengawasi pulau pra rilis orangutan di Kalimantan Timur ini. Setelah empat hari tidak muncul di tempat pemberian makan, Untung membuat ulah lagi. Dari pagi hingga siang hari, Untung tak terlihat sama sekali dari pantauan tim pos monitoring pulau. Bahkan tim patroli mengelilingi pulau berulang kali, untuk mencari keberadaan Untung.

Sebelum berada di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo, Untung adalah orangutan yang berada di Kebun Raya Universitas Mulawarman, Samarinda. Kandang kecil kosong seperti kandang burung menjadi tempat tinggalnya. Saat itu Untung kecil selalu memeluk dirinya sendiri. Jari tak sempurnanya selalu disembunyikannya. “Tahun 2011 adalah tahun pertama kali kami memperkenalkan Untung untuk memanjat sebuah pohon. Kini, Untung menantikan hari kembalinya ke rumah sesungguhnya.”, ujar Daniek Hendarto, manajer Aksi Centre for Orangutan Protection.

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 WITA dan kami belum menemukan Untung, padahal sudah waktunya untuk makan sore. Rasa kesal dan takut bercampur. Akhirnya tim memutuskan masuk ke dalam pulau untuk mencari Untung. Ternyata, ketika kami melakukan pencarian, Untung terlihat sedang asik bermain sendiri di dalam pulau. Ketakutan kami langsung hilang berubah menjadi kekesalan seketika saat melihat wajah dan badan Untung yang sangat kotor. Rupanya, Untung bermain tanah yang berlumpur di dalam pulau dan dia terlihat sangat senang sekali bisa mengguling-gulingkan badannya di tanah berlumpur tersebut.

Untung… ada-ada saja ulahmu yang membuat kami takut kehilanganmu! Mari wujudkan mimpi Untung-untung yang lain untuk hidup di luar kandang melalui https://kitabisa.com/orangindo4orangutan. (Anen)

WRONG IN CALCULATING, BERANI FELL

What do we do in orangutans rehabilitation center? Is it true that orangutans will get their second chance here? How to actualize it? COP Borneo is the only orangutan rehab center established by Indonesian people. We welcome Indonesian youth and volunteers to join us, to make orangutan become a national pride.

The growth of orangutan, which for four years lived in wooden boxes in East Kutai, East Kalimantan, showed progress. We named him Berani. He just joined our the forest school in the Kalimantan rainforest for a month. For the first time, Berani was only sat down near from the keeper’s hammock, but now he began to climb trees as a place to play.

Currently, Berani dares to try to move from one tree to another through the root rope. Before moving, Berani usually observes and tries the root rope first. But this time, he miscalculated. The chosen rope is too small so it breaks when he is moving. Berani fell from 5 meters height. He remained silent and stay in the ground. He didn’t dare to brachiate through rope again until the forest school on that day ended. He made his left temple swollen. (IND)

SALAH PERHITUNGAN, BERANI PUN TERJATUH
Apa yang dilakukan pusat rehabilitasi orangutan? Benarkah, orangutan akan mendapatkan kesempatan keduanya di sini? Bagaimana caranya? COP Borneo adalah pusat rehabilitasi orangutan yang didirikan oleh putra-putri Indonesia. Membuka kesempatan yang luas untuk anak muda setempat dan para relawan dalam negeri agar orangutan menjadi kebanggaan bersama, Indonesia.

Perkembangan orangutan yang selama empat tahun hidup di dalam kotak kayu di Kutai Timur, Kalimantan Timur menunjukkan kemajuan. Berani namanya, sebulan hadir di kelas sekolah hutan, kelas yang berada di hutan hujan Kalimantan. Berani yang semula hanya duduk di bawah tak jauh dari hammock animal keeper, mulai menyukai pohon sebagai tempatnya bermain.

Berani mulai berani mencoba berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain melalui tali akar. Sebelum berpindah, biasanya Berani memperhatikan dan mencoba-coba tali akar yang akan digunakannya. Namun kali ini, dia salah perhitungan. Tali akar pilihannya terlalu kecil sehingga putus saat dia bergelantungan. Berani pun terjatuh dari ketinggian 5 meter. Berani terdiam… diam hingga sekolah hutan hari itu berakhir. Berani tak mencoba tali akar lagi. Terlihat pelipis kirinya bengkak… (Lina_CB)

WHAT’S UP WITH UNTUNG?

Being in nature makes life easier. Like the proliferation of outbound activities in various tourist attractions in Indonesia. Just say traditional games by utilizing materials around us, such as re-introducing walking with coconut shells, egrang, breaking stones, jumping rope and so on. Then what about orangutans? Is the playing world the same as humans?

Heavy rain washed away a coconut tree during the flood. And it’s been week, Untung and Unyil orangutans were not seen inside the orangutan island. Patrols were intensified, again they were both seen on the stranded coconut tree. Not only coconut trees, there are several large trees which are also stranded at the end of the pre-release island of this orangutan. What did the two orangutans do?

