ROOM MAKE UP FOR ORANGUTAN

Since the block enclosure was established in 2015 and inhabited by Ambon and Memo, it has never been repainted. Small repairs such as for broken bars or cage floor damage have been carried out periodically. Now, the room make up team will work to improve any defects for the orangutan’s cage.

Limited number of enclosures require continuous planning. When the medical team is ready for their job to check orangutan’s health in this block, the animal keepers prepare for painting, hammock repairs and inspection of the cage. Orangutans prepare to move rooms.

The room make up team who are none other than tireless workers at COP Borneo are ready to sand, paint and make sure the rooms are ready to be occupied. Giving disinfectants is a signal, Ambon the orangutan is welcome to occupy his new room.

“Amazing room make up team!” Hopefully team will always be in good health to able to give new colors to other orangutan rooms. (EBO)

BEDAH KAMAR UNTUK ORANGUTAN

Sejak kandang blok yang dihuni orangutan Ambon dan Memo berdiri di tahun 2015, kadang belum pernah dicat ulang. Perbaikan-perbaikan kecil seperti besi yang putus atau semen lantai kandang yang bolong secara berkala sudah dilakukan. Kini, kehadiran tim bedah kamar orangutan akan bekerja memperbaiki kekurangan yang ada.

Keterbatasan kandang membutuhkan perencanaan yang berkesinambungan. Bagian medis tentu saja siap dengan pekerjaan pemeriksaan kesehatan orangutan di blok ini. Sementara animal keeper bersiap untuk pengecatan, perbaikan hammock dan pemeriksaan kelayakkan kandang. Orangutan bersiap untuk berpindah kamar.

Tim bedah kamar yang tak lain adalah pekerja-pekerja tak kenal lelah di COP Borneo telah siap mengamplas, mengecat dan memastikan kamar siap dihuni. Pemberian disinfektan menjadi isyarat, orangutan Ambon dipersilahkan menempati kamar barunya. 

“Tim bedah kamar yang luar biasa!”. Semoga tim sehat terus agar selalu bisa memberi warna baru di kamar-kamar orangutan lainnya. (FLO)

AMBON WEIGHS 69 KG NOW

Who owns a body weight of almost 70 kg at the Borneo COP orangutan rehabilitation center? That weight of course does not belong to orangutan children who are attending forest school classes. That’s like an adult’s weight. This must belong to an adult orangutan. Who is he? Or maybe it’s an animal keeper!

His handsome face is often admired by many people. It shows his dignity but unfortunately must end up in a cage. Dreams still continue, taking him to an island, where he can freely climb, choose the foods he wants to eat or explore in limited ways.

All know him as the cool Ambon. His eyes always stared pleasantly. His cheek pad often makes anyone who first approaches him back off. With his big body and long hair, we can feel his dominance from a distance.

Today, Ambon underwent an annual health check. Its weight is recorded again. “With the current weight, Ambon looks more agile. Hopefully Ambon will have the opportunity to return to the orangutan island, “said vet Flora, full of hope. (EBO)

BOBOT AMBON SEKARANG 69 KG

Siapakah pemilik berat badan 70 kg kurang 1 kg di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo? Berat segitu, pastinya bukan milik anak-anak orangutan yang sedang mengikuti kelas sekolah hutan. Itu seperti berat badan seorang dewasa. Ini pasti milik orangutan dewasa. Siapakah dia? Jangan-jangan miliknya animal keeper!

Wajah tampannya sering dikagumi banyak orang. Terlihat sekali wibawanya namun sayang harus berakhir di kandang. Mimpi masih terus berlanjut, membawanya ke sebuah pulau, dimana dia bisa dengan bebas memanjat, memilih makanan yang ingin dimakannya atau menjelajah secara terbatas. 

Semua mengenalnya dengan sebutan si kalem Ambon. Matanya selalu menatap dengan ramah. Checkpadnya sering membuat mundur siapapun yang pertama kali mendekatinya. Apalagi tubuh besar dan rambutnya yang gondrong. Dari jauh terasa dominasinya.

Hari ini, Ambon menjalani pemeriksaan kesehatan tahunan. Beratnya tercatat kembali. “Dengan beratnya yang sekarang, Ambon terlihat lebih lincah. Semoga Ambon berkesempatan kembali ke pulau orangutan.”, ujar drh. Flora penuh harapan. (FLO)

 

ALOUISE’S FIRST DAY AT THE FOREST SCHOOL

Alouise is an orangutan who recently entered the Borneo COP orangutan rehabilitation center on March 9, 2019. After going through a quarantine period of two months and the results of his medical examinations were good, Alouise was finally scheduled to enter the forest school class.

