PENYELAMATAN ORANGUTAN ALOI

Minggu pagi bukanlah hari untuk berlibur. Satu orangutan jantan berusia 2 tahun menanti untuk diselamatkan APE Crusader. Bersama BKSDA Pos Sampit, tim segera meluncur ke desa Eka Bahurui, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Menurut bapak Opik yang menemukan bayi orangutan tersebut, orangutan terpisah dari induknya ditemukan di tengah kebun yang kemudian dirawat selama enam bulan. Orangutan ini pun diberi nama Aloi. Selama dirawat bapak Opik, Aloi diberi makan apa saja seperti biskuit, buah bahkan nasi.

“Sangat disayangkan, bayi orangutan sampai terpisah dengan induknya di sebuah kebun warga. Hilangnya hutan karena alih fungsinya yang merupakan habitat orangutan merupakan penyebab utama, orangutan mendekati manusia. Anak orangutan akan selalu menempel pada induknya hingga berusia 6-8 tahun. Terpisahnya induk dan anak dapat dipastikan induknya tewas.”, ujar Faruq, kapten APE Crusader sambil mengamati Aloi yang terlihat ketakutan.

Keberadaan Aloi ini merupakan informasi dari masyarakat. “Pada hari Jumat (29/11) ada yang melaporkan orangutan dipelihara. Setelah kami periksa kebenarannya, tim pun segera meluncur ke lokasi untuk mengevakuasi.”, ujar pak Muriansyah, komandan BKSDA Pos Sampit.

Sosialisasi orangutan adalah satwa yang dilindungi Undang-undang akan semakin digalakkan. ”Kami berharap masyarakat dapat dengan sukarela melaporkan atau memberitahu keberadaan pemeliharaan satwa liar dilindungi UU No 5 tahun 1990 ini.”, tambah pak Muriasyah.

Aloi akan dibawa ke BKSDA SKW II Pangkalan Bun untuk menjalani rehabilitasi di pusat rehabilitas. Ini akan menjad kesempatan keduanyanya untuk kembali ke hutan yang merupakan habitatnya dan menjadikannya satwa dengan peran penghijauan alami terbaik. (Petz)

PELIHARA ELANG MELANGGAR HUKUM

Pemberitaan media cetak dan online tentang penangkapan pedagang elang brontok pada 11 September menyadarkan ibu Masriah, bahwa dia melanggar hukum. Ibu Masriah pun akhirnya menyerahkan dua elang laut (Haliaeetus heucogaster) kepada BKSDA Pos Sampit dibantu Manggala Agni dan APE Crusader.

Menurut keterangan warga kecamatan Mentaya Baru Ketapang, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah ini, kedua elang dipeliharanya selama enam bulan. Kedua elang dimasukkan ke dalam kandang berukuran 5×6 meter dan diberi makan ikan setiap pagi dan sore hari.

“Serah-terima ini adalah contoh kesadaran masyarakat dalam memahami bahwa elang adalah satwa yang termasuk dilindungi UU No. 5 Tahun 1990.”, ujar pak Muriansyah, komandan BKSDA Pos Sampit.

Keesokan harinya, elang-elang dibawa ke BKSDA SKW II Pangkalan Bun dan bersiap untuk dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya untuk menjalani perannya dalam rantai makanan. “Elang adalah predator puncak pada rantai makanan yang mempunyai peran sangat penting di alam liar. Membiarkan satwa liar di alam adalah tindakan terbaik manusia untuk kelestarian alam.”, kata Faruq Zafran, kapten APE Crusader COP. (Petz)

PENYERAHAN BERUANG MADU DARI ANTANG KALANG

Seseorang akan langsung jatuh hati pada satwa. Biasanya karena lucunya. Lucunya pada saat masih bayi. Dan pada saat bayi itulah, satwa diculik dari induknya. Bagaimana dengan induknya? Kecarian anaknya… atau mati saat mempertahankan anaknya. Inilah nasib beruang madu. Kalung yang melingkar di lehernya adalah tanda unik dari jenis beruang dengan tubuh yang tak terlalu besar.

Selasa, 12 September 2017, bayi beruang madu berusia 1 tahun diserahkan warga Parenggean, kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Timur. Beruang madu yang berasal dari desa Sungai Keruh, kecamatan Antang Kalang ini ditemukan pak Cuandi saat mencari batu akik. Bayi beruang madu dipelihara seseorang. Setelah Pak Cuandi datang untuk yang ke-5 kali nya, beruang madu akhirnya diserahkan ke kantor BKSDA Pos Sampit. “Terimakasih pak Cuandi atas bantuannya menyerahkan beruang madu yang termasuk satwa dilindungi UU No. 5 Tahun 1990.”, ujar pak Muriansyah, komandan BKSDA Pos Sampit.

