JOJO’S FIRST TWO WEEKS AT COP BORNEO

Jojo the orangutan seemed to have difficulty when breathing. Especially when he was eating or drinking. He sounded like snoring when inhaling. Jojo frequently was seen breathing through his mouth instead of his nose. Being smaller compared to other orangutans of his age, and with the current condition, made the medical team paid more attention to Jojo’s growth and development. “After all, the orangutan parent knows the best for her child. While we, the medical team tried to do our best. Orangutan children are very dependent on their parents until they are 7 years old. During that time, the mother really protects the child, teaching what is impossible for us to do. We hope that Jojo can quickly adjust and survive with our help.”, said Vet Flora with hope.

Jojo has been taken care at the COP Borneo Orangutan Rehabilitation Center, Berau, East Kalimantan since April 12, 2018. He hardly touched fruits and vegetables which are orangutan feed at this rehabilitation center. This is because during illegal captive, Jojo was fed with rice, just like humans. But thanks to the patience of the Borneo COP animal keepers, Jojo now likes oranges and papaya.
Jojo, this 4-year-old orangutan baby is still in a quarantine cage. Health and physical examinations will determine whether Jojo can join in a forest school. Jojo’s regaining his confidence is also equally important focus. “But we believe, the trauma Jojo has experienced slowly can be overcome,” said Danel Jemy, coordinator of the Borneo COP animal keeper.

Let’s help COP protect orangutans. If you know of illegal ownership of orangutans around you, immediately contact the Directorate General of KSDAE Call Center 082299351705 (call or text) or email us at info@orangutanprotection.com so that no other Jojos are mismanaged, making it more difficult for the rehabilitation process to release back to its habitat. (EBO)

DUA MINGGU PERTAMA JOJO DI COP BORNEO
Orangutan Jojo terlihat sulit bernafas. Apalagi saat sedang makan atau minum. Terdengar suara ngorok nya saat menarik nafas. Tak jarang, Jojo terlihat bernafas melalui mulut bukan hidung. Dengan kondisi Jojo yang lebih kecil dibandingkan dengan orangutan yang seumuran dengannya, membuat tim medis memberikan perhatian lebih pada tumbuh kembangnya. “Bagaimana pun juga, induk orangutan tau yang terbaik untuk anaknya. Sementara kami, tim medis berusaha lakukan yang terbaik. Anak orangutan adalah anak yang sangat tergantung pada induknya hingga usia 7 tahun. Selama itu, induk akan sangat melindunginya, mengajari yang mustahil bisa kami lakukan. Kami berharap, Jojo bisa cepat menyesuaikan diri dan bertahan dengan bantuan kami.”, ucap drh. Flora dengan penuh harapan.

Sejak 12 April 2018, Jojo masuk ke pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo, Berau, Kalimantan Timur. Buah dan sayur yang merupakan pakan orangutan di pusat rehabilitasi ini, nyaris tak disentuhnya. Ini karena selama dalam pemeliharaan ilegal, Jojo diberi makanan nasi, sama seperti manusia. Tapi berkat ketelatenan para animal keeper di COP Borneo, Jojo sekarang menyukai jeruk dan pepaya.

Jojo, anak orangutan berusia 4 tahun ini masih dalam kandang karantina. Pemeriksaan kesehatan dan fisik akan menentukan bergabung tidaknya orangutan Jojo di sekolah hutan. Pengembalian kepercayaan diri Jojo juga menjadi fokus yang tak kalah pentingnya. “Tapi kami yakin, trauma yang dialami Jojo perlahan dapat diatasi.”, ujar Danel Jemy, koordinator animal keeper COP Borneo.

Mari bantu kami dalam perlindungan orangutan. Jika kamu mengetahui kepemilikan ilegal orangutan di sekitar mu, segera hubungi Call Center Ditjen KSDAE 082299351705 (telpon atau sms) atau email kami di info@orangutanprotection.com agar tidak ada Jojo-Jojo yang lain, yang salah penanganan sehingga semakin menyulitkan proses rehabilitasi untuk kembali dilepasliarkan. (FLO)

Comments

comments

You may also like