February 2018

SHOCKING PLAN FOR AMBON

Ambon is an adult male orangutan which stays at COP Borneo Orangutan Rehabilitation Center. The Calm Ambon was a confiscated orangutan of Natural Resources Conservation Center (BKSDA) of East Kalimantan from a Botanical Garden of Mulawarman University of Samarinda (KRUS) of East Kalimanta.

In his 25-year-old Ambon, with his large body he spends his days behind bars for 3/4 of his age.
There was almost no hope for him to leave the narrow cage. Id he had been in KRUS, he had to share the cage with Debbie, the female orangutans who did not like him, while in COP Borneo he entered his third year in the quarantine cage, by himself.

The opportunity to return to the nature seems to have closed, over long time he spent in the cage. But we, at the Center for Orangutan Protection will not allow the dream of Ambon to live better will be disappeared. Soon, a second chance for him will come true.

The 2-hectare island in the middle of the Kelay river, East Kalimantan will become a place in Abon’s old age. Trees, leaves, sunshine, soil, grass, running water will he get directly not from behind the iron bars anymore.

After decades in the cage, Ambon will breathe freedom air and set its foot on grass, land on March 1, 2018, right on the 11th anniversary of the COP. “This is the best gift ever… know it since last January 2010. Looked at his trusty eyes to us.”, Said Ramadhani affected.

Nothind is immposible if we try. You can also help us through
https://redapes.org/ambon/ Happiness will continue to be contagious and widespread.

RENCANA MENGEJUTKAN UNTUK AMBON
Ambon adalah orangutan jantan dewasa paling tua yang tinggal di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Si kalem Ambon adalah orangutan sitaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur dari sebuah Kebun Raya Universitas Mulawarman Samarinda (KRUS) Kalimantan Timur.

Di usiannya Ambon yang sekitar 25 tahunan, dengan tubuhnya yang besar, dia menghabiskan hari-harinya di balik jeruji besi kandang selama 3/4 usianya. Hampir tak ada harapan untuknya meninggalkan kandang sempit. Jika dulu di KRUS dia harus berbagi kandang bersama Debbie, orangutan betina yang tidak menyukainya, sementara di COP Borneo dia memasuki tahun ketiganya berada di kandang karantina, sendiri.

Kesempatan untuk kembali ke alam sepertinya sudah tertutup, seiring waktu yang begitu lama dia habiskan di kandang.Tapi kami, di Centre for Orangutan Protection tak akan membiarkan mimpi Ambon untuk hidup lebih baik pupus. Sebentar lagi, kesempatan kedua untuknya akan terwujud.

Pulau seluas 2 hektar yang berada di tengah sungai Kelay, kalimantan Timur akan menjadi tempat di masa tua Ambon. Pohon, daun, sinar matahari, tanah, rumput, air bersih yang mengalir akan dia dapatkan secara langsung bukan dalam balik teralis besi lagi.

Setelah puluhan tahun dalam kandang, Ambon akan menghirup udara kebebasan dan menginjakkan kaki pertamanya di rumput, tanah pada 1 Maret 2018, tepat di hari ulang tahun COP yang ke-11. “Ini adalah kado terbaik yang pernah ada… mengenalnya sejak Januari 2010 yang lalu. Menatap matanya yang penuh kepercayaan kepada kami.”, ujar Ramadhani haru.

Tak ada yang tak mungkin jika kita berusaha. Kamu pun bisa membantu kami lewat https://redapes.org/ambon/ Kebahagiaan akan terus menular dan meluas. (NIK)

KEKEJAMAN DI BALIK KOPI LUWAK MU

Pagi ini, orangufriends Malang berkumpul bersama. Mereka adalah informan terbaik yang dimiliki Centre for Orangutan Protection. Mereka paham betul, satwa yang dilindungi tak seharusnya dimiliki seseorang. Selain itu… mereka tidak akan tahan dengan kekejaman yang terjadi pada satwa. Mereka belajar di COP School.

Lintas angkatan, lintas gender hanya untuk satwa liar. Itulah mereka, orangufriends Malang. Kelompok pendukung Centre for Orangutan Protection ini adalah semangat muda COP. Seperti Rama yang berasal dari COP School Batch 7, Grace dari COP School Batch 6 dan Nathanya dari COP School 5 saling bekerja sama menghimpun informasi kepemilikan ilegal dari satwa yang bernama Binturung (Arctictis binturong) di sebuah co-working space coffee Gartenhaus, Malang. Hasilnya, tiga individu Binturung disita oleh KSDAE Malang dan Gakkum KLHK Jawa Timur.