“Selanjutnya dari arahan BKSDA Pos Sampit, Bayi beruang madu akan kami antar ke BKSDA SKW II Pangkalan Bun.”, ujar Faruq Zafran, kapten APE Crusader COP. “Selain beruang madu, kami akan mengantarkan 1 ekor anakan burung elang yang berasal dari perdagangan ilegal hasil operasi tangkap tangan 11 Agustus 2017 yang lalu.”, tambah Faruq. Selanjutnya, kedua satwa diharapkan dapat melalui rehabilitasi untuk dilepasliarkan kembali ke alam. (PETz)

PEDAGANG ELANG TERTANGKAP DI SAMPIT

Satu anakan burung Elang berhasil diselamatkan dari perdagangan satwa liar ilegal pada 11 September 2017 yang lalu di Sampit, Kalimantan Tengah. Lagi-lagi media sosial menjadi wadah perdagangan predator tingkat tinggi ini. Dalam operasi ini, tiga tersangka pelaku perdagangan satwa dilindungi tertangkap tangan. Dua diantaranya masih di bawah umur.

Dari akun Facebook berlanjut komunikasi lewat Whatsapp, anak elang yang berusia 2 bulan ini dijual Rp 1.000.000,00. Menurut pengakuan tersangka MT (19 tahun), dia Sudan menjual 3 ekor elang semenjak 6 bulan terakhir. MT mendapatkan elang tersebut dengan mencari sarang-sarang elang di hutan.

Kerja bersama BKSDA Pos Sampit, Manggala Agni dan Centre for Orangutan Protection memerangi perdagangan satwa liar akan terus berlangsung. “Jangan jual satwa liar dilindungi! Atau berhadapan dengan APE Crusader!”, seru Faruq tegas. Perburuan satwa liar apalagi yang berada di tingkat tinggi pada rantai makanan akan berakibat buruk bagi kelangsungan ekosistem. Bencana ekologis akan terjadi seiring gelindingan bola es yang semakin besar. Itu sebabnya, COP memerangi perdagangan satwa liar.

72 PENYU SISIK DILEPASLIARKAN DI PANTAI SENDURIAN

Banyak cara merayakan hari kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tak terlepas tim APE Crusader yang biasanya menyelamatkan orangutan dan berada di garis depan saat mempertahankan hutan yang beralih fungsi menjadi perkebunan. APE Crusader turut melepaskan anak penyu sisik yang dilakukan sepanjang kawasan pantai Sendurian, desa Sungai Perlu dan di kawasan pantai wilayah kelola Taman Nasional Tanjung Puting wilayah II resort Sungai Perlu.

“Saling mendukung upaya konservasi itu mengembalikan semangat kami.”, ujar Faruq Zafran, kapten APE Crusader. “Tantangan di dunia konservasi sangat bervariasi. Inilah yang membuat kami tertarik untuk mempelajari cara mengatasinya. Belajar darimana saja dan kapan saja dapat mengembalikan semangat kami mengatasi persoalan. Bahwa kami tidak sendiri.”.

Sabtu, 19 Agustus 2017 ada 72 anakan penyu sisik yang dilepasliarkan kembali. Penyu-penyu ini masih harus berjuang untuk sampai ke lautan. Mereka juga harus menghadapi predator yang datang seaktu-waktu. “Penyu yang kecil saja siap mengarungi lautan nan luas. APE Crusader siap meyelamatkan orangutan Kalimantan.”. (Petz)

PATROLI TERPADU KARHUTLABUN

Musim kemarau sudah semakin dekat. Musim yang berpotensi memperburuk kebakaran hutan, lahan dan kebun (karhutlabun). Patroli terpadu pun melibatkan Manggala Agni regu 3/4 – Daops III Pangkalan Bun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kotawaringin Timur, TNI, Polri dan Centre for Orangutan Protection termasuk juga masyarakat sekitar.

Pembentukan pos-pos jaga di beberapa desa yang dianggap rawan karhutlabun, salah satunya di Jln. H.M Arsyad Km 7 Gg. Mawar Barat, Desa Eka Baharui, Kecamatan Mentaya Baru, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Pencatatan data kondisi cuaca seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin dan curah hujan menjadi bagian dasar dalam patroli terpadu ini. Daerah lahan gambut dengan vegetasi semak belukar mendapat perhatian lebih dalam setiap patroli. Sumber air terdekat dengan daerah titik rawan langsung ditandai untuk mempermudah proses pemadaman jika muncul hotspot. Pengukuran kedalaman gambut dan uji remas daun serasah juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kebasahan lahan.

