SELAMAT BERGABUNG DI COP BORNEO, RIAN

Empat tahun lamanya Rian membantu kegiatan COP sebagai orangufriends (relawan orangutan). Dari pulau Dewata, Rian melakukan aksi tunggal menolak kekejaman perkebunan kelapa sawit pada orangutan Indonesia. Edukasi ke sekolah-sekolah di pulau Bali pun dia lakukan. Berlatar belakang pendidikan kedokteran hewan Udayana, drh. Rian Winardi akhirnya bergabung di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo sejak April 2017.

Kesehatan orangutan di pusat rehabilitasi ini akan menjadi fokus Rian. Pemberian nutrisi dan tambahan susu formula untuk bayi orangutan dengan pemeriksaan berkala akan memantau tumbuh kembang orangutan Bonti, Owi, Happi dan Popi.

Pada kesempatan ini, Popi dipasang microchip, sebagai tanda pengenalnya. Ya, ini adalah pengalaman pertamanya. Banyak hal dari teori yang tidak pernah dipraktekkan di lapangan. Tapi lebih banyak lagi ilmu yang bertebaran tanpa teorinya.

“Ini adalah tantangan besar buat saya. Melepasliarkan kembali orangutan yang saat ini berada di COP Borneo adalah mimpi saya.”, ujar Rian dengan semangat. Tahun 2017 adalah tahun kebebasan untuk orangutan-orangutan COP Borneo yang sudah siap dilepasliarkan. Dalam waktu dekat ini ada dua orangutan yang akan kembali ke habitatnya. Dukungan anda semua sangat kami butuhkan. Hubungi email COP di info@orangutanprotection.com

 

 

 

 


Terimakasih para pendukung, donatur dan adopter orangutan COP Borneo.

OKI, SI JANTAN PENYENDIRI

Setiap individu orangutan adalah pribadi yang unik. Mengamati mereka tak cukup sehari atau dua hari lalu mengenalnya. Mengidentifikasi satu orangutan dengan orangutan lainnya bisa dilakukan dengan besar tubuh, lebat tidaknya rambut, warna rambut, wajah, hidung, mata, telinga, mulut atau bagian lainnya yang hanya dimiliki orangutan tersebut.
Lalu, siapakah yang sedang berada di kanopi pohon di pulau orangutan COP Borneo?
OKI. Orangutan Oki adalah orangutan yang suka menyendiri. Memanjat pohon yang tinggi dan mengamati sekelilingnya. Makan pun dilakukannya sendiri. Sehingga saat waktunya meletakkan makanan orangutan, teknisi (orang yang mengurus kebutuhan orangutan di pulau) harus menyisakan makanan untuk Oki. Tak jarang, teknisi juga harus patroli pulau untuk mencari keberadaan Oki.
Oki-kah kandidat orangutan yang akan dilepasliarkan dalam waktu dekat ini? Bagaimana menurutmu?

RAMBO SELAMA EMPAT TAHUN SEPERTI MANUSIA

Orangutan ini ditemukan di semak belukar bekas hutan terbakar tahun 2014 yang lalu, dekat desa Terantang, Kalimantan Tengah. Kaki kanannya terluka. Kebakaran hutan adalah bencana bagi orangutan dan satwa liar lainnya. Mereka kehilangan habitat dan kehidupannya.

Selama empat tahun, orangutan yang bernama Rambo ini dipelihara seperti manusia. Makan nasi dan lauk pauk lainnya. Sambal pedas maupun minuman manis kemasan yang dikonsumsinya karena itulah yang diberikan pemeliharanya. Jauh dari makanan yang seharusnya didapatkannya dari hutan.

Bersama BKSDA pos Sampit, APE Crusader bergerak menyelamatkan orangutan Rambo ini. Rambo diikat di bawah pohon. Tangan dan lehernya dalam kondisi terikat rantai. Luka-luka baru maupun yang sudah mengering terdapat di tangan dan jari-jarinya.

“Bahkan untuk melepas rantainya, kami harus mengguntingnya dengan tang.”, ujar Faruq, kapten APE Crusader Centre for Orangutan Protection.

Pak Muriansyah, komandan Pos BKSDA Sampit memberikan penyuluhan dan penyadartahuan kepada pak Taufik yang memelihara orangutan Rambo. Bahwa orangutan bukanlah satwa peliharaan.

Setelah empat tahun, Rambo akhirnya mendapatkan kesempatan untuk hidup sebagai orangutan. Ini akan menjadi jalan baru yang panjang untuknya. Memperbaiki pola makannya dan mengembalikan insting keliarannya membutuhkan dukungan dari semua pihak. Sebuah kerja bersama yang bukan sesaat.