“Binturung ini juga menghasilkan kopi luwak. Bahkan kemampuan binturung memilih biji kopi yang akan dimakannya jauh lebih baik dibandingkan musang luwak katanya yang memelihara Binturung tersebut.”, ujar orangufriends Malang. “Dan di balik kenikmatan kopi luwak ini, ada satwa liar yang harus bekerja keras. Bahkan satwa liar yang dilindungi undang-undang seperti Binturong ini pun harus terpenjara di dalam kandang, untuk menghasilkan kopi luwak.”, kata Rifqi, alumni COP School Batch 5.

Binturung semakin mengkawatirkan keberadaannya di alam karena keserakahan manusia. Tidak hanya karena habitatnya yang semakin rusak, namun keinginan manusia untuk menikmati kopi luwak tanpa mengindahkan caranya.

SELAMATKAN BURUNG EMPRIT DARI LOMBA BERBURU!

Jumat yang mengejutkan. Poster yang beredar lewat whatsapp mengundang reaksi orangufriends dimana pun berada. “Ngak salah nih? Burung Emprit dijadikan buruan?”. Panitianya SNIPER Uklik Indonesia yaitu Joko Paryanto. Bertempat di Karangmojo RT 01/RW 01, Weru, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia lagi! “Ngak malu apa, bawa-bawa nama Indonesia tanpa tahu peraturan yang berlaku?”, ujar Hery Susanto geram.

Padahal kecaman terhadap organisasi Persatuan Penembak Indonesia atau Perbakin di kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat pertengahan Oktober 2017 yang lalu masih dalam ingatan kuat. Saat itu ada 150 burung yang mati dengan lokasi kejadian di Cagar Alam Beringin Sakti, Lapangan Cindua Mato, kota Batusangkar. Jenis burung yang ditembak mati adalah jenis dilindungi PP Nomor 7 tahun 1999 yaitu kuntul kecil (Egretta garzetta) dan kuntul kerbau (Bubulcus ibis).

“Berdasarkan Peraturan KAPOLRI No. 8 Tahun 2012: Senapan Angin hanya untuk latihan menembak sasaran di arena. Dengan demikian penggunaannya untuk berburu burung jelas SALAH. Siap-siap ditangkap.”. “Yuk, di copas aja, lalu kirimkan SMS mu ke JOKO 085725953390 , DEWA 085743376650 , DARUS 085643101076.”, tambah Hery Susanto, kordinator Anti Wildlife Crime COP.

“Bantu ya… agar kejadian di RRC saat Mao Zedong memusnahkan ratusan juta burung gereja atau pipit karena dianggap penyebab bencana kelaparan di sana tidak terulang lagi. Burung gereja pun menjadi hampir punah di sana dan muncullah masalah baru.”, ujar Novi, Orangufriends dari Padang.

HARDI UNTUK KULIAH KAPITA SELEKTA DTETI UGM

Kapita Selekta adalah sebuah mata kuliah untuk mempersiapkan mahasiswa tingkat akhir dalam penyusunan skripsi. Selain sebagai sarana persiapan, mata kuliah ini juga menuntun mahasiswa agar dapat menyiapkan skripsinya dengan lebih tepat dan terarah. Menariknya, kuliah digelar dengan mendatangkan prmbicara-pembicara inspiratif yang telah menggeluti dunia kerja.

Ruang kuliah E6 lantai 3 DTETI (Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi) UGM mulai dipenuhi mahasiswa. Tepat pukul 08.00 WIB, materi “The Eco-Warriors: Deforestation and Orangutan Conservation”, dimulai.

“Wow… mahasiswa sekarang kritis dengan analisa. Dunia pendidikan memang semakin maju dengan semakin luasnya cara untuk mendapatkan informasi.”, ujar Hardi Baktiantoro, pemateri yang diundang UGM. Kalau dulu, teori terasa begitu jauh sekali dengan kenyataan di lapangan. Namun sekarang, mahasiswa diharapkan untuk tidak melihat jurang tersebut, dan siap menghadapi tantangan usai duduk di kampus.