This was the first day Alouise entered the Borneo COP forest school. Early in the morning there was the first challenge. “Bringing out Alouise from her cage is not an easy thing. He is still wild and always bites when held. The struggle of the three animal keepers in 15 minutes is quite sweaty. This morning is just the beginning, “said Jhonny.

Alouise’s fear was still visible, all the way to jungle school, he hugged tightly, very tightly. Slowly orangutan Annie approached him when Alouise arrived at the forest school. Annie tugged him, invited him to play but Alouise got more afraid and embraced Herlina.

When Annie was a bit slack, Alouise suddenly held on to the tree and climbed it. Alouise climbed quickly without looking down again, and stopped at a height of 25 meters. “It’s a pleasure to see Alouise climb his first 25 meters,” Herlina said. “But how do we take him down?” She said again anxiously.

As the afternoon approached, Alouise still didn’t want to come down. The sky is very cloudy, the rain will come down soon. Nearly an hour we waited, finally with a papaya bait, Alouise climbed down. “Thank God, I don’t have to climb the tree,” Jhonny said again. (EBO)

HARI PERTAMA ALOUISE DI SEKOLAH HUTAN

Alouise adalah orangutan yang baru saja masuk pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo pada 9 Maret 2019. Setelah melalui masa karantina selama dua bulan dan hasil pemeriksaan Alouise yang baik akhirnya Alouise dijadwalkan untuk masuk kelas sekolah hutan. 

Ini adalah hari pertama Alouise masuk sekolah hutan COP Borneo. Pagi-pagi sudah dapat tantangan pertama. “Membawa keluar Alouise dari kandang karantinanya bukanlah hal yang mudah. Dia itu masih liar dan selalu menggigit jika dipegang. Perjuangan tiga orang animal keeper di 15 menit yang cukup berkeringat. Pagi ini baru awal.”, ujar Jhonny.

Ketakutan Alouise masih terlihat, sepanjang perjalanan ke sekolah hutan, dia memeluk erat, sangat erat. Perlahan orangutan Annie mendekatinya saat Alouise tiba di sekolah hutan. Annie pun menarik-nariknya, mengajaknya bermain namun rasa takutnya semakin memeluk erat Herlina. 

Saat Annie lengah, tiba-tiba Alouise berpegangan pada pohon dan memanjatnya. Alouise memanjat dengan cepat tanpa melihat ke bawah lagi, dan berhenti di ketinggian 25 meter. “Senang sekali melihat Alouise memanjat 25 meter pertamanya.”, ujar Herlina. “Tapi bagaimana kami membawanya turun?” ujarnya lagi dengan was-was. 

Saat sore menjelang, Alouise belum mau turun. Langit mendung sekali, hujan akan segera turun. Hampir satu jam kami menunggu, akhirnya dengan pancingan buah pepaya, akhirnya Alouise pun turun. “Syukurlah ngak mesti manjat pohon .”, ujar Jhonny lagi. (WET)

 

THE RHINOCEROS HORNBILL

For those of you who have never seen a rare bird of Dayak mascot, a rhinoceros hornbill (Buceros rhinoceros), this is where you can see this exotic bird, right before your eyes. The most interesting and prominent part of this bird is the crest above its head that resembles a horn which colored yellow to orange gradations that look beautiful and unique. However, the sound of this bird is not as beautiful as the color of its beak and crest, more like the sound of an angry goose.

This hornbill is famous for being very ignorant and not afraid of humans, because it has been accustomed to the presence of humans in the zoo before for years. Initially the KSDA planned to release this bird but in reality he is not ready to live in the wild. Instead of flying into the wild, he still chooses to stay around the Borneo COP camp where he still depends on human life. At first he could not fly high because he had no tail feathers (plucked up when kept by humans). But slowly the feathers grew back and he could fly quite high and perch trees, even though still around the camp.

