A HUT FULL OF WASTE WAS FOUND IN THE MIDDLE OF PROTECTED FOREST

This morning, two volunteers in the APE Guardian or the orangutan release monitoring team were preparing to enter the forest again. “This time we go earlier”, said Widi, one of the volunteer. This is the tenth-day orangutan Novi and Leci are released into their habitat. “Actually, if we meet the orangutans, we still haven’t determined how to react, whether we run away or dare to observe them”, added Widi.

Widi is a volunteer who participates in the release of orangutans in Berau, East Kalimantan. Just being physically strong isn’t enough to be a volunteer. They also must have strong mentally, especially in the forest where there is no electricity, telephone signal, and no internet.

After walking for 2 hours going up and down deep into the forest, the team found plastic trash. “One… two… and more and many more! Then we found a hut in a protected forest! This is crazy! Humans left all of their trashes here!” said Widi in anger. Plastics of instant noodles, cigarettes, snacks, flour are scattered everywhere. Even some clothes are left behind. Bottles of herbal drink are also laying in a big amount. (IND)

PONDOK PENUH SAMPAH DI TENGAH HUTAN LINDUNG
Pagi ini seperti pagi kemarin. Kedua relawan tim APE Guardian atau tim monitoring pelepasliaran orangutan sudah bersiap masuk hutan kembali. “Kali ini lebih pagi.”, ujar Widi. Ini adalah hari kesepuluh orangutan Novi dan Leci dilepasliarkan ke habitatnya. Sudah sepuluh hari juga kami belum berjumpa dengan mereka lagi. “Sesungguhnya, kalau berjumpa juga kami masih belum menentukan sikap, apakah berlari menjauh atau memberanikan diri mengamati mereka.”, tambah Widi lagi.

Widi adalah relawan yang mengajukan diri untuk ikut pelepasliaran orangutan di Berau, Kalimantan Timur. Fisik saja tidak cukup katanya untuk menjadi seorang relawan. Apalagi di hutan yang tidak ada signal telepon konon internet. Sudah pasti mental kudu kuat. Tapi itu pula yang membuat hari ini penuh kemarahan, berhari-hari tinggal di hutan harus bertemu jejak manusia yang bernama sampah .

Setelah berjalan selama 2 jam dengan medan yang naik turun, tim menemukan sampah plastik. “Satu… dua… dan semakin banyak! Dan sebuah pondok di hutan lindung! Gila… manusia meninggalkan jejak dengan sampahnya!”, geram Widi. Plastik mi instan, rokok, cemilan, tepung tercecer dimana-mana, bahkan bekas pakaian sengaja dibiarkan tertinggal dengan jumlah yang tidak sedikit. Sisa-sisa botol minuman jamu pun tergeletak begitu saja. (WIDI_Orangufriends)

Comments

comments

You may also like