EYES OF ORANGUTAN BABY

Don’t look at them in the eyes, or you’ll guarantee to fall in love. The eyes of Orangutan babies are known to be the magnet that steal our hearts in an instance. Its cute little body would make you want to cuddle and keep them like your own child, but be aware that Orangutans grow, and they grow real fast. Their physical strength will multiplied, their natural wild behaviors will emerge, you will be forced to keep them in cages and imprisoned them eventually. They will suffer, you will suffer. Please don’t let this happened. Orangutans are not toys or pets, they belong in the wild.

Popi was a newly born when COP rescued her. She lost her mother to the poacher who wanted to sell her as a pet in the illegal wildlife market, there are many people who’d be willing to pay lots of money to the poacher for baby Orangutans. Please don’t be these people. For the past 17 months, Popi had been living in our rescue center, going through our rehabilitation program, we are teaching her on how to be an Orangutan and will do our hardest to someday successfully return Popi back where she belongs; into the wild. Please support our works for Popi and other Orangutans who are in desperate need of our help. Help us in reaching our goal and together, bring them back into the forest; the real Orangutans home. Adpot Popi link
https://www.orangutan.org.au/adoption/adopt/popi/?referrer_source=COP

Jangan tatap matanya… atau kamu akan jatuh cinta!
Mata bayi orangutan memang seperti magnet yang akan membuat kita jatuh hati padanya. Tubuh mungilnya akan membuatmu ingin memeluk dan memeliharanya. TAPI… itu hanya sesaat. Bayi-bayi orangutan akan tubuh dengan cepat dan kamu tidak akan bisa membendung sifat alami liarnya. Kekuatannya pun akan terus bertambah seiring usianya.
Dan orangutan pun terpaksa menderita di balik kandang besi dinginmu!

Popi… bayi orangutan yang baru saja lepas tali pusarnya saat diselamatkan COP. Harus kehilangan induknya karena keinginan manusia memeliharanya. Selama tujuh belas bulan ini, Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo merawatnya. Popi tumbuh menjadi bayi orangutan lainnya. Bantu kami merawat Popi dan memberikan kesempatan keduanya untuk kembali ke alam lewat https://kitabisa.com/orangindo4orangutan

ELANG SITAAN COP DILEPAS JOKOWI

Bandung – Setelah menjalani rehabilitasi selama lebih dari 6 bulan di Pusat Konservasi Elang Kamojang akhirnya 2 elang Jawa hasil sitaan COP di Malang Jawa Timur merasakan kehidupan bebas di habitatnya. Kedua elang Jawa yang diberi nama Gendis dan Luken ini dilepasliarkan oleh presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo di Situ Cisanti Bandung pada 22 Februari 2018.

Gendis dan Luken adalah 2 dari 15 ekor elang yang berhasil didapatkan dari 2 orang pedagang satwa dilindungi di Malang, Jawa Timur pada Juli 2017. Ke 15 ekor Elang tersebut lalu dititipkan di Pusat Konservasi Elang Kamojang di Garut untuk menjalani proses rehabilitasi. Dan dari 15 ekor elang tersebut 5 diantaranya adalah elang Jawa yang diyakini merupakan lambang negara Indonesia. Kedua pedagang ini digrebek secara bersamaan di rumah masing-masing oleh tim gabungan Centre for Orangutan Protection, Animals Indonesia, Gakkum KLHK dan Polres Kepanjen Malang. Kedua orang tersangka berinisial AD dan GP ini sekarang masih mendekam di balik jeruji karena dikenakan sanksi 1 tahun kurungan penjara oleh pengadilan negeri Malang.

“Kami sangat senang bisa melihat kedua elang Jawa tersebut hidup bebas kembali di alamnya karena memang sudah sepatutnya mereka hidup di alam bebas bukan di kandang para eksploitator yang ngakunya pecinta satwa.”, kata Hery Susanto, kordinator Anti Wildlife Crime dari Centre for Orangutan Protection.

“Sudah saatnya para pedagang satwa dilindungi ini dihukum dengan hukuman maksimal agar memberikan efek jera.”, tambah Hery.