Sosialisasi dalam bentuk penyuluhan juga menjadi bagian dari patroli. Himbauan untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar berulang kali disampaikan untuk mencegah kebakaran hutan.

Kerugian material yang sangat besar jika terjadi karhutlabun diharapkan bisa semakin berkurang. Dampak yang langsung terasa bagi masyarakat sekitar saat terjadi karhutlabun adalah sesak napas akibat kabut asap bahkan mata perih. Selain berdampak pada kesehatan, kegiatan ekonomi pun sangat terganggu. Penerbangan dari dan ke provinsi maupun lintas daerah menjadi terhalang. Tidak hanya secara lokal maupun nasional, namun juga mengganggu negara tetangga.

Keseriusan pemerintah menangani karhutlabun tertuang pada Instruksi Presiden RI Nomor 11 tahun 2015 tentang Peningkatan Pengendalian Karhutlabun. “Optimalisasi pencegahan Karhutlabun adalah jalan terbaik daripada kita sibuk memerangi api.”, ujar Faruq Zafran, kapten APE Crusader, koordinator tim COP untuk perlindungan satwa dan habitatnya. (Petz)

PENYERAHAN BERUANG MADU DARI ANTANG KALANG

Seseorang akan langsung jatuh hati pada satwa. Biasanya karena lucunya. Lucunya pada saat masih bayi. Dan pada saat bayi itulah, satwa diculik dari induknya. Bagaimana dengan induknya? Kecarian anaknya… atau mati saat mempertahankan anaknya. Inilah nasib beruang madu. Kalung yang melingkar di lehernya adalah tanda unik dari beruang madu dengan tubuhnya yang tak terlalu besar.

Selasa, 12 September 2017, bayi beruang madu berusia 1 tahun diserahkan warga Parenggean, kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Timur. Beruang madu yang berasal dari desa Sungai Keruh, kecamatan Antang Kalang ini ditemukan pak Cuandi saat mencari batu akik. Bayi beruang madu dipelihara seseorang. Setelah Pak Cuandi datang untuk yang ke-5 kali nya, beruang madu akhirnya diserahkan ke kantor BKSDA Pos Sampit. “Terimakasih pak Cuandi atas bantuannya menyerahkan beruang madu yang termasuk satwa dilindungi UU No. 5 Tahun 1990.”, ujar pak Muriansyah, komandan BKSDA Pos Sampit.

“Selanjutnya dari arahan BKSDA Pos Sampit, Bayi beruang madu akan kami antar ke BKSDA SKW II Pangkalan Bun.”, ujar Faruq Zafran, kapten APE Crusader COP. “Selain beruang madu, kami akan mengantarkan 1 ekor anakan burung elang yang berasal dari perdagangan ilegal hasil operasi tangkap tangan 11 Agustus 2017 yang lalu.”, tambah Faruq. Selanjutnya, kedua satwa diharapkan dapat melalui rehabilitasi untuk dilepasliarkan kembali ke alam. (PETz)

THE APE CRUSADER

Did you know that the APE Crusader Team have assisted the Wildlife Authority in 15 operations during 2016. 12 orangutans and 2 other wildlife have been saved and 3 people have been jailed as the result. The APE Crusader Team is joint operation between COP and the Orangutan Outreach.
The APE Crusader was the first team in Centre for Orangutan Protection. The APE Crusader since 2007 focus to save the habitat of orangutan, orangutan and wildlife.

Apakah kamu mengetahui bahwa Tim APE Crusader sudah mendampingi Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup di 15 operasi bersama selama tahun 2016? 12 orangutan dan 2 satwa liar lainnya berhasil diselamatkan dan 3 orang menjalani hukuman di penjara sebagai hasilnya. Tim APE Crusader adalah tim yang didukung atas kerjasama Centre for Orangutan Protection dengan Orangutan Outreach.
Tim APE Crusader adalah tim yang pertama kali ada di COP. Sejak tahun 2007, APE Crusader fokus untuk menyelamatkan habitat orangutan, orangutan dan satwa liar lainnya.

APE CRUSADER EVACUATE SALTWATER CROCODILE

Friday, July 21st 2017, Nature Conservation Agency: Indonesia (BKSDA), Sampit with Ape Crusader from Center for Orangutans Protection (COP) evacuated a Salt water crocodile (Crocodylus porosus) that was found by people of Persil Raya village, Seruyan Hilir, Central Kalimantan.