According to the stories of friends at COP Borneo, he has annoying behavior such as to poop everywhere carelessly, often mess up kitchen and scatter dishes and food on the dinner table. Not only that, in the fruit warehouse, he likes to mess fruits that have been neatly arranged. He also likes to scatter trash and damage pipes because of his curiosity, maybe also his innate nature which is really nosy. Every day, he perches on the camp porch. Every morning he looks for food and accompanies the COP Borneo staff in their daily activity in the camp. Fly freely, O bird! (Alfa.Gasani_Orangufriends)

SI BURUNG RANGKONG BADAK
Bagi kalian yang belum pernah melihat langsung burung langka maskot suku dayak yaitu burung rangkong badak, di sinilah kalian bisa melihat burung eksotis ini, langsung di depan mata kalian. Yang paling menarik dan menonjol dari burung ini adalah jambul di atas kepalanya yang menyerupai tanduk dan berwarna gradasi kuning hingga jingga yang terlihat cantik dan unik. Namun suara burung ini tak seindah warna paruh dan jambulnya, lebih mirip suara angsa yang sedang marah.

Si burung Rangkong ini terkenal amat jahil dan tidak takut dengan manusia, sebab sudah terbiasa bercengkrama dengan kehadiran manusia di kebun binatang sebelumnya selama bertahun-tahun. Awalnya pihak KSDA berencana melepasliarkan burung ini namun pada kenyataannya dia belum siap hidup liar. Alih-alih terbang ke alam liar, ia justru masih memilih tinggal di sekitar camp COP Borneo dimana dia masih bergantung pada kehidupan manusia. Pada mulanya dia tidak bisa terbang tinggi sebab bulu ekornya tidak ada (sudah dicabuti saat pemeliharaan sebelumnya). Namun perlahan bulunya tumbuh kembali dan bisa terbang lumayan tinggi dan bertengger di pohon walaupun masih di sekitaran camp.

Menurut cerita teman-teman di COP Borneo, polahnya sering bikin kesal, seperti suka buang kotoran sembarangannya, sering menghamburkan barang di dapur seprti piring dan makanan yang ada di meja makan. Tak berhenti di situ, di gudang buah ia suka buat onar dengan mengobrak-abrik buah yang sudah ditata rapi. Dia juga suka menghamburkan sampah dan merusak pipa karena rasa ingin tahunya yang tinggi, mungkin juga sifat bawaannya yang memang usil. Setiap hari, dia bertengger di beranda camp. Setiap pagi dia mencari makan dan menemani staf COP Borneo yang sedang beraktifitas di camp. Terbanglah bebas, hai burung Rangkok! (Alfa.Gasani_Orangufriends)

ALOUISE’S MEDICAL EXAMINATION

Weighing less than 5 kg, precisely 4.3 kg. From the number of its teeth, it is estimated that he is 1 year old. He is a baby male orangutan named Alouise. An orangutan baby who just entered the COP Borneo Orangutan Rehabilitation Center on March 9, 2019.
It’s been ten days now since the COP Borneo medical team conducted a medical check-up (MCU) on the orangutan from the village of Selabing, East Kalimantan. Examination of herpes, hepatitis and HIV and faecal culture was carried out after Alouise underwent a period of quarantine and adaptation at the COP Borneo clinic.

“We hope that Alouise’s medical results will be good so that he can take part in a forest school class. The team also installed a microchip and collected fingerprints and body measurement data, “said vet Flora Felisitas after the examination. (EBO)

PEMERIKSAAN KESEHATAN ORANGUTAN ALOUISE
Beratnya tak sampai 5 kg tepatnya 4,3 kg. Dari gigi-giginya yang telah tumbuh diperkirakan usianya 1 tahun. Dia adalah bayi orangutan jantan bernama Alouise. Bayi orangutan yang baru saja masuk pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo pada 9 Maret yang lalu.

Selang sepuluh hari kemudian, tim medis COP Borneo melakukan medical check up (MCU) pada orangutan yang berasal dari desa Selabing, Kalimantan Timur. Pemeriksaan penyakit herpes, hepatitis dan hiv serta kultur feses pun dilakukan setelah Alouise menjalani masa karantina dan adaptasi di klinik COP Borneo.

“Kami berharap, hasil medis Alouise baik agar bisa mengikuti kelas sekolah hutan. Tim juga memasang microchip serta pengambilan data pengukuran tubuh serta sidik jari.”, kata drh. Felisitas Flora usai pemeriksaan. (FLO)

ANNIE FOUND BLACK FRUITS

Apparently, mid March is fruit season at the forest. Annie in his exploration in the forest school discovered black fruit, as local people call it.