Memperjual belikan satwa dilindungi itu melanggar undang-undang no 5 tahun 1990 tentang Keanekaragaman hayati dan ekosistemnya yang mana dapat dikenakan sanksi pidana dengan hukuman penjara maksimal 5 tahun dan denda 100 juta rupiah. (HS)

REKONSTRUKSI PENEMBAKAN ORANGUTAN DENGAN 130 PELURU

Rabu, 21 Februari 2018 tim penyidik Satreskrim Polres Kutim menggelar rekonstruksi kasus penembakan orangutan dengan 130 peluru di tubuhnya. Keempat tersangka yakni, Muis (36), Andi (37), Nasir dan Rustam (37) memperagakan peristiwa penembakan tersebut. Tercatat ada 23 adegan termasuk bagaimana 130 peluru bisa mengenai tubuh orangutan jantan malang ini hingga tak berdaya.

Pada adegan ke 22, para tersangka memperagakan penembakan orangutan di bawah pohon sawit dengan jarak 15-20 meter dari orangutan di tempat kejadian yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Kutai, kecamatan Teluk Pandan, kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Menurut daftar spesies terancam punah yang dirilis oleh IUCN (International Union for Conservation Nature) pada tahun 2016, Orangutan meningkat status konservasi Orangutan Borneo menjadi Kritis. Kasus orangutan dengan 130 peluru ini pun menjadi perhatian nasional maupun dunia internasional.

WILDTRIP KE TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

Wildtrip adalah salah satu kegiatan Orangufriends. Ini adalah saatnya untuk mengakrabkan diri, saling mengenal dan biasanya akan muncul ide-ide luar biasa untuk mendukung pekerjaan Centre for Orangutan Protection. Kali ini, Orangufriends Jakarta ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Sebelas jam perjalanan dan disambut dengan pemandangan yang luar biasa, tentu saja udara yang segar. Lepas dari rutinitas pekerjaan di Jakarta. Kekayaan flora maupun fauna yang tiada habisnya. Anggrek hutan, kantong semar, suplir hingga surili, macan tutul, musang, ajag, muncak, trenggiling dan suara merdu owa jawa. O iya… tanggal 15 Februari setiap tahunnya diperingati sebagai hari Trenggiling Sedunia loh. Jadi ingat kasus puluhan bangkai trenggiling tanpa sisik di Sampit, Kalimantan Tengah yang pernah diceritakan APE Crusader, hingga kini kasus Juni 2016 itu pun menguap tanpa diketahui siapa pelaku pembuang satwa dilindungi undang-undang ini.

Tidak usah bingung akan menginap dimana. Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki penginapan yaitu Cikaniki Research Centre. Setelah istirahat sesaat dan makan siang kami langsung menuju Canopy Trail dan Curug Macan. “Jauh-jauh ke sini ya untuk menikmati setiap menit yang berjalan. Sensasi berada di ketinggian 25 meter, melewati jembatan sepanjang 100 meter dan sapuan angin dingin… kamu harus nyobain. Atau berendam di bawah curug Macan… bikin kamu segar loh. Bahkan tadi sempat berjumpa dengan Surili, primata unik endemik pulau Jawa yang terancam punah menurut International Union for Conservation of nature (IUCN) dan si Elang yang sedang terbang mengintai mangsanya.”, cerita Lupita dengan serunya.

Wildtrip bareng orangufriends, ngak akan kebayang serunya loh. Kamu harus ikut Wildtrip Orangufriends selanjutnya ya. Trus berbagi cerita. “Kalau ngak ikut orangufriends… ya ngak bisa ikutan.”, tambah Lupita lagi. (Lupita_Orangufriends)

COP SCHOOL ALUMNI NETWORKS

Centre for Orangutan Protection atau COP sering sekali disangka sebagai organisasi yang berasal dari luar negeri. Dalam bahasa Indoensianya Pusat Perlindungan Orangutan, namun karena alasan pengucapan yang agak aneh saat disinkat maka, versi bahasa Inggris lah yang digunakan. COP adalah organisasi satu-satunya yang didirikan oleh putra putri Indonesia.

Hardi Baktiantoro, salah satu pendiri COP sering mendapatkan pertanyaan, Siapa di belakang COP?, Jendral siapa?, mantan menteri atau pejabat siapa?”.