Since Monday, 17th of July the crocodile is located behind the Heavy Equipment Warehouse of PT. Buih Seruyan. “At that time I was both surprised and frightened to see a big crocodile under my bed. I ran and was chased by it, but the crocodile swam into the ditch behind the warehouse.”, said Mustarhin (40 years old).

“For the past 15 years, this is the first time I saw a crocodile came inside (the warehouse area). Maybe the crocodile is from the Seruyan River and (was) here to search for something to eat.”, he added.

“The handover of Salt water crocodile that is protected by UU No. 5 Th. 1990 about the Nature and Ecosystem Conservation today is the result of people’s awareness to protect the animals from the habitat loss and to prevent the conflict with people”., said Muriansyah the Commander of BKSDA, Sampit.

“We appreciate the active role of people to handle the conflict with wild animals.”, said Faruq form Center for Orangutan Protection. “Whatever kind of wild animals is going to approach settlement (villages) is they are losing their habitat and their food source.”, Faruq added. Next, the crocodile is going to be released in safer place. (Petz)

Jumat, 21 Juli 2017, BKSDA Pos Sampit bersama APE Crusader dari Centre for Orangutan Protection mengevakuasi buaya muara (Crocodylus Porosus) yang ditemukan warga desa Persil Raya, Seruyan Hilir, Kalimantan Tengah.

Sejak Senin, 17 Juli buaya itu berada di parit belakang gudang alat berat dan minyak PT. Buih Seruyan. “Waktu itu saya dikagetkan kedatangan buaya yang besar tepat di bawah tempat tidur saya. Saya lari dan sempat dikejar, namun buaya menceburkan diri ke parit yang berada di belakang gudang.”, ujar Mustarhin (40 tahun).

“Selama 15 tahun, baru kali ini buaya masuk ke dalam. Mungkin buaya ini masuk dari sungai Seruyan untuk mencari makan.”, tambahnya.

“Penyerahan buaya muara yang dilindungi UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya ini adalah atas kesadaran warga masyarakat untuk melindungi satwa liar ini dari ancaman gangguan habitat dan konflik terhadap masyarakat.”, demikian penjelasan Muriansyah, komandan BKSDA Pos Sampit.

“Kami mengapresiasi peran aktif masyarakat dalam penanganan konflik satwa liar.”, kata Faruq dari Centre for Orangutan Protection. “Satwa liar apapun akan terus terdesak dan semakin mendekat ke manusia jika habitat yang menjadi tempat tinggal dan mencari makannya terganggu.”, tegas Faruq lagi. Selanjutnya, buaya akan dilepasliarkan kembali ke tempat yang lebih aman. (Petz)

PRETTY, THE ORANGUTAN COVERED WITH JACKFRUIT SAP

This Orangutan found by Mr. Cuandi in the condition covered with Jackfruit Sap all over her. Pretty the Orangutan. This female orangutan has been kept pet for 8 months of residents in Sungai Plangkon, Tumbang Kaban, Katingan Hulu District, Central Borneo.

“Pretty the orangutan is kept by Mr. Sugianto for 8 months under a Jackfruit tree. I bought from him for Rp.400.000,00”, Said Mr. Cuandi.

Together with Mr. Muriansyah (BKSDA Pos Sampit), Mr. Novilianto (Manggala Agni) and APE Crusader picked Pretty the orangutan in Parenggean Police Station on June 28th, 2017.

The loss of orangutan habitat due to the change of forest function is the main cause of orangutans came across the community .” How will orangutans live in forests if their forests run out?” Says Faruq, Center og Orangutan Protection. This is our shared responsibility. (Dhea_Orangufriends)

PRETTY, ORANGUTAN PENUH GETAH NANGKA
Orangutan ini ditemukan pak Cuandi dalam kondisi rambut dipenuhi getah pohon Nangka. Pretty namanya. Orangutan betina ini sudah selama 8 bulan dalam pemeliharaan warga sungai Plangkon, kecamatan Tumbang Kaban, kabupaten Katingan Hulu, Kalimantan Tengah.
“Orangutan Pretty ini dipelihara pak Sugianto selama 8 bulan di bawah pohon nangka. Saya membeli darinya seharga Rp 400.000,00..”, ujar pak Cuandi.
Bersama pak Muriansyah (BKSDA Pos Sampit), pak Novilianto (Manggala Agni) dan APE Crusader menjemput orangutan Pretty di Polsek Parenggean pada 28 Juni 2017.
Hilangnya habitat orangutan karena alih fungsi hutan adalah penyebab utama orangutan sampai pada masyarakat. “Bagaimana orangutan akan hidup di hutan, jika hutannya habis?”, ujar Faruq, Centre for Orangutan Protection. Ini adalah tanggung jawab kita bersama.