He didn’t need to climb the tree, just pick the fruits from the ground. Annie enjoyed them until the remaining seeds were clean. “We never thought Annie would find black fruit. Annie, with a body larger than other small orangutans, is more active in exploring and experimenting with leaves, plants that she found. ”

Exactly a year ago, 11 March 2018 Annie the orangutan entered the COP Borneo orangutan rehabilitation center after three years of being illegally kept by Merapun villagers, East Kalimantan. Annie, who is male orangutan, continues to show progress every month. “Nothing is impossible. His life, which used to be in a wooden cage, does not necessarily jail him a lifetime. Let’s make his dream come true to return to his habitat.”, Jhonny said optimistically. (EBO)

ANNIE MENEMUKAN BUAH HITAM
Ternyata pertengahan Maret saatnya buah-buahan hutan siap dimakan. Annie dalam penjelajahannya di sekolah hutan menemukan buah hitam, begitu sebutan orang lokal pada buah yang berwarna hitam itu.

Tak usah bersusah payah memanjatnya, cukup dengan memetiknya di bawah. Annie menikmatinya hingga biji yang tersisa dengan bersih. “Kami ngak pernah mengira, Annie akan menemukan buah hitam. Annie dengan tubuh yang lebih besar dibandingkan orangutan kecil lainnya memang lebih rajin menjelajah dan mencoba-coba daun, tanaman yang dia temukan.”.

Tepat setahun yang lalu, 11 Maret 2018 orangutan Annie masuk pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo setelah tiga tahun dipelihara secara ilegal oleh warga desa Merapun, Kalimantan Timur. Annie yang berjenis kelamin jantan setiap bulannya terus menunjukkan kemajuan. “Tak ada yang mustahil, kehidupannya yang dulu berada dalam kandang kayu tak serta merta mengurungnya seumur hidup. Mari kita wujudkan mimpinya untuk kembali ke habitatnya.”, kata Jhonny lagi optimis.(Jhonny_CB)

UNYIL IS FASTER THAN UNTUNG

If this is a race to open young coconut on the island of orangutans, then Unyil orangutan would be the winner. For now, the orangutan island is inhabited by Unyil and Untung only. These two orangutans will be released next month.

Do you still remember Unyil’s background? The orangutan that is like human? Who was always fed with humanised diet? And his hair looked just like been straightened when he entered the Borneo COP orangutan rehabilitation center. The orangutan who was kept in a wooden cage and placed in the bathroom? The orangutan whose birthday was always celebrated every year? The orangutan who was even given a family last name? Yes Unyil, who was rescued from the toilet, will return to its habitat, next month.

While Untung, is an orangutan from a zoo with imperfect fingers. Little Untung who was a bit afraid to climb trees. Next month will be an opportunity to witness him truly wild and return to its habitat.
Coconut is the favourite fruit of both. Usually Unyil immediately grabs the coconut and within 10 minutes can enjoy its meat. Unyil is afraid that Untung would grab his coconut. That is why he could quickly open the coconut. “Unyil.. Unyil… you have to be even more fierce when you are in your habitat later, “Anen said with a smile. (EBO)

UNYIL LEBIH CEPAT DARIPADA UNTUNG
Jika ini sebuah perlombaan membuka kelapa di pulau orangutan, maka orangutan Unyil lah sebagai pemenangnya. Untuk saat ini, pulau orangutan dihuni oleh orangutan Unyil dan Untung saja. Kedua orangutan ini adalah orangutan yang akan dilepasliarkan pada bulan depan.

Masih ingat latar belakang Unyil? Orangutan yang diperlakukan seperti manusia ini? Makan selalu didulangi dengan menu seperti manusia? Rambutnya yang terlihat baru saja direbonding saat dia masuk pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Orangutan yang hidup di kandang kayu dan diletakkan di dalam kamar mandi? Orangutan yang dirayakan setiap hari ulang tahunnya? Orangutan yang bahkan diberi nama belakang keluarga? Ya Unyil yang diselamatkan dari toilet ini akan kembali ke habitatnya, bulan depan.

Sementara Untung, adalah orangutan yang berada di kebun binatang dengan jari yang tidak sempurna. Untung kecil yang takut-takut memanjat pohon. Bulan depan akan menjadi sebuah kesempatan untuk menyaksikannya benar-benar liar dan kembali ke habitatnya.