COP itu organiasinya rakyat biasa. Sebagian besar anak-anak muda yang peduli. Bukan orang-orang tua bangkotan oportunis, yang mana mereka jadi pembina organisasi konservasi sekaligus komisaris di perusahaan perusak hutan, yang penting dibayar atau dikasih bagian saham dari perusahaan tersebut.

Dan mungkin, COP adalah satu-satunya organisasi yang memiliki cetak biru yang jelas untuk melatih para aktivis muda dan melakukan regenerasi. Setidaknya sudah 7 tahun terakhir ini menyelenggarakan COP School tanpa jeda. Hasilnya bisa ditebak.

Para pendiri COP pasti tumbuh semakin tua dan lalu mati. Tetapi COP secara organisasi akan tetap muda dan menguatkan Indonesia. Jika kamu mau bergabung, mesti ikut COP School Batch 8. Masa pendaftaran tinggal 15 hari lagi. Email kami di copschool@orangutan.id

SOLVED, THE MURDER CASE OF ORANGUTAN SHOT WITH 130 BULLETS

Sangata – Today East Kutai Police announced the investigation result of the murder of orangutan with 130 bullets in Teluk Pandan, East Kutai, East Kalimantan. 5 persons have been sentenced as suspects. Earlier before the announcement, Barito police officers also announced the investigation result of the murder of decapitated orangutan that was found in Kalahien river, Central Kalimantan back in January 2018. The series of Police success to reveal the cases of orangutan abuse lately have grown a new hope for wildlife protection law enforcement in Indonesia. Centre for Orangutan Protection (COP) is proud to be a partner with Indonesia Police in revealing these cases which have gained international attention.

Ramadhani, Habitat Conservation Program Manager of COP stated,
“We have been involved with the investigation right from the start, supporting whatever needed to handle the case, from autopsy to field work. COP highly appreciate the great effort from Indonesia Police team and send a gratitude.

However, the work is still far from done, we need to ensure the murderers justly punished. This is crucial to ensure the criminals learned their lessons. Especially when the shooting location was located near to Kutai National Park which is a perfect example of the latest situation of conservatory park, which experiencing pressure from external parties and cases of law violations.

For further information and interview please contact
Ramadhani
Habitat Conservation Program Manager of COP
HP: +62 813 4927 1904
Email: info@orangutanprotection.com

TERUNGKAP, KASUS KEMATIAN ORANGUTAN 130 PELURU
Sangata – Polres Kutai Timur pada hari ini mengumumkan hasil penyelidikannya atas kasus kematian orangutan yang ditembak dengan 130 peluru di Teluk Pandan, Kutai Timur, Kalimantan Timur. 5 orang telah ditetapkan sebagai tersangka. Sebelumnya, aparat Polres Barito Selatan juga mengungkap kasus tewasnya orangutan tanpa kepala yang ditemukan mengambang di sungai Kalahien, Kalimantan Tengah pada akhir Januari 2018. Rangkaian sukses Polri dalam mengungkap kasus – kasus kejahatan terhadap orangutan akhir – akhir ini membuka harapan baru pada penegakan hukum perlindungan satwa liar di Indonesia. Centre for Orangutan Protection (COP) bangga menjadi mitra Polri dalam pengungkapan kasus – kasus yang mendapatkan sorotan dunia internasional ini.

Ramadhani, Manager Program Perlindungan Habitat dari Centre for Orangutan Protection memberikan pernyataan sebagi berikut:

“Kami terlibat dalam penyelidikan sejak menit pertama kasus ini, membantu apa saja yang diperlukan oleh Kepolisian dalam penanganan kasus, mulai dari otopsi hingga bekerja di lapangan. COP sangat mengapresiasi kerja keras tim Polri dan mengucapkan terima kasih.”

“Namun demikian, pekerjaan ini masih panjang untuk memastikan para tersangka bisa mendapatkan hukuman yang maksimal. Hal ini untuk memastikan efek jera bagi para pelaku kejahatan terhadap orangutan dan habitatnya. Apalagi lokasi penembakan berada di sekitar Taman Nasional Kutai yang merupakan model kondisi terkini kawasan konservasi di Indonesia yang sedang mengalami tekanan berbagai pelanggaran hukum lainnya.

Informasi dan wawancara harap menghubungi:

Ramadhani
Manager Program Perlindungan Habitat COP
HP: +62 813 4927 1904
Email: info@orangutanprotection.com