Yes, they are hanging on the tree. Repeatedly herded to go inside the island, repeatedly also Untung turned away to patrol the team. Until finally the team decided to cut the trees so that the two orangutans could not play in the open space again. Why did the team do that? For four days, Untung did not approach the food sent by the patrol team. The team were worried because Untung didn’t seem to eat at all. The reality was …

It turned out that the coconut tree was full of coconuts. The food was really abundant and Untung became very interested in his new discovery. The patrol team found coconut remains on other tree trunks, maybe a lot of them were washed away too. “Now Untung is really angry. He didn’t care anymore when the patrol team call his name. At mealtime, he chose to be in his nest. Alright Untung, next month you will really be in your habitat. Hopefully your anger will be paid off when you return to your real home, “said Daniel, coordinator of the COP Borneo orangutan island. (EBO)

KENAPA DENGAN UNTUNG?
Berada di alam membuat hidup lebih mudah. Seperti menjamurnya kegiatan outbond di berbagai tempat wisata di Indonesia. Sebut saja permainan-permainan tradisional dengan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar kita, kembali diperkenalkan seperti berjalan dengan batok kelapa, enggrang, pecah batu, lompat tali dan lain sebagainya. Lalu bagaimana dengan orangutan? Apakah dunia bermainnya sama dengan manusia?

Hujan lebat menghanyutkan sebatang pohon kelapa saat banjir. Dan sudah seminggu itu pula, orangutan Untung dan Unyil tidak terlihat di dalam pulau orangutan. Patroli pun semakin diperbanyak, lagi-lagi mereka berdua terlihat berada di pohon kelapa yang hanyut. Tak hanya pohon kelapa, ada beberapa pohon besar yang juga terdampar di ujung pulau pra rilis orangutan ini. Apa yang dilakukan kedua orangutan tersebut?

Ya, mereka bergelantungan di pohon itu. Berulang kali diusir untuk segera masuk ke dalam, berulang kali pula Untung berbalik mengusir tim patroli. Hingga akhirnya tim memutuskan untuk memotong-motong pohon-pohon tersebut agar kedua orangutan tak bisa bermain di tempat terbuka itu lagi. Kenapa tim sampai melakukan hal itu? Selama empat hari, Untung tak menghampiri makanan yang dikirim tim patroli. Tim khawatir karena Untung tak terlihat makan sama sekali. Kenyataannya…

Ternyata pohon kelapa itu penuh dengan buah kelapa. Makanan benar-benar melimpah dan Untung menjadi sangat tertarik dengan penemuan barunya. Tim patroli menemukan bekas kelapa di batang pohon yang lain, mungkin sudah banyak yang hanyut juga. “Sekarang Untung benar-benar marah. Panggilan tim patroli tak didengarkannya lagi. Saat jam makan, dia pun memilih berada di sarangnya. Baiklah Untung, bulan depan kamu akan benar-benar berada di habitatmu. Semoga kemarahanmu terbayarkan saat kamu kembali ke rumahmu.”, ujar Daniel, kordinator pulau orangutan COP Borneo. (Anen).

BERANI’S FIRST DAY AT FOREST SCHOOL

One more hope in early 2019. An orangutan was rescued from a wooden box in the village of Meratak, East Kutai, East Kalimantan on 23 October 2018. After going through a quarantine period and extended with a comprehensive medical examination, Berani, the orangutan, started his forest school class. He did not scream. He did not move much either. The first day Berani just spent his time staying on the ground, under the hammock of the animal keeper.

The second week is of course different from the first week. Berani started to climb trees. Went up and down from the same tree. He has not touched hanging roots and branches yet. Berani is still trying to adjust.

The look in his eyes slowly began to change. From fear to calm with hope. Berani will keep trying, it all depends on the skills of the animal keepers who take him to forest school. Let’s send your enthusiasm to the animal keepers. (Lina_CB)

HARI PERTAMA BERANI DI SEKOLAH HUTAN
Satu lagi harapan di awal tahun 2019. Ini adalah orangutan yang diselamatkan dari kotak kayu di desa Meratak, Kutai Timur, Kalimantan Timur pada 23 Oktober 2018 yang lalu. Setelah melalui masa karantina dan diperpanjang dengan pemeriksaan medis secara menyeluruh, orangutan Berani pun memulai kelas sekolah hutannya. Tak ada teriakan darinya. Tak ada pergerakan juga dari Berani. Hari pertama Berani hanya dihabiskan dengan berdiam di tanah, di bawah hammock animal keeper.

Minggu pertama tentu saja berbeda dengan minggu kedua. Berani mulai memanjat pohon. Naik dan kemudian turun dari pohon yang sama. Tali akar yang menggantung bahkan ranting-ranting yang bercabang belum juga dijamahnya. Berani terus berusaha menyesuaikan diri.

Tatapan matanya perlahan mulai berubah. Dari takut jadi teduh dengan harapan. Berani akan terus mencoba, semua tergantung kecakapan para animal keeper yang membawanya ke sekolah hutan. Yuk kirim semangat mu untuk para animal keeper. (Lina_CB)