Buah kelapa menjadi buah kesukaan keduanya. Biasanya Unyil langsung mendekap kelapa tersebut dan dalam waktu 10 menit sudah bisa menikmati isinya. Unyil pun takut buah kelapanya direbut Untung, itu sebabnya dia dapat dengan cepat membuka kelapa. “Unyil… Unyil… kamu harus lebih galak lagi ya kalau di habitatmu nanti.”, ujar Anen sambil tersenyum. (Anen_CB)

MARY AT THE FIRST DAY OF FOREST SCHOOL

This is a bright morning to start the forest school class. When the cage doors opened, little orangutans are lively out of the cage. Some are directly in the arms of the animal keeper, some are waiting below and there are those who can’t wait to pull the animal keeper’s hand and start walking into the forest.

Today is so special. Mary will be in the forest school class for the first time. Mary was immediately surrounded by other orangutans. Annie, Happi, Jojo, Owi, Bonti and Popi approached Mary. They sniffed and … examined Mary’s genital. It seems they are checking, Mary is female or male. “Geez!!!”
Annie pulled her hair, pressed and rolled Mary. Do you still remember when Annie first entered the forest school class? Annie got a hard hit? For Mary … every orangutan is busy checking lower part of her body.

The sun is right above the head, Mary climbs the tree through the hanging roots. She moves from one tree to another. Mary looks good at climbing and exploring. Maybe this ability, she got from her mother when they were together. “, Said Jhonny, coordinator of Borneo COP animal keeper. (EBO)

MARY DI HARI PERTAMA KELAS SEKOLAH HUTAN
Pagi ini cukup cerah memulai kelas sekolah hutan. Pintu-pintu kandang dibuka. Orangutan-orangutan kecil dengan lincah keluar dari kandang, ada yang langsung berada di gendongan animal keeper, ada yang menunggu di bawah dan ada yang tak sabar menarik tangan animal keeper dan mulai berjalan masuk ke hutan.

Hari ini menjadi begitu istimewa. Mary akan masuk kelas sekolah hutan untuk pertama kalinya. Mary langsung dikelilingi orangutan-orangutan lainnya. Annie, Happi, Jojo, Owi, Bonti dan Popi mendekati Mary. Mereka mengendus dan… memeriksa kemaluan Mary. Sepertinya mereka memeriksa, Mary betina atau jantan. “Ya ampun!!!”

Annie menarik rambutnya, menekan dan menggulingkan Mary. Masih ingat saat Annie pertama kali masuk kelas sekolah hutan? Annie mendapatkan pukulan keras? Kalau Mary… setiap orangutan sibuk memeriksa bagian bawah tubuhnya.

Matahari tepat di atas kepala, Mary memanjat pohon melalui akar-akar yang bergelantungan. Dia berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain. Mary terlihat sudah pandai memanjat dan menjelajah. Mungkin kemampuan ini, ia dapatkan dari induknya sewaktu bersama.”, ujar Jhonny, kordinator animal keeper COP Borneo. (Jhonny_CB)

WHAT JHONNY SAYS ABOUT JOJO

Jojo is a 2-year-old female orangutan. Jojo the orangutan has thick, straight and long hair with a sad and flat facial expression. The orangutan was confiscated by the BKSDA from the village of Rantau Pulung then entrusted to COP Borneo, the rehabilitation center for orangutans in Berau, East Kalimantan.

Jojo is placed in a 3 × 3 meters and 6 meters high cage. She looked very happy when the animal keeper tied up various kinds of fruits such as watermelon, corn, tomatoes, pineapple, bananas and also a glass of milk. In no time Jojo soon enjoyed the fruits until nothing left.

Jojo is an orangutan that residents kept illegally. Since then, Jojo never ate fruit and only occasionally drank milk. She lived in a 50 x 50 x 50 cm cage where she could not even stand up straight. But it was in the past.

Now Jojo lives her new life, meets new friends, is in a new place and joins a forest school. A school in the rehabilitation center that trains her and other orangutans to live in their own way. Jojo only needs to adapt to the surrounding environment, by climbing, exploring the canopy of trees, searching for forest fruit, eating tree bark and learning to make nests in trees.

Jhonny is an animal keeper who has helped saving Jojo. Memories about Jojo are still imprint clearly. Seeing Jojo now makes him even more excited. Jojo never missed the forest school class. In fact, she often tries to find the opportunity to always go to forest school. Let’s encourage Jojo through https://www.kitabisa.com/orangindo4orangutan(EBO)

KATA JHONNY TENTANG JOJO
Jojo adalah orangutan betina berumur 2 tahun. Orangutan Jojo dengan rambutnya yang lebat, lurus dan panjang ini memiliki ekspresi wajah yang sedih dan datar. Orangutan Jojo berasal dari kampung Rantau Pulung dan merupakan sitaan BKSDA dan dititipkan ke COP Borneo, pusat rehabilitasi orangutan di Berau, Kalimantan Timur.

Jojo ditempatkan dalam kandang 3 x 3 meter dan tinggi 6 meter. Dia terlihat sangat gembira ketika animal keeper memberikat berbagai macam buah-buahan seperti semangka, jagung, tomat, nanas, pisang dan tak lupa juga segelas susu. Tak menunggu lama, Jojo langsung menikmati buah-buahan tersebut hingga habis.

Jojo adalah orangutan yang dipelihara warga secara ilegal. Sejak itu pula, Jojo tak pernah makan buah dan sesekali minum susu. Hidup di dalam kandang 50 x 50 x 50 cm bahkan untuk berdiri dalam kandang pun tak bisa. Tapi itu dulu.

Kini Jojo menjalani hidupnya yang baru, bertemu teman baru, berada di tempat yang baru dan bergabung dalam sekolah hutan. Sekolah di pusat rehabilitasi yang melatih cara hidup orangutan dengan caranya sendiri. Jojo hanya perlu beradaptasi dengan alam sekitar, dengan memanjat, menjelajah di atas kanopi pohon, mencari buah hutan, memakan kulit pohon dan belajar membuat sarang di atas pohon.

Jhonny adalah animal keeper yang ikut menyelamatkan Jojo. Ingatan tentang Jojo masih sangat membekas. Melihat Jojo yang sekarang membuatnya semakin bersemangat. Jojo bahkan tidak pernah menghindar dari kelas sekolah hutan. Bahkan sering mencuri kesempatan untuk selalu ikut ke sekolah hutan. Beri semangat untuk Jojo yuk melalui https://www.kitabisa.com/orangindo4orangutan (Jhonny_CB)

POPI’S STYLE AND BANANA IN FOREST SCHOOL

The way Popi climbs trees in a forest school class can be distinguished from other orangutans of her age. Quick, then slow down and look back at the animal keeper. “Let’s see when you are as Happi’s age, or six months later. You won’t care about me anymore Pop! ” Shouted Wety Rupiana, the baby sitter who has been taking care of her since birth.

His style this time, yes while eating bananas, her hands and feet were busy holding on branches. Itching in her armpits is unbearable, there may be ants that bite her again. “Only by holding on with one hand she was busy scratching her armpit. Not forgetting to look at me. Ask for help?” Wety thought a little worried.

A month ago Popi chose the wrong food. She thought, weathered wood always contained delicious termites. In fact, the weathered wood she got contained large ants that bit mercilessly. Popi tried to get rid of the ants that bit her. “Well Popi, experience is the best teacher. Don’t be fooled again.”. (EBO)

GAYA POPI DAN PISANG DI SEKOLAH HUTAN
Cara Popi memanjat pohon di kelas sekolah hutan bisa dibedakan dengan orangutan seumurannya. Cepat, kemudian melambat dan tak lupa melihat ke animal keeper. “Lihat saja nanti kalau kamu sudah seumuran Happi, atau enam bulan kedepan. Kamu tidak akan mempedulikan aku lagi ya Pop!”, teriak Wety Rupiana, baby sitter Popi sejak tali pusar Popi mulai mengering.

Gaya nya kali ini, ya sambil manjat makan pisang, tangan dan kakinya sibuk berpegangan. Gatal di ketiaknya tak tertahankan lagi, mungkin ada semut yang mengigitnya lagi. “Hanya dengan berpegangan satu tangan dia pun sibuk menggaruk ketiaknya. Tak lupa sambil melihatku. Minta tolong?”, pikir Wety sedikit kawatir.

Dua bulan yang lalu Popi salah memilih makanannya. Dipikirnya, kayu lapuk selalu berisi rayap yang enak. Nyatanya, kayu lapuk yang dipegangnya berisi semut besar yang menggigit tanpa ampun. Popi pun berusaha membuang semut-semut yang menggigitinya. “Baiklah Popi, guru terbaik adalah pengalaman. Jangan sampai tertipu lagi